Home Artikel Takwil dalam Pandangan Ahlusunnah (Bag.1)

Takwil dalam Pandangan Ahlusunnah (Bag.1)

638
0

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pengertian konsep takwil sifat-sifat Allah, macam-macamnya dan pandangan ahlu sunnah terhadap konsep takwil. Tulisan ini menjelaskan adanya makna takwil yang benar diterima oleh ahlu sunnah serta maka takwil yang salah atau keliru namun nyatanya seiring berjalannya waktu hatakwil ini sering digunakan oleh golongan ahli kalam dalam memahami sifat-sifat Allah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis studi kepustakaan. Penelitian ini memperlihatkan bahwa metode memahami sifat-sifat Allah melalui pendekatan takwil adalah keliru dan lemah karena hukum asal suatu kata itu dipahami secara hakiki bukan dengan kiasan (majas).

Kata Kunci: Takwil, Ahlus Sunnah, Sifat Allah, Ahli Kalam.

Pendahuluan

Pokok dakwah para rasul adalah mengenalkan kepada manusia siapa yang harus mereka sembah, yaitu Allah Ta’ala. Diantar acara mengenalkan kepada manusia adalah dengan mengajarkan kepada mereka akan nama-nama, sifat dan perbuatan Allah Ta’ala yang dengannya akan membuat setiap hamba sadar akan keagungan Allah terhadap hambanya.

donatur-tetap

Allah Ta’ala telah memberikan nikmat kepada manusia dengan menurunkan Al-Quran yang kelak akan menjadi hujjah bagi hambanya, sebagai bukti kenabian, petunjuk bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Dalam surat an-Nisa ayat 26 Allah Ta’ala berfirman:

يُرِيدُ اللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Artinya: Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Al-Quran adalah penjelas akan hukum-hukum syariat serta pengenalan nama-nama dan sifat Allah kepada hambanya. Maka suatu hal yang mustahil bila dikatakan ayat-ayat Al-Quran itu samar dan hanya bisa dipahami dengan bersusah payah dan mentakwilkan makna ayat dari hakkatnya (makna yang sebenranya). Bahkan Al-Quran haruslah jelas dan gamblang agar mudah untuk dipahami dan dijadikan sebagai petunjuk.

Kita sadar bahwa asal perkataan manusia itu dipahami secara hakikat bukan kiyasan. Maka bagaimana dengan kalamullah, dimana Allah ingin menjelaskan tentang dirinya, keagungan sifatnya sehinggan manusia paham siapa Tuhan mereka, apa saja nama dan sifatnya. Apakah Allah akan jadikan penjelasan-pejelasan tersebut dengan kalimat kiyasan yang butuh untuk ditakwilkan dalam memahaminya. Tentu saja tidak Allah jelaskan nama dan sifatnya dengan jelas sesuai bahasa Arab (Bahasa diturunkannya Al-Quran) sehingga yang membacakan akan mudah memahaminya.

Pada zaman sahabat tidak ada perselisihan pendapat mengenai arti nama, sifat dan perbuatan Allah Ta’ala, tidak ada diantara mereka yang saling berdebat untuk mentakwilkan ayat nama atau sifat Allah. Mereka menetapkan nama dan sifat bagi Allah dengak makna hakikat yang layak untuk Allah Ta’ala tanpa menyerupakan dengan makhluk. Namun seiring berjalannya waktu ada golongan yang mulai menakwilkan nama dan sifat Allah dengan dalih agar tidak terjerumus kepada tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk). Golongan ini sering disebut dengan nama ahli kalam atau Mutakalimun.

Penelitian ini akan membahas tentang pengertian takwil dan macamnya, perbedaan metode Ahlu Sunnah dengan sebagian ahli kalam tentang masalah takwil sifat Allah. Kemudian pembahasan akan dilanjutkan dengan bantahan dan penjelasan kekeliruan, kelemahan metode takwil yang digunakan oleh ahli kalam. Bantahan berupa bukti-bukti kuat yang dipaparkan baik secara aqli (rasional) maupun naqli (teks wahyu).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kepustakaan (library research). Metode yang digunakan yaitu analisis teks pada sumber-sumber yang relevan. Dalam hal ini penulis merujuk kepada buku-buku dan tulisan ilmiah yang menunjang dalam pengumpulan data terutama tentang pandangan Ahlu Sunnah terkait ayat sifat, metode takwil yang digunakan ahli kalam serta membantah pandangan mereka yang keliru.

Pembahasan

Pandangan Ahlu Sunnah Terkait Sifat-sifat Allah

            Ahlu Sunnah adalah orang-orang yang berdiri di atas sunnah, serta mengamalkan sunnah baik secara lahir maupun batin. Metode Ahlu Sunnah dalam memahami sifat-sifat Allah adalah sebagai berikut:

  1. al-Istbat, yaitu menetapkan apa saja yang telah Allah Ta’ala tetapkan atas dirinya melalui kitabnya atau melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa adanya tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil.
  2. an-Nafy, yaitu meniadakan apa saja yang telah Allah Ta’ala tiadakan atas dirinya melalui kitabnya atau melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibarengi dengan keyakinan akan kesempurnaan sifat Allah Ta’ala.
  3. Terkaid perkara-perkara yang belum ada dalil itsbat dan nafi, dan diperdebatkan oleh sebagin manusia seperti tentang jism, arah dan semisalnya. Maka metode Ahlu Sunnah adalah tawaquf terhadap lafadz tersebut, tidak mengitsbatkannya atau menafikannya. Namun dirinci bila makna yang diinginkan adalah kebatilan maka Allah maha suci dan berlepad diri darinya, adapun bila maknya yang diinginkan adalah kebenaran maka dilarang untuk diterima. (al-Utsaimin, 2021)

Pengertian Takwil

Kata takwil berasal dari kata أول – يؤول yang mengandung beberap arti sebagai beriku:

1. Akibat dan Kembali; Seperti:

آل الأمر إلي كذا أي صار إليه

“Urusan itu Kembali menjadi begini, yakni Kembali kepadanya”.

Dari sudut ini takwil berarti mengembalikan sesuatu pada tujuannya, menjelaskan apa uang dikehendaki daripadanya.

2. Memalingkan (Tasrif). Dari sudut ini berarti:

صرف الآية إلى ما تحمله من المعاني

“Memalingkan ayat kepada sebagian makna yang dikandungnya”.

3. Penjelasan (Tafsir) yang mengandung beberapa makna. Seperti dalam Q.S. Ali Imran ayat 7 berikut:

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَآءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya” (Anwar, 2002).

Abdul Wahhab Khalaf menerangkan bahwa takwil adalah:

صرف اللظ عن ظاهره بدليل

Memalingkan lafadz dari makna lahirnya berdasarkan suatu dalail”. (Seba basal kata adalah tidak dipalingkan lafadznya dari makna lahirnya) (Khalaf, 1968)

Imam ath-Thufi berpendapat bahwa takwil adalah memalingkan makna lafadz dari zahirnya kepada makna yang marjuh (lemah). (Luh, 2008)

Bersambung insyaallah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here