Home Artikel Alquran Serial Ahli Qiroat #17: ‘Ashim, Seorang Penjahit yang Hafal Al-Qur’an

Serial Ahli Qiroat #17: ‘Ashim, Seorang Penjahit yang Hafal Al-Qur’an

3179
0

Beliau merupakan murid senior dari Imam Qiroat di kota Kufah, Abu Abdirrohman As-Sulamy rahimahullah. Selepas wafatnya, Imam ‘Ashim langsung mengambil alih tugas mulia sang guru, yaitu mengajarkan Al-Quran di masjid Agung Kota Kufah.

Baca Juga: Serial Ahli Qiroat #4: Abu Abdirrohman As-Sulami.

Beliau bernama lengkap Abu Bakar ‘Ashim bin Abi An-Najud Al-Asadi Al- Kufi rahimahullah. Ibunda beliau bernama Bahdalah, oleh sebab itu seringkali kita dapati para ahli sejarah menyebut nama beliau sebagai ‘Ashim bin Bahdalah.

Tak ada yang tahu pasti tahun kelahiran beliau, hanya saja para ahli sejarah menyebutkan tempat kelahiran Imam Kufah ini. Tempat tersebut adalah Harroh Bani Salim bin Mudhor.

Saat kecil hingga dewasa, ulama yang menempati urutan ke-lima dalam jajaran Qurro Sab’ah ini tumbuh di kota Kufah. Semangat dan perhatian beliau terhadap Al-Quran juga sudah mulai terlihat sejak muda.

donatur-tetap

Seorang Penjahit dengan Suara Merdu
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja sebagai seorang penjahit (Al-Khoyyath). Pekerjaan tersebut beliau tekuni sebelum akhirnya Allah subhanahu wata’ala mengambil penglihatan beliau di masa tua menjelang ajal menjemput.

Beliau memiliki suara yang amat merdu, hal ini membuat masyarakat gemar mendengarkan tilawah beliau. Disamping itu, ulama satu ini juga dikenal memiliki kemampuan berbahasa arab yang amat fasih dan sering membuat orang takjub.

Abu Ishaq As-Sabi’i rahimahulllah pernah menuturkan:

“Tidak ada yang lebih piawai dalam membaca Al-Qur’an dari ‘Ashim, bahkan dari murid-murid Abu Abdirrohman As-Sulami yang lain sekalipun”

Kecintaan beliau terhadap rumah Allah juga tak perlu diragukan. Setiap kali bersafar dan melewati sebuah masjid, beliau akan berkata:

“Mari kita mampir dan shalat sebentar, hajat (keperluan) kita masih bisa ditunda sejenak”.

Sanad yang Tinggi
Selain berguru kepada Abu ‘Abdirrohman As-Sulami, Imam ‘Ashim yang merupakan seorang Tabi’in juga berguru kepada Abu Maryam Zirr bin Hubaisy rahimahullah. Sehingga jika kita menelaah sanad Qiroat Imam ‘Ashim dari kedua jalur yang ada, akan kita dapati bahwa antara beliau dan Rasulullah shalllallahu ‘alaihiwasallam hanya terpaut 2 orang saja. Hal ini secara otomatis membuat beliau menjadi salah satu dari Qurro Sab’ah yang memiliki sanad ‘Aly. Perhatikan jalur sanar berikut ini:

1. Imam ‘Ashim –> Abu ‘Abdirrohman As-Sulami –> Utsman bin ‘Affan –> Rasulullah shalallahu alahi wasallam.

2. Imam ‘Ashim –> Zirr bin Hubaisy –> Abdulloh bin Mas’ud –> Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Murid beliau
Karisma dan keilmuan yang yang dimiliki oleh Imam ‘Ashim membuat para penuntut ilmu berlomba-lomba untuk bisa talaqqi kepada beliau. Diantara murid beliau yang paling masyhur adalah: Hafs, Syu’bah, Aban Al-‘Athor, Abu ‘Amr Al-Bashri, Sulaiman bin Mihron Al-A’masy, Kholil Al-Farohidi, Hamzah Az-Zayyat, Sufyan bin ‘Uyainah dan masih banyak lagi.

Sosok Penyabar namun Tegas
Imam ‘Ashim juga dikenal sebagai seorang yang amat penyabar. Salah satu murid senior beliau, Imam Syu’bah pernah menceritakan bahwa suatu hari ia melihat sang guru sedang berjalan dengan dipapah oleh seseorang. Sebab penglihatan beliau memang memburuk di masa tua. Naasnya, si penuntun kurang berhati-hati hingga menyebabkan Imam ‘Ashim terjerembab dengan cukup keras. Namun uniknya, beliau tidak menghardik orang tersebut atau bahkan mengucapkan sepatah kata pun.

Dalam hal yang berkaitan dengan kitabulloh, beliau dikenal sebagai sosok yang tegas, terutama dalam masalah tajwid. Dimana beliau tidak memberikan kelonggaran sedikitpun kepada muridnya dalam hal ini.

Seiring berjalannya waktu, Qiroat Imam ‘Ashim menjadi bacaan yang paling banyak digunakan oleh kaum muslimin di penjuru dunia hingga saat ini. Hal ini tak lepas dari peran salah satu murid beliau dalam mengajarkan Al-Quran, siapa lagi kalau bukan Imam Hafs rohimahulloh. Nantikan kisah hidup beliau di website ini insyaAllah.

Wafat
Para ulama berbeda pendapat seputar tahun wafatnya beliau, ada yang mengatakan tahun 120 H, 127 H, 128 H, 129 H hingga 130 H. Namun pendapat yang paling masyhur adalah bahwa beliau menghembuskan nafas terakhir pada tahun 127 H.

Saat menjelang wafat, Imam ‘Ashim rahimahullah mengulang-ulang firman Allah ta’ala:

ثُمَّ رُدُّوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ مَوۡلَىٰهُمُ ٱلۡحَقِّۚ

“Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, penguasa mereka yang sebenarnya.” (Surat Al-An’am: 62)

Sungguh betapa indahnya kehidupan yang dipenuhi dan ditutup dengan kalamulloh.

Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita Husnul Khotimah. Amiin.

***

Referensi:
– Ma’rifat Al-Qurro, Adz-Dzahabi.
– Ahasin Al-Akhbar, Abdul Wahhab Al-Hanafi.
Ghoyah An-Nihayah, Ibnul Jazari

Ditulis oleh : Afit Iqwanuddin, Lc.

Artikel HamalatulQuran.com


 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here