Setan dalam membisiki manusia ada beberapa tingkatan:
1. Mengajak dalam bisikan tersebut untuk berbuat kekafiran dan kesyirikan, supaya manusia menjadi pasukannya setan, Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?!”. (QS Maryam: 83)
2. Jika setan tidak mampu untuk menjerumuskan ke dalam kekafiran dan kesyirikan, maka setan akan menyeru dalam bisikannya untuk berbuat kebid’ahan dan menjadikan kebid’ahan tersebut dicintai dalam hati manusia karena bahayanya bid’ah yang besar dalam agama.
3. Jika setan tidak mampu untuk menjerumuskan ke dalam kebid’ahan, maka dia akan mengajak untuk berbuat kabaa-ir (dosa-dosa besar di bawah kesyirikan dan kebid’ahan) dengan berbagai macamnya,
4. Jika setan tidak mampu, maka dia akan mengajak untuk terjerumus ke dalam shoghoo-ir (dosa-dosa kecil) dan meremehkan dosa kecil itu sehingga menumpuk dosanya dan tidak bertaubat,
5. Jika setan tidak mampu menjerumuskan manusia ke dalam dosa, maka dia akan menjerumuskan ke dalam kesibukan dengan hal-hal yang mubah; dengan sibuk makan, minum, banyak istirahat, banyak piknik dan tamanya akhirnya dia membuang-buang waktunya dalam hal-hal yang mubah dalam rangka duniawi bukan ukhrowi, sehingga umurnya hilang tanpa pahala. Sibuk dengan hal-hal yang mubah ini bisa menjerumuskan manusia ke dalam:
- Mengentengkan kewajiban,
- Mengentengkan hak-hak orang lain,
- Mengentengkan hak dirinya sendiri.
Termasuk dampak ketika orang sibuk dengan yang halal adalah dia mengutamakan amal mafdhul dari pada amal afdhol (amalan yang lebih utama)
Setan tidak akan berhenti sampai batas ini saja, tetapi dia akan selalu mencari celah manusia untuk bisa mengelabuhiya, jika bisikan dari diri setan (jin) maka dia akan mengerahkan pasukannya dari kalangan setan dari bangsa manusia.
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ .الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang tersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
Ini menunjukkan bahwa sebagaimana bisikan itu bersumber dari jin juga bisa bersumber dari manusia. Surat ini dinamakan dengan surat an-naas dikarenakan adakalanya bisikan setan dari kalangan manusia bisa lebih ampuh dan lebih besar dampaknya dari pada bisikan setan dari kalangan jin.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain dengan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia). (QS al-An’aam: 112)
Bahaya amalnya setan dari kalangan jin hanya sampai bisikan dan menghiasi amalan buruk menjadi seperti baik, dia tidak bisa membuat orang yang dibisiki tersebut berbuat maksiat kecuali jika ada keinginan dari dirinya sendiri, berbeda dengan gangguan dari setan dari kalangan manusia bahayanya mereka dengan selalu mengikuti dan hampir tak terpisahkan olehnya.
Setan manusia adalah mereka yang menutup pintu kebaikan yang ada di depan manusia dan membuka lebar pintu keburukan. Maka hendaknya seorang mukmin senantiasa berhati-hati dan selalu memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan baik dari kalangan jin maupun manusia.
Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan kepada kita dari godaan setan… Aamiiin.
Referensi: tadabbur-alquran.com
Ditulis Oleh: Muhammad Fathoni, B.A
Artikel: HamalatulQuran.Com