Ketika kaum mukminin membaca Al-Quran dan mentadabburinya, maka insyaAllah hal tersebut bisa merubah perilaku kesehariannya; tutur katanya menjadi baik, tangannya tidak digunakan kecuali dalm hal yang baik, matanya tidak di pakai untuk memandang kecuali yang baik, hatinya menjadi semakin lembut, pikirannya semakin jernih dalam memandang ke kenyataan hidup, rasa takut akan dosa semakin tinggi sehingga tidak semena-mena berbuat, dan intinya semakin berhati-hati di dalam menjalankan kehidupan dunia ini.
Diantara hal yang perlu dipertimbangkan dalam suatu amal adalah lisannya, apa yang keluar dari lisan apakah baik atau buruk, sesungguhnya apapun yang diucapkan oleh lisan ini akan tercatat secara detail oleh malaikat, Allah berfirman dalam bentuk ancaman untuk hamba-Nya
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qof: 18)
Ayat di atas menunjukkan apapun yang dilakukan oleh hamba akan di catat oleh malaikat, tidak terkecuali perkataan yang keluar dari mulut lisan tersebut, dan lisan ini termasuk anggota badan yang paling banyak beraktivitas.
Tidak sedikit dalil yang mengancam mereka yang tidak menjaga lisannya, Allah berfirman
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,.” (QS. Al-Humazah: 1)
Humazah adalah mereka yang menghina manusia dan mencela dengan isyarat dan perbuatan, sedangkan Lumazah adalah mereka yang menghina dan mencela manusia dengan lisannya. Kedua-duanya di ancam oleh Allah dengan firmanNya ويل (celaka/adzab yang pedih).
Adakalanya orang tidak sadar mengucapkan sesuatu yang dianggap remeh padahal di sisi Allah hal itu menjadi penghancur, Nabi ‘alaihis shalatu wassalam bersabda
إنّ العبد ليتكلم بالكلمة لا يرى بها بأسًا يهوي بها في النار سبعين خريفًا
“Sungguh ada seorang hamba yang berkata dengan satu kalimat dia anggap remeh tak bernilai, tapi ternyata dengan ucapan satu kalimat tersebut dia tersungkur ke dalam neraka selama 70 tahun”. (HR. Tirmidzi)
Orang berakal akan berhati-hati benar dalam mengaktifkan lisannya agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan.
Barangsiapa yang bisa menjaga lisannya, maka dia telah menjaga keimanannya dan meluruskannya. Nabi ‘alaihis sholatu was salam bersabda
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
“Iman seorang hamba tidak akan lurus hingga lurus hatinya dan hati tidak akan lurus hingga lurus pula lisannya.” (HR. Ahmad)
Imam Ibnu Rojab rahimahullah berkata: Anggota tubuh terpenting yang harus dijaga keistiqamahannya setelah hati adalah lisan. Karena sesunguhnya lisan itu adalah penerjemah isi hati dan pengungkap apa saja yang ada didalamnya.
Nabi ‘alaihis shalatu wassalam juga menggantungkan keimanan seseorang dengan penjagaan lisan
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليسكت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berkata yang baik atau diam”. (HR Bukhari)
Maka lisan ini menjadi barometer keimanan seseorang, semakin imannya tinggi semakin dia menjaga lisannya, semakin berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata.
Semoga penulis dan pembaca senantiasa di jaga lisannya dan juga keimanannya.
Referensi:
- Belajar-islam.net
- alminhajacademic.com
- alukah.net
- Dll
Ditulis Oleh: Muhammad Fathoni, B.A
Artikel: HamalatulQuran.Com