Dalam diri masing-masing orang ada kepercayaan yang dianut dan dipegang dengan erat agar tidak lepas dari kepercayaannya tersebut. Kemudian dari kepercayaan tersebut timbulah amalan dan ucapan sesuai dengan kepercayaannya, dan hal inilah lah yang disebut dengan iman.
Para pembaca hadaniyallahu wa iyyaakum
Di bawah ini akan kami paparkan sedikit mengenai pengertian iman.
Pengertian Iman Secara Etimolgi (Bahasa).
Makna iman ditinjau dari sudut pandang bahasa Arab memililiki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1) Al-Amaan wa Ath Thumaninah (الأمان و الطمأنينة) Aman dan Nyaman.
2) Al-Iqrar (الإقرار) Pengakuan.
3) Amanah (الأمانة) Menepati Janji.
4) Ats Tsiqqah (الثقة) Percaya.
5) At Tashdiq (التصديق) Percaya/Membenarkan.
Dari sekian banyak pengertian diatas, maka yang paling benar dari pengertian iman adalah الطمأنينة (aman dan nyaman) dan الإقرار (pengakuan) sebagaimana yang di sampaikan oleh Ar Roghib Al Ashfahaani dan Ibnu Taimiyah rahimahumallah.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Jika iman ditafsiri dengan الإقرار maka ini lebih baik, kita katakan iman artinya secara bahasa: إقرار (pengakuan) dan tidak ada إقرار (pengakuan) kecuali dengan disertai تصديق (percaya dan membenarkan).
Pengertian Iman Secara Syariat.
Hakikat iman itu terdiri dari perkataan dan amal perbuatan, iman itu bisa bertambah dan bisa juga berkurang. Definisi ini sudah menjadi kesepakatan ulama ahlis sunnah serta telah dijabarkan pula oleh salafus shaleh seperti imam Syafi’i, imam Al Bukhori, dll.
Poin-poin penjabaran iman itu terdiri dari perkataan, amalan, dapat bertambah dan berkurang:
– Perkataan hati adalah keyakinan dan kepercayaan
– Perkataan lisan adalah syahadah
– Amal hati adalah seperti keikhlasan dan tawakkal
– Amal badan semua perbuatan badan seperti shalat, dll.
– Amal lisan seperti dzikir, membaca Al-Quran
– Bertambah dengan mentaati Allah dan rasul-Nya
– Berkurang dengan maksiat.
Di antara ulama ada pula yang mengungkapkan dengan bahasa lain yaitu,
“Perkataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan pengamalan dengan anggota badan, tiga ini (perkataan, kayakian, pengamalan) adalah rukun di dalam iman itu sendiri, apabila hal ini lepas dari seseorang maka imannya tidak sah”.
Tiga rukun dalam definisi diatas sesuai dengan hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
الإيمان بضع وسبعون أو بضع وستون شعبة، فأفضلها قول: لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان
“Iman ada tujuh puluh atau enam puluh sekian cabang, paling utamanya adalah ucapan Lailaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhaq di sembah selain Allah), dan paling rendah menghilangkan gangguan dari jalan, dan rasa malu termasuk dari cabang iman”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Pembaca yang semoga Allah muliakan
Jika dilihat dari definisi di tas, maka iman adalah suatu istilah untuk segala aspek agama, dari rukunnya maupun cabangnya, secara dzohir (yang nampak) maupun bathin (tidak nampak), maka termasuk apa saja yang Allah ta’ala cintai dan ridhai dari keyakinan, ucapan maupun amalan, baik dzohir maupun bathin, bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan berkurang dengan maksiat.
Perbedaan Iman dan Islam.
Iman dan Islam mempunyai persamaan dan perbedaan, karena dua hal ini menjadi satu kesatuan di dalam diri seorang muslim, tidak terbayangkan bila seseorang itu muslim tapi tidak beriman atau seseorang itu mukmin tapi tidak Islam, berikut persamaan dan perbedaan makna dari iman dan islam,
Pertama, Apabila kalimat iman maupun islam di sebut secara sendirian (tidak bergabung dalam suatu kalimat), maka kedua-duanya mempunyai arti yang sama yaitu, agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wa sallam yang terdiri di dalamnya keyakian, ucapan, dan pengamalan, baik dzohir maupun bathin.
Kedua, Sedangkan apabila kalimat iman maupun islam di sebut bebarengan dalam sebuah kalimat, maka iman dan islam mempunyai makna yang berbeda, dalam kondisi ini iman berarti amalan bathin (hati) seperti keyakinan dan kepercayaan, sedangkan islam berarti amalan dzohir yang nampak dan terlihat.
Semoga penulis dan pembaca mendapat hidayah islam dan iman yang kuat serta kekuatan untuk mengamalkan syariat yang ada di dalamnya.
***
Referensi:
– Al-Imanu ‘Indas Salaf.
– Al-Matholibul Mufiidah fi Masaailil ‘Aqidah.
– Syarh ‘Aqidah Al-Wasithiyah.
– Syarh Tashiil Al ‘Aqidah Al Islamiyah.
– Syarh Ushu Tsalatsah.
Ditulis oleh : Muhammad Fathoni, Lc
Artikel HamalatulQuran.com