Home Artikel Remaja dan Pencarian Jati Diri

Remaja dan Pencarian Jati Diri

88
0

“Galilah jati dirimu, maka kau akan bahagia.” Itulah yang dikatakan beberapa ahli parenting. Lantas Apa yang dimaksud jati diri?

Jati diri adalah sekumpulan karakter intelektual, emosional maupun sosial yang dimiliki oleh seseorang, termasuk di dalamnya adalah perasaan dan persepsi.

Remaja adalah masa yang berbeda dengan yang lain. Masa yang mempunyai imajinasi dan persepsi sendiri terhadap dirinya dan hal itu terkadang bertentangan dengan persepsi orang lain. Kemampuannya untuk berprestasi adalah masa terpenting pada masa ini.

Persepsi diri ini juga dibentuk oleh cara mempersepsikan orang lain terhadap remaja tersebut dan yang lebih utama disebabkan oleh hubungan orangtua dan keluarga serta bagaimana merespons perilaku, harapan, dan perasaan anak remaja. Hasil dari itu semua, remaja yang memiliki jati diri akan mempunyai persepsi positif tentang dirinya dan potensinya. Sedangkan remaja yang tidak memiliki jati diri akan mempunyai persepsi negatif tentang dirinya dan potensinya.

Perbandingan

NO Remaja yang Memiliki Jati Diri Remaja yang Tidak Memiliki Jati Diri
1 Mempunyai persepsi positif tentang dirinya dan potensinya Mempunyai persepsi negatif tentang dirinya dan potensinya
2 Memiliki rasa percaya diri dan mampu memikul tanggung jawab Bersandar kepada orang lain
3 Memiliki daya tahan tinggi untuk bekerja dan berprestasi Tidak memiliki daya tahan tinggi untuk bekerja dan berprestasi
4 Memiliki rasa percaya diri yang tinggi Memiliki rasa percaya diri yang rendah
5 Berani menghadapi masalah dan menyelesaikannya Menghindar dari masalah
6 Mampu mengatur dan mengurus dirinya Dikendalikan oleh keadaan
7 Mampu menghadapi kegagalan Membutuhkan waktu yang lama untuk keluar dari kegagalan
8 Memiliki kestabilan jiwa Jiwanya labil
9 Terus-menerus mencoba dan mengubah kesalahan menjadi kesempatan belajar Takut untuk mencoba

 

donatur-tetap

Membangun Jati Diri

Bisa dikatakan, arti jati diri secara sederhana adalah membangun persepsi positif tentang diri remaja dan potensinya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara kita membantu para remaja untuk membangun persepsi positif tentang diri mereka? Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan:

  1. Membangun lingkungan yang positif bagi mereka yang memungkinkan terjadinya dialog. Pada saat yang sama, berikan kesempatan pada mereka untuk berdialog dan mengungkapkan perasaannya.

 

  1. Melatih mereka sejak usia dini untuk memiliki kebebasan dan rasa percaya diri.

 

  1. Fokus kepada hal-hal positif dan perilaku baiknya dan mulai memberi perhatian, menggali potensi, dan memberi motivasi atas setiap usahanya dalam memperbaiki perilaku dan sikap.

 

  1. Tidak membandingkannya dengan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, meskipun untuk tujuan berkompetisi.

 

  1. Jangan mengkritiknya, terutama di hadapan orang lain. Jika terpaksa mengkritik, kritiklah perilakunya. Jangan mengkritik pribadinya, tapi kritiklah perbuatannya dengan menggunakan bahasa persuasif,

 

  1. Berikan motivasi untuk selalu berusaha, tidak hanya fokus pada hasil dan prestasi.

 

  1. Ajak mereka untuk membuat target positif sesuai kemampuan mereka. Jangan membuat target yang terlalu muluk-muluk dan berlebihan. Pada waktu yang sama, motivasi mereka untuk berusaha dan fokus pada apa yang mereka mampu, bukan pada apa yang mereka tidak kuasal.

 

  1. Memberi mereka tanggung jawab dan menempatkan mereka dalam kondisi selalu belajar.

 

  1. Memberi kesempatan mereka untuk menjadi diri mereka, bukan sesuai gambaran kita, orangtuanya. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orangtuanya untuk membantu mereka dalam membangun jati dirinya, bukannya kita yang membentuk jati diri dan tujuan mereka.

 

10. Memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya yang telah kita sebutkan.

Sebagai orang tua atau guru yang selalu beinteraksi dengan remaja maka mereka perlu memberikan perhatian ekstra pada anak-anak diusia remaja ini, agar potensi-potensi yang dimiliki dapat berkembang serta penanaman dan pengokohan keimanannya juga tetap terjaga.

Referensi:

  • Dalil Amalyfi Maharat at-Tarbawiyah lit Ta’amul Ma’al Murahaqah
  • Mendidik Remaja Nakal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here