Home Aqidah Pembagian Tauhid Bag.2

Pembagian Tauhid Bag.2

426
0

Pembaca yang budiman.

Jenis tauhid pertama sudah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, maka dalam artikel kali ini penulis akan melanjutkan bahasan tentang pembagian tauhid yang tersisa.

2. Tauhid Uluhiyah.

Yaitu mengesakan Allah di dalam ibadah. Uluhiyah dari kata ilaah mempunyai makna “yang disembah dengan rasa cinta dan pengagungan”. Dialah Allah satu-satunya dzat yang mempunyai hak untuk disembah, inilah makna kalimat tauhid

لا إله إلا الله    tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah”

وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰه وَ ٰ⁠حِدۖ لَّاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِیمُ

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al Baqoroh : 163)

Barangsiapa yang menjadikan selain Allah sesembahan, maka dia telah mengsekutukan Allah dengan selainNya/telah berbuat kesyirikan.

ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا یَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلۡبَـٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡعَلِیُّ ٱلۡكَبِیرُ

“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang bathil, dan sungguh Allah, Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. Al Haj : 62)

Tauhid macam inilah inti dakwah dan ajaran yang dibawa oleh para Rosul, terjadinya perselisihan dan konflik antar mereka dikarenakan dakwah mengajak ke tauhid ini,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah ṭāgūt,” kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An Nahl : 36)

Pertama kali kewajiban orang masuk islam adalah mengucapkan syahadat, hal ini menunjukkan bahwa tauhid uluhiyah menjadi maksud dakwah para rosul. Tauhid ini adalah pondasi yang terbangun diatasnya semua amal, dengan tanpa mewujudkannya maka tidak akan sah dan benar, karena jika tauhid ini tidak terwujudkan maka bisa terjadi kebalikannya yaitu syirik.

Apa perbedaan dari kedua tauhid tersebut ? Berikut ringkasannya :

No Perbedaan Rububiyah Uluhiyah
1 Keterkaitan Tauhid Rububiyah berkaitan dengan perbuatan Allah Tauhid Uluhiyah berkaitan dengan perbuatan hamba
2 Pengakuan Tauhid Rububiyah diakui oleh semua makhluk termasuknya orang-orang musyrik Tauhid Uluhiyah tidak semua orang mengimaninya  bahkan banyak yang berbuat sebaliknya
3 Hukum Orang yang sekedar meyakini tauhid Rububiyah saja, tidak cukup menjadikan dia muslim Orang yang meyakini tauhid Uluhiyah dia seorang muslim
4 Kabar dan perintah Tauhid Rububiyah berujung ke iman kepada semua apa yang dikabarkan oleh Allah dan RosulNya Tauhid Uluhiyah mewajibkan untuk mewujudkan perintah Allah dan RosulNya

 

3. Tauhid Asma’ was shifat

Yaitu menetapkan untuk Allah nama-nama dan shifat-shifat yang telah ditetapkan Allah sendiri lewat firmanNya atau yang telah ditetapkan oleh RosulNya dalam sabdanya; tanpa tahrif (penyimpangan), ta’thil (meniadakan), takyif (membagaimanakan) dan tamtsil (menyerupakan).

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَاۤءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِینَ یُلۡحِدُونَ فِیۤ أَسۡمَـٰۤىِٕهِۦۚ سَیُجۡزَوۡنَ مَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ

“Dan Allah memiliki Asmā’ul Ḥusnā (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmā’ul Ḥusnā itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya.Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al A’rof : 180)

Tauhid jenis inilah terjadi perselisihan antara ahlus sunnah dengan ahlul bid’ah.

Ahlus sunnah mempunyai qoidah di dalam menetapkan asma’ was shifat :

  1. Menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana yang telah ada di dalam Alquran dan assunnah, sesuai dzohirnya dan sesuai makna dari lafadz yang ada. Tidak menta’wilkan atau mengubah makna dari lafadz yang ada.
  2. Meniadakan penyerupaan dengan sifat makhluk. Sebagaimana firman Allah

 لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. As Syuro : 11)

  1. Tidak melampaui apa yang sudah ada dalam alquran dan assunnah, jika ada maka ditetapkan, jika tidak ada maka ditiadakan, jika didiamkan maka diam tidak berkomentar. Karena nama dan sifat Allah itu tauqifi (harus berdasarkan dalil nas).
  2. Ahlus sunnah meyakini bahwa dalil tentang nama dan sifat Allah itu muhkam (jelas); yang bisa difahami.
  3. Ahlus sunnah menyerahkan kaifiyah (bagaimana) dan hakikat sifat Allah kepada Allah, dan tidak mempertanyakan maupun mencari-cari hakikat sifat Allah.

Inilah pembagian tauhid dan penjelasannya secara singkat, walaupun para ulama berbeda ungkapan dalam istilah, tetapi intinya kembali ke tiga bagian yang sudah di bahas. Semoga penulis dan pembaca selalu di atas tauhid yang benar dan lurus hingga akhir hayat.

Waallahu a’lam bis showab.

 

Referensi :

  • https://www.alukah.net
  • https://dorar.net/aqeeda
  • Aqidatut tauhid
  • Nubdzah fil aqidah islamiyah
  • Syarh kitab ushul tsalatsah syekh sholih al ushoimi.

Ditulis Oleh : Muhammad Fathoni, B.A

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here