Home Artikel Ibadah Hati Bag.3: Antara Amal Hati dan Amal Jasmani

Ibadah Hati Bag.3: Antara Amal Hati dan Amal Jasmani

93
0

para pembaca yang budiman..

Kita masih pada bahasan ibadah hati merupakan landasan dan sebab seseorang dapat selamat dari neraka dan dapat meraih surga. saat ini kita memasuki poin ke enam sampai terakhir.

6. Pahala dan pengaruh ibadah hati lebih besar daripada ibadah badaniah.

Para ulama salaf lebih mengutamakan ibadah hati daripada memperbanyak ibadah badaniah. Berikut ini merupakan beberapa pernyataan mereka mengenai suatu jenis ibadah yaitu memikirkan perintah Allah dan kampung akherat, suatu ibadah hati yang sangat mulia.

Seorang sahabat besar, Abu Darda ‘Umair bin Zaid bin Qois al-Anshory (wafat di Damsyiq 32 H) mengatakan, Berpikir sesaat itu lebih baik daripada sholat semalam suntuk (Nuzhatul Fudhala’ 1/160).

donatur-tetap

Dikatakan kepada Hujamah al-Aushabiyyah al-Humairiyyah ad-Dimasyqiyyah yang terkenal dengan sebutan Ummu Darda’ as-Shughra: Ibadah apa yang paling sering dilakukan oleh Abu Darda’. Beliau mengatakan: Berpikir dan merenung (Nuzhatul Fudhala’ 1/160).

Seorang ulama’ besar Madinah dan pemimpin para tabiin di zamannya, Sa’id bin Musayyib mendapatkan cerita mengenai sekelompok orang yang melaksanakan sholat dari zhuhur hingga ashar. Beliau lantas berkomentar: Demi Allah, itu bukanlah ibadah. Ibadah yang sebenarnya hanyalah merenungkan perintah Allah dan tidak mendekati hal-hal yang Allah haramkan (Nuzhatul Fudhala’ 1/376).

Dari Yusuf bin Asbath, beliau mengatakan bahwa Sufyan pernah mengatakan kepadaku setelah sholat Isya’: Berikanlah kepadaku bejana air yang bisa kugunakan untuk berwudhu’. Bejana itu lalu kuberikan kepadanya. Beliau lalu menerimanya dengan tangan kanan. Tangan kiri beliau letakkan pada pipi beliau. Beliaupun lantas merenung. Akupun lalu pergi tidur. Aku baru terbangun ketika fajar telah terbit, ternyata bejana air itu masih berada di tangan beliau sebagaimana semula. Aku berkomentar: Fajar telah terbit?! Beliaupun menjawab: sejak kau berikan bejana air ini kepadaku, aku terus memikirkan akherat hingga saat ini. (Nuzhatul Fudhala’ 1/584).

Ibadah hati merupakan landasan untuk mencapai kerajat ihsan. Derajat ihsan merupakan derajat agama yang paling tinggi. Ihsan merupakan target para ulama’ dan perjuangan orang-orang shalih. Ihsan dibangun di atas muraqabah (merasa diawasi oleh Allah). Muraqabah merupakan murni ibadah hati. Ihsan didefinisikan oleh Nabi, dengan sabdanya:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Kau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Bila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia itu melihatmu (HR Bukhari)

7. Ibadah hati merupakan motor dan mesin penggerak anggota tubuh.

Bila iman, tauhid dan rasa cinta kepada Allah di dalam hati makin kuat maka anggota tubuh makin tergerak untuk beribadah.

‘Uthah al Ghulam yaitu ‘Utbah bin aban al Bashri (beliau syahid ketika memerangi Ramawi) mengatakan: Barangsiapa mengenal Allah tentu akan mencintai-Nya. Siapa saja yang mencintaiNya tentu akan mentaati-Nya” (Nuzhatul Fudhala’ 1/564).

Ini merupakan suatu hal maklum dan bisa disaksikan sehingga tidak perlu membawakan berbagai dalil untuk menetapkan hal tersebut. Setiap orang mengakui bahwa jika kondisi hati baik maka akan ada kesungguhan untuk melaksanakan sholat dan puasa. Namun jika hati rusak dan melemah maka ibadah menurun dan anggota tubuh menjadi kaku.

8. Ibadah hati menyebabkan ibadah badaniah makin bernilai.

Misalnya  adalah niat. Niat memiliki peran besar untuk menjaga dan meningkatkan mutu ibadah badaniah. Bahkan tanpa adanya niat, hampir saja ibadah badaniah itu tidak bernilai.

Imam al Hafizh Abdullah bin Mubarok bin Wadhih al Maruzi (wafat 181 H) mengatakan Berapa banyak amal yang sepele berubah menjadi besar karena niat. Begitu pula sebaliknya berapa banyak amal yang besar menjadi remeh dikarenakan niat (Nuzhatul Fudhala’ 1/657).

Niat merupakan murni amal hati, sedikitpun tidak ada peran anggota tubuh di dalamnya.

9. Terkadang ibadah hati bisa menggantikan ibadah badaniah.

Terkadang ibadah hati bisa menepati posisi ibadah badaniah dalam berbagai keadaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat. Contohnya adalah jihad, Nabi bersabda:

مَنْ مَاتَ وَ لَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

Barangsiapa mati dalam kondisi belum pernah berperang atau belum berniat untuk berperang maka dia mati di atas salah satu cabang kenifakan (HR Muslim 13/50).

Keinginan, tekad dan kehendak hati untuk berperang insya Allah bisa menggantikan perang (baca: jihad) untuk seorang yang terhalang untuk bisa bersegera melaksanakan jihad.

Nabi juga bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَ إِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

Barangsiapa berdoa dengan tulus meminta agar bisa mati syahid maka Allah memberikan kepadanya derajat para syuhada’ meski dia mati di atas tempat tidur. (HR Muslim 13/49).

Ketulusan untuk meminta agar bisa mati syahid hanya terdapat di dalam hati. Contoh yang lain adalah mengingkari kemunkaran. Sabda Nabi:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِِهِ فََإِنْ لمَْْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ

Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya. Jika tidakmampu maka dengan hatinya (HR Muslim 2/217).

10. Amal badani memiliki batas tertentu sedangkan amal hati tidak memiliki batas bahkan dilipatgandakan tanpa batas.

Amal badani, sebesar dan sebanyak apapun, memiliki batas tertentu dan waktu tertentu. Sedangkan ibadah hati bila diupayakan oleh seseorang sehingga merasuk ke dalam hati maka hal itu menjadi sesuatu yang selalu menyertai baik  dalam kondisi tidur ataupun terjaga, sehat ataupun sakit, susah ataupun gembira, ringkasnya dalam segala keadaan.

Contoh adalah rasa cinta, rela dan mengagungkan Allah serta keikhlasan. Jika ini semua telah menyatu dalam diri seseorang maka betapa banyak pahala yang didapatkan dan berapa lipat kebaikan akan diberikan kepadanya.

Hal ini jelas berbeda dengan ibadah badaniah yang tidak bisa dilakukan oleh seseorang dalam sebagian besar waktunya meski telah benar-benar bersungguh-sungguh. Ibadah badaniah terhenti ketika dalam kondisi tidur, bekerja mencari nafkah, memenuhi kebutuhan sendiri atau keluarga dan lain-lain.

11. Sebagian ibadah hati bisa terus berjalan dalam berbagai kondisi dimana ibadah badaniah berkurang atau terhenti sama sekali

Seorang muslim di alam kubur harus menampakkan tauhid. Sedangkan tauhid adalah murni ibadah hati. Dua orang malaikat akan menanyainya mengenai tuhan, nabi dan agamanya. Seorang mukmin akan bisa menjawab dengan baik pada saat orang-orang kafir dan munafik tidak bisa memberikan jawaban apapun.

Ibadah masih kita temukan di dalam surga karena orang beriman di dalam surga mencintai Allah, mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya dan mengagungkan-Nya. Ibadah-ibadah ini dan sejenisnya termasuk ibadah hati yang teragung.

Sedangkan ibadah badaniah yang bisa ditemukan dalam surga hanya tasbih dengan lisan. Tasbih merupakan sarana agar para penghuni surga bisa semakin sempurna dalam mengagungkan Allah. Sedangkan mengagungkan Allah termasuk ibadah hati. Nabi bersabda:

إِنَّ أَهْلَ الجََنَّةِ يَأْكُلُوْنَ فِيْهَا َو يَشْرَبُوْنَ وَ لاَ يَتْفُلُوْنَ وَلاَيَبُوْلُوْنَ وَلاَيَتَغَوَّطُوْنَ وَلاَ يَتَمَخَّطُوْنَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَلِكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ المِسْكِ. يُلْهَمُوْنَ التَّسْبِيْحَ وَالحَمْدَ كَمَا تُلْهَمُوْنَ النَفْسَ

Sungguh penghuni surga itu makan dan minum tapi tidak berludah, kencing, berak tidak pula berdahak. Namun makanan mereka berubah menjadi sendawa seperti minyak kasturi. Mereka bertasbih dan bertahmid secara otomatis sebagaimana bernapas (HR Muslim 17/30)

Dalam hal ini, tidak boleh dicampuradukkan antara pengertian ibadah dan taklif (beban untuk beribadah) karena ibadah itu lebih luas cakupannya daripada taklif. Ibadah didefinisikan sebagai nama untuk semua hal yang Allah cintai baik berupa perkataan ataupun perbuatan baik yang nampak ataupun yang tersemunyi. Ibadah itu tetap terdapat dalam surga sedangkan taklif terhenti dengan kematian.

Berdasar penjelasan di atas nyatalah bahwa ibadah hati itu lebih baik dari ibadah badaniah. Ibadah hati lebih nikmat dan pengaruhnya dalam jiwa lebih mendalam daripada ibadah badaniah. Hal ini tentu memotivasi kita untuk memperhatikan dan memberikan perlakuan khusus untuk hati serta bersegera untuk menterapi hati setiap kali hendak menyimpang, merasa bosan ataupun hendak mengeras karena hati merupakan raja, pemimpin dan pengatur anggota tubuh.

Referensi: Al ‘Ibadaat Al Qolbiyyah wa Atsaruha fi Hayatil Mu’minin ditulis oleh Dr. Muhammad bin Hasan bin ‘Uqail Musa Al-Syarif

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here