Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menceritakan ucapan Rasul-Nya yaitu Yusuf bin Ya’qub ‘alaihimas sholatu was salam
إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Sesungguhnya Robku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf: 100)
Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengatakan demikian setelah diterpa berbagai cobaan; dibuangnya beliau ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dipisahkan dari kedua orangtua dan keluarganya, dijual dan dijadikan budak, di fitnah berbuat keji, dijebloskan ke penjara, dsb, hingga beliau di angkat menjadi menteri dan mempunyai kedudukan di negeri dan akhirnya berkumpul kembali dengan keluarganya. Semua rintangan dan ombang-ambing ini hingga sampai beliau naik tahta, beliau mengetahui benar bahwa ini adalah kelembutan Allah kepadanya, maka beliau benar-benar mengakui bahwa semua ini adalah karunia dari Allah dan beliau nisbatkan kepadaNya dengan mengucapkan إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ. Hal seperti ini adalah termasuk nikmat Allah yang sangat besar yang dikaruniakan kepada hambaNya, yaitu mampu mengimani dan menyambungkan antara keadaan yang dilalui dengan makna-makna nama Allah yang indah dan sifatNya yang tinggi.
Memahami nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dengan benar, dan juga berusaha untuk bisa mengemplementasikan di kesehariannya akan membuahkan dua hal:
1. Menambah iman
2. Mudah menerima ketentuan atau taqdir yang menyakitkan, terutama lagi ketika hal tersebut diiringi dengan keridhoan dia kepada Allah, yaitu dengan meyakini seyakin-yakinnya bahwa apa yang di pilih Allah pasti yang terbaik baginya dari pada pilihan sendiri..
Di antara nama-nama Allah yang sering di sebut dan terulang-ulang penyebutannya dalam al-quran, dan mempunyai dampak dalam kehidupan hamba -bagi yang memahami dan merealisasikannya- yaitu namaNya اللطيف dzat yang maha lembut.
Allah ta’ala menyanjung diri-Nya di dalam beberapa ayat dalam al-quran, diantaranya:
لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan, sedang penglihatan Dia dapat mencapai segala penglihatan; dan Dialah Yang Maha lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 103)
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui ?!”. (QS. Al Mulk: 14)
Bagaimana kita mewujudkan makna dari nama Allah Al-Lathif ini dalam kehidupan keseharian ? Dan apa dampaknya ?
Sungguh yang mentafakkuri dan mentadabburi pada dampak dari sifat Allah yang lembut kepada hambaNya ini, dialah yang bisa menjawab pertanyaan di atas.
Termasuk kemaha lembutan Allah kepada hambaNya adalah ketika Allah telah menentukan rizkiNya untuk hamba-hambaNya. Tentunya ketika Allah menentukan rizki untuk hambaNya didasari ilmuNya tentang kemaslahatan untuk hamba tersebut, tidak disesuaikan dengan keinginan hamba, bisa jadi hamba ini menginginkan rizki ini tetapi yang lainnya lebih berhak mendapafkannya dan lebih baik. Allah menentukan rizki hamba sesuai dengan kemaslahatan yang Allah ketahui dan itu berdasarkan kelembutan Allah kepada hambaNya, walaupun hambaNya tidak menyukainya. Allah berfirman:
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy-Syu’aro’: 19)
Wa Allahu ‘alam bis showaab.
Bersambung…
Ditulis Oleh: Muhammad Fathani, B.A