Home Artikel Alquran Pelajaran dari Doa Nabi Ibrahim Bag.2

Pelajaran dari Doa Nabi Ibrahim Bag.2

1173
0

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 127)

 

Pentingnya Tolong-Menolong Dalam Kebajikan

donatur-tetap

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya dan disyariatkannya tolong-menolong dalam kebaikan, oleh karena itu kita jumpai Nabi Ismail membatu ayahnya Nabi Ibrahim ‘alaihimas salam untuk melaksanakan amal shaleh, maka dari itu tolong-menolong dalam beramal shaleh adalah hal yang dituntunkan bahkan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,

 وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَ انِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS. Al-Ma’idah : 2)

 

Memperhatikan Syarat Diterimanya Amal

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) kami.” (QS. Al-Baqarah : 127)

 

Dalam ayat diatas pun menunjukknn bahwa yang terpenting dalam beramal adalah al-qobul (diterimanya amal), maka dari itu yang paling penting untuk senantiasa kita pikir apakah amal shaleh kita diterima oleh Allah ta’ala ataukah tidak, karena ini adalam poros hakiki dalam setiap amalan ibadah seorang hamba. Maka dari itu memikirkan al-qobul adalah hal penting sehingga kita tidak sekedar beramal saja namun juga menimbang apakah amal kita akan diterima ataukah tidak.

Sunguh betap banyak orang yang beramal dengan penuh kesungguhan, beramal dengan amalan yang banyak, namun dia tidak mendapatkan kecuali rasa capek saja, sehingga nasibnya seperti orang-orang yang Allah sebutkan dalam firmankan-Nya:

عَامِلَةُ نَّاصِبَة

“Bekerja keras (beramal) lagi kepayahan.” (QS. Al-Ghasyiyah : 3)

 

Said bin Jubair dalam menjelaskan ayat ini berkata : ”Mereka adalah orang-ornng yang beramal tidak ikhlas karena Allah ta’ala.

Syeikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi rahimahullah berkata: “Mereka adalah orang yang banyak berbuat kebajikan namun mereka tidak beriman kepada Allah ta’ala, sehingga amalan mereka menjadi sia-sia.”

Oleh karena itu pula Nabi shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda :

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)

Dalam lafadz (رُبَّ) yang artinya betapa banyak, menunjukkan bahwa oeang-orang yang beramal dan hanya mendapatkan rasa letik dan capek bukianlah orang yang sedikit, namun banyak orang.  Maka dari itu bagi setiap muslim ketika ia ingin beramal atau beribadah alangkah baiknya ia perhatiakan dua hal yang menjadikan amal ibadah itu diterima oleh Allah ta’ala, dua hal tersebut adalah:

  • Ikhlas karena Allah ta’ala
  • Sesuai dengan petunjuk Rasulullah shalallahu alaihi wa salam (ittiba’)

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Fudhail bin Iyadh ketika menerangkan apa itu amalan yang terbaik dalam firman Allah ta’ala,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk : 2)

Beliau berkata : “ Amalan yang terbaik adalah amalan yang paling ikhlas karena Allah ta’ala dan paling sesuai dengan tuntunan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.”

Maka apabila kedua hal tersebut (ikhlas dan ittiba) tidak terkumpul pada amal ibadah seorang hamba niscaya amal itu akan menjadi sia-sia. Atau tidak akan diterima oleh Allah ta’ala. Wallahu ta’ala a’lam

 

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

Tulisan ini kami sadur dari video khutbah Idul Adha Ustadz Aris Munandar hafidzahullah di Pondok Pesantren Hamalatul Quran Yogyakarta 4 tahun lalu dengan beberapa tambahan seperlunya, video lengkapnya Hamalah TV

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here