Ilmu agama memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam kehidupan seorang muslim. Mempelajari ilmu agama bukan sekadar untuk menambah wawasan, tetapi juga sebagai bentuk ibadah dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ له به طَرِيقًا إلى الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (Hr. Muslim no. 2699)
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya belajar agama dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mempelajari ilmu agama tidak cukup hanya dengan semangat. Diperlukan kiat-kiat tertentu agar proses belajar dapat berjalan dengan efektif dan membuahkan hasil.
Tulisan ini akan membahas 10 kiat sukses dalam mempelajari ilmu agama.
Kiat Pertama, Meminta Pertolongan kepada Allah – Berharap Pertolongan Allah ta’ala
Pada dasarnya manusia itu lemah dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Apabila manusia dibiarkan tanpa bantuan Allah, maka mereka akan binasa dan terlantar serta tidak terurus. Namun, jika seorang menyerahkan urusan kepada Allah dan meminta tolong kepada-Nya untuk bisa sukses menuntut ilmu, Allah akan menolongnya.
Allah ta’ala memotivasi hamba-Nya untuk berharap dan meminta tolong kepada-Nya dalam firman-Nya.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
“(Ya Allah) hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami minta tolong.” Qs. Al-Fatihah [1]:5
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ
“Siapa yang tawakkal (pasrah, mengandalkan dan bersandar) kepada Allah, pasti Allah akan mencukupinya.” Qs. At-Thalaq [65]:3
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Hanya kepada Allah hendaklah kalian bertawakkal, jika kalian orang yang beriman.” Qs. Al-Maidah [5]:23
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan,
لو أنَّكم توَكَّلتم على اللهِ حقَّ توَكُّلِهِ، لرزقَكم كما يرزقُ الطَّيرَ، تغدو خماصًا ، وتروحُ بطانًا .
“Seandainya kalian bertawakkal dan mengandalkan Allah dengan sebenar-benarnya, maka Allah akan memberikan rizki kepada kalian, sebagaimana burung diberi rizki. Burung berangkat meninggalkan sarangnya di pagi hari dalam keadaan perut lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344)
Keterkaitan hadis ini dengan ilmu adalah, rizki atau karunia Allah yang paling penting adalah ilmu. Maka, nabi katakan tawakkal kepada Allah adalah sebab mendapatkan rizki, sehingga tawakkal adalah sebab mendapatkan ilmu. Nabi adalah seorang yang senantiasa tawakkal kepada Allah, berharap pertolongan kepada rabb-Nya dalam semua urusan.
Inti kiat pertama ini adalah mengandalkan Allah ta’ala untuk sukses dalam belajar. Jangan mengandalkan kecerdasan kita, kepandaikan kita kekuatan kita di masa muda, namun andalkanlah Allah subhanahu wa ta’ala.
Kiat Kedua, Memiliki Niat yang Baik
Hendaklah seorang penuntut ilmu menjadikan niat belajar karena Allah ta’ala. Tidak menginginkan sum’ah (reputasi dan citra), popularitas, dan bukan pula mencari harta dunia. Dalam hal ini perlu dibedakan mencari popularitas dan mendapatkan popularitas. Jika seorang mendapatkan popularitas tanpa mencarinya, maka itu karunia yang Allah berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Namun, jika mencari popularitas dan perkara dunia maka itu termasuk rusaknya niat.
Barangsiapa menjadikan niatnya karena Allah maka akan Allah beri taufik dan pahala atas hal itu. Menuntut dan menyebarkan ilmu adalah ibadah. Tidaklah seorang mendapatkan pahala dengan amalnya kecuali jika amal tersebut ikhlas karena Allah ta’ala dan dalam beramal mengukuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah ta’ala
اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَࣖ
“Sesungguhnya Allah bersama orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.” Qs. An-Nahl [16]:128.
Bentuk takwa yang paling agung adalah memurnikan niat karena Allah. Orang yang riya, pamer dalam menuntut ilmu, selain merugi di dunia dia akan mendapatkan hukuman di akhirat. Dalilnya adalah hadis tentang tiga orang yang diseret pada wajahnya kemudian dimasukkan ke dalam neraka. Padahal tiga-tiganya adalah orang yang mengamalkan amalan istimewa, salah satunya adalah orang yang mencari ilmu, semangat belajar, semangat ngaji, namun tujuannya supaya disebut alim, ustadz, kyai dan supaya dihormati orang lain.
Orang tersebut telah mendapatkan semua penghormatan itu di dunia, maka di akhirat mendapat neraka Allah ta’ala.[1]
Niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah niat untuk mengamalkan ilmu, menghilangkan kebodohan pada diri sendiri maupun orang lain disamping niat menjaga agama Allah. Inilah niat benar dalam menuntut ilmu. Belajar itu untuk beramal dan menghilangkan kebodohan bukan untuk membodoh-bodohkan orang lain.
Wallahu a’lam
Referensi: Kitab ar-Rakaiz al-Asyr Littahshil al-Ilm karya Syeikh Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri
[1] Hr. Muslim no. 1905
Ditulis Oleh: Fahmi Izuddin, S.Ag.