Home Aqidah Fiqih Asmaul Husna (Bag.6): Pembagian dan Kesalahan Terkait Asmaul Husna

Fiqih Asmaul Husna (Bag.6): Pembagian dan Kesalahan Terkait Asmaul Husna

837
0

Inti dari adanya pembagian ini adalah agar kita dapat membedakan antara nama-nama Allah subhanahu wata’aala secara umum, diantaranya ada empat pembagian yang perlu diketahui, sebagai berikut.

1. Nama-nama Allah yang menunjukan sifat-sifat dzatiyah.

Contohnya :     القدير : Yang maha kuasa

السميع : Yang maha mendengar

البصير : Yang maha melihat

الحيّ : Yang maha hidup

donatur-tetap

القوي : Yang maha kuat

العزيز : Yang maha perkasa

العليم : Yang maha mengetahui

Nama-nama tersebut adalah nama dzatiyah, yaitu yang akan senantiasa ada pada Allah setiap saat.

2. Nama-nama Allah yang menunjukan sifat fi’liyah (berkaitan dengan kehendak Allah, jika Allah berkehendak maka Allah lakukan jika tidak maka Allah tidak lakukan).

Contohnya :     الغفور: Yang maha pengampun

التواب : Yang maha menerima taubat

الرزاق : Yang maha memberi rizqi

الرحيم : Yang maha penyayang

Nama-nama di atas adalah diantar nama-nama yang bersifat fi’liyah, jika Allah berkehendak memberikan rizqi kepada seseorang, maka Allah akan berikan, jika tidak maka Allah akan menahan rizqi tersebut.

3. Nama-nama Allah yang mengandung makna pensucian kepada Allah, dari seluruh kekurangan dan aib.

Contohnya :     السلام : Yang maha selamat (dari kekurangan)

السبّوح : Yang maha suci

القدّوس : Yang maha suci

4. Nama-nama Allah yang menunjukan sifat kesempurnaan.

Contohnya :     المجيد : Yang maha luas kuasanya

العظيم : Yang maha agung

الحميد : Yang maha terpuji

الصمد : Yang tidak membutuhkan kepada apapun, dan dibutuhkan oleh semua makhluknya

Pembagian di atas setidaknya memberikan gambaran kepada kita perbedaan nama-nama Allah subhanahu wata’aala secara umum.

Kemudian diantara kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan Alasmaa alhusnaa, yang sebaiknya kita ketahui agar terhindar dari syubhaat (samar antara kebenaran dan kebathilan).

  1. Menamakan Allah subhanahu wata’aala dengan tanpa dalil, sebagaimana orang-orang nashoro (nasrani) menamakan Allah dengan الأب yaitu bapak, dan juga orang-orang falasifah (filsafat) العلة الفاعلة yaitu sebab semua kejadian.
  2. Menjadikan nama-nama Allah sebagai jimat.
  3. Berdzikir dengan hanya mengulang-ulang salah satu nama Allah yang tidak pernah diajarkan oleh nabi shalallahu’alaihi wasallam, seperti mengucapkan الله seribu kali (1000x) atau هو sebanyak seribu kali (1000x), rata-rata dzikir Nabi shalalloh’alaihi wasallam bentuknya susunan kalimat yang sempurna, seperti الله أكبر atau لا إله إلا الله .
  4. Orang orang mu’tazilah mengatakan bahwa “nama-nama Allah tidak bermakna, akan tetapi hanya sekedar nama saja tidak lebih.
  5. Kesalahan yang sering terjadi pada sebagian orang juga adalah berdoa dengan sifat Allah seperti يا رحمة الله “wahai rahmat Allah”, yang benar adalah يا رحيم “wahai maha penyayang”.

Demikian tambahan yang tidak kalah penting dengan pembahasan yang lain, semoga Allah memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca, insyaalloh kita akan membahas nama-nama Allah secara runtut di artikel yang akan dating, wallohu a’lam bisshowaab.

Referensi : Fiqih Al Asmaa Al Husnaa yang di karang oleh syeikh ‘Abdurrozzaq bin ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr hafidzahullahu ta’aala, dan penjelasan Ustadz Dr. Firanda Andirja hafidzahullahu 

Ditulis Oleh : Badruzzaman, Lc

Artikel : Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here