
Bismillah…
Hari itu Masjid Agung Kufah terlihat ramai seperti biasa. Masjid yang menjadi kebanggan penduduk Kufah tersebut nampak dikerumuni oleh manusia yang haus akan ilmu agama. Di salah satu sisi masjid terlihat seorang alim yang sedang mengajarkan al quran kepada para muridnya. Beliau sesikit menghela nafas, kemudian berkata :
Sahabat Utsman bin Affan rhadiyallohu ‘anhu pernah mengabarkan kepadaku bahwasanya Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya (HR )
Selepas menyampaikan hadits mulia diatas beliau pun berkomentar : “Hadits inilah yang memotivasiku untuk tetap duduk disini mengajarkan al quran”.
Sosok ulama tersebut tak lain ialah Abu Abdirrahman As Sulamy rohimahulloh.
Putra dari seorang sahabat Nabi
Sosok ulama ahli Quran ini lahir saat Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam masih hidup ditengah kaum muslimin. Tak heran jika beliau terhitung sebagai seorang senior dikalangan para Tabi’in. Ayahnya yang merupakan sahabat Nabi lantas memberikan nama Abdulloh kepadanya. Di masa mendatang nantinya beliau akan lebih dikenal dengan kun-yah : Abu Abdirrohman As Sulamy.
Beliau pernah berkata:
“Aku belajar Al Quran dari ayahku yang merupakan salah satu dari sahabat Nabi, Ia bahkan ikut berperang bersamanya”
Diutus ke Kufah
Perang Armenia berkecamuk, kaum muslimin dari berbagai negri berkumpul, bersatu dan bahu membahu dengan tujuan yang sama, menegakkan kalimat Laa ilaa ha illallah. Diantara mereka terdapat sahabat Hudzaifah bin Al Yaman rhodiyallohu ‘anhu.
Ditengah peperangan, sahabat mulia tersebut dikagetkan dengan sebuah peristiwa yang amat mengejutkan dan menyesakkan dada.
Kaum muslimin saat itu berselisih pendapat dalam masalah qiroat (bacaan) al quran. Bahkan sampai kepada taraf saling menyalahkan dan mengkafirkan. Sebuah kejadian yang amat mengkhawatirkan tentunya di mata sahabat ini.
Oleh karenanya, saat api peperangan telah padam beliau segera menghadap Khalifah Utsman bin Affan rhodiyallohu ‘anhu guna mendiskusikan masalah pelik yang baru saja ia saksikan. Singkat cerita akhirnya Khalifah Utsman memerintahkan pembentukan panitia penulisan Al Quran yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit rhodiyallohu ‘anhu.
Saat penulisan al quran telah usai, beliau lantas mengirim beberapa mushaf tersebut ke penjuru negri dengan satu orang ulama yang akan mengajarkannya. Diantara mereka terdapat Abu Abdirrahman As Sulamy yang ditugaskan untuk mengajarkan Al Quran di negri Kufah. Beliau pun berangkat dan mengajarkan Al Quran di Masjid Agung Kota Kufah tak kurang dari 20 Tahun.
Ya, beliau habiskan 20 tahun dari umur yang dimiliki dalam rangka mengajarkan Al Quran, sungguh betapa indahnya pengorbanan beliau demi kitabulloh.
Guru dari Imam ‘Ashim
Imam ‘Ashim rohimahulloh adalah salah seorang Qori’ yang amat berjasa dalam mengajarkan Al Quran kepada kaum muslimin. Tak heran jika beliau terpilih menjadi salah satu dari 7 Imam Qiroat yang kita kenal dengan Qiroat Sab’ah. Qiroat yang kita baca atau kita kenal dengan Qiroat Hafs merupakan hasil dari kesungguhan beliau dalam mengajarkan al quran.
Jika kita lihat silsilah sanad Al Quran riwayat hafs ini (kami sertakan di akhir artikel), akan kita dapati bahwa Imam Hafs talaqqi al quran kepada Imam ‘Ashim, dan Imam ‘Ashim talaqqi al quran kepada Abdurrahman As Sulamy.
Sehingga dari setiap huruf al quran yang dibaca oleh kaum muslimin diberbagai penjuru dunia, beliau mendapatkan bagian pahala kebaikan didalamnya. Tak terbayang tentunya kebaikan yang beliau dapatkan hingga sekarang dan akan berlangsung hingga hari kiamat dengan izin Allah subhanahu wata’ala.
Enggan Menerima Hadiah
Suatu hari saat pulang kerumah, beliau dikejutkan dengan adanya hewan ternak berupa unta yang bukan miliknya. Merasa tak pernah membelinya beliau pun lantas bertanya kepada penghuni rumah, “Dari mana ini?”, Seorang yang bernama fulan menghadiahkannya kepadamu, sebab engkau mengajarkan Al Quran kepada anaknya, ucap keluarganya.
Beliau lantas memerintahkan untuk mengembalikan hadiah tersebut seraya menasehati keluarganya dengan perkataan yang nantinya cukup dikenal :
إِنَّا لاَ نَأْخُذُ عَلَى كِتَابِ اللهِ أَجْراً
“Sesungguhnya kita tidak mengambil upah dari mengajarkan Kitabulloh”
Tak sekedar Menghafal
Al Qur’an bagi beliau bukan sekedar susunan huruf yang dihafal diluar kepala. Akan tetapi harus dipahami serta diamalkan isi kandungannya. Oleh sebab itu, tak heran jika beliau berusaha menggabungkan hal tersebut sekaligus, menghafal, memahami dan mengamalkan. Mari kita simak langsung penuturan ulama satu ini :
أَخَذْنَا القُرْآنَ عَنْ قَوْمٍ أَخْبَرُوْنَا أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا تَعَلَّمُوا عَشْرَ آيَاتٍ لَمْ يُجَاوِزُوْهُنَّ إِلَى العَشْرِ الآخَرِ حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِيْهنَّ، فَكُنَّا نَتَعَلَّمُ القُرْآنَ وَالعَمَلَ بِه.
“Kami mempelajari Al quran dari generasi (sahabat) yang berkata bahwa tidaklah 10 ayat mereka lewati dan berpindah ke 10 ayat yg lain kecuali setelah memahami isi kandungannya, maka kami pun mempelajari Al quran sekaligus mengamalkannya”.
Metode ini kemudian beliau terapkan kepada para murid beliau, salah satu diantara mereka pernah bercerita :
“Abu Abdirrohman As Sulamy biasa mengajarkan kami al quran 5 ayat kemudian 5 ayat selanjutnya.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk dalam ahli quran, amiin
Silsilah jalur sanad riwayat hafsh :
***
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)
Hamalatulquran.com