Dari sahabat Auf bin Malik ia berkata, “Kami diruqyah ketika masa Jahiliyah, lalu kami tanyakan, ‘Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bagaimana pendapat baginda tentang hal itu?’ Maka beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِركًا
“Perlihatkanlah ruqyah kalian kepadaku, tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Muslim no. 2200).
Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرُّقَى فَجَاءَ آلُ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ كَانَتْ عِنْدَنَا رُقْيَةٌ نَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ وَإِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى. قَالَ: فَعَرَضُوْهَا عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَا أَرَى بَأْسًا، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَنْفَعْهُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala ruqyah. Lalu keluarga Amr bin Hazm datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu memiliki ruqyah yang kami pakai untuk meruqyah karena (sengatan) kalajengking. Tetapi engkau telah melarang dari semua ruqyah.” Mereka lalu menunjukkan ruqyah itu kepada beliau. Beliau bersabda: “Tidak mengapa, barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya, maka hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim no. 2199)
Dalam Al-Umm 7/241 diriwayatkan
قال الربيع بن سليمان: سَأَلْت الشَّافِعِي عَنْ الرُّقْيَةِ فَقَالَ: لا بأس أن يرقي الرجل بكتاب الله وما يعرف من ذكر الله
Ar-Robi’ bin Sulaiman berkata, aku bertanya kepada imam Asy-Syafi’i tentang ruqyah maka beliau berkata: Tidak mengapa seseorang meruqyah dengan kitabullah dan apa-apa yang dikenal dari dzikir (yang disyariatkan).
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah yang dibolehkan:
1. Ruqyah dilakukan dengan Kalamullaah (Al-Qur-an) atau Nama-nama dan Sifat-sifat Allah Ta’ala atau do’a-do’a shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada penyakit tersebut.
2. Harus dilakukan dengan bahasa Arab.
3. Hendaklah diucapkan dengan makna yang jelas dan dapat difahami.
4. Tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan ruqyah itu. Misalnya, memohon pertolongan kepada selain Allah, berdo’a kepada selain Allah, menggunakan nama jin dan semacamnya.
5. Tidak bergantung kepada ruqyah semata serta tidak menganggapnya sebagai satu-satunya penyembuh, melainkan ini adalah wasilah yang dibolehkan oleh syariat.
6. Harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan kekuatan sendiri, tetapi hanya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.