Home Artikel Alquran Lima Manfaat Mentadabburi Al Quran

Lima Manfaat Mentadabburi Al Quran

8054
0

Barangsiapa yang mentadaburi Al-Quran kemudian memahami makna-maknanya, memikirkan kandungan isinya maka ia akan meraih kemuliaan yang tinggi, keridhaan dari Allah Taala serta ia akan senantiasa diberi taufik dalam kehidupannya.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, Tidak ada hal yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba selain mengisi hidupnya dengan tadabur Al-Quran Al-Karim. (Madarik As Salikin 1/450)

Pada artikel kali ini kami akan memaparkan beberapa menfaat agung yang akan diraih oleh orang-orang yang gemar mentadaburi Al-Quran. Dan semoga kita termasuk dari golongan mereka. Amin

1.Menambah Iman di dalam Hati.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata,

donatur-tetap

تَدَبُّر كِتَاب اللهِ مِفْتَاح لِلْعُلُوْمِ، وَبِهَ يَسْتَنْتِج كُلّ خَيْر، وَتَسْتَنْتِج مِنْهُ الْعُلُوْم، وَبِهِ يزْدَادُ الْإِيْمَان فِيْ الْقَلْبِ، وَترْسَخ شَجَرَته

“Mentadaburi kitabullah adalah kunci bagi berbagai ilmu, dengannya seseorang akan meraih segala kebaikan serta meraih ilmu-ilmu (yang banyak) dan dengannya pula akan menambah iman di dalam hati serta menguatkan akar pohonnya.” (Taisir Al-Karim Al-Mannan hlm.189)

2. Mensucikan Hati dan Jiwa.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

بِمِقْدَارِ طَهَارَةُ الْقَلْب المُؤْمِن يَكُوْن أَثَرُ القُرْآن عَلَيْهِ

“Pengaruh Al-Quran pada diri seorang mukmin itu berbanding lurus dengan kadar kesucian hatinya.”

Maka mentadaburi Al-Quran adalah obat bagi hati. Jika hati bersih maka jiwa pun akan menjadi suci. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إَنَّ الْقُلُوْبَ لَتَصدأ كَمَا يَصدأ الْحَدِيْد، قِيْلَ: وَمَا جِلَاؤُهَا؟ قَالَ: تِلَاوَةُ الْقُرْآن وَذِكْرُ الْمَوْتِ

“Hati manusia itu berkarat seperti halnya besi berkarat. “Lalu ditanyakan, apa obatnya? Rasulullah menjawab,: membaca Al-Quran dan ingat pada kematian”. (HR. Al Baihaqi no. 2014).

3. Khusyu’ dalam Tangisan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَمِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا۟ مِنَ ٱلْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكْتُبْنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ

“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam).” (QS. Al-Maidah: 83)

Nabi shalallahualaihi wasallam bersabda,

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

“Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi no. 1639)

Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari menerangkan bahwa imam Al-Bukhari dalam shahihnya Ketika menjelaskan Fadhail Al-Quran beliau menulis bab khusus Menangis Ketika Membaca Al-Quran.

Imam Al-Gazali rahimahullah berkata, Dianjurkan menangis Ketika membaca Al-Quran, dan hal ini dapat diraih dengan menghadirkan rasa sedih dan takut di dalam hati saat merenungkan ayat-ayat Al-Quran terutama saat menjumpai ayat ancaman,peringatan, balasan, janji-janji. Kemudian ia merenungkan akan kelalaian dirinya dalam menunaikan perintah-perintah (dalam Al-Quran), makai a akan bersedih dan kemudia menangis. (Ihya Ulumuddin 1/219)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

البُكَاءُ عِنْدَ قِرَاءَة الْقُرْآن صِفَةُ الْعَارِفِيْنَ وَشِعَارُ الصَّالِحِيْن

“Menangis Ketika membaca Al-Quran adalah sifat orang-orang yang arif dan syiar orang-orang yang shalih.” (Fathul Baari 9/121)

4. Meneladani Akhlak Nabi Shalallahu’alaihi wasallam.

Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang akhlah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berkata,

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآن
“Akhlah beliau adalah Al-Quran.” (HR. Ahmad)

Ketika kita ingin meneladani akhlak Nabi shalallahu’alaihi wasallam dengan sempurna maka hendaknya kita senantiasa berusaha untuk mengamalkan isi Al-Quran dengan semaksimal mungkin.

5. Solusi untuk Berbagai Krisis dan Problematika Kehidupan.

Allah Ta’ala berfirman,

مَاۤ اَنۡزَلۡـنَا عَلَيۡكَ الۡـقُرۡاٰنَ لِتَشۡقٰٓ

“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah” (QS. Thaha: 2)

Contoh nyatanya adalah kisah Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah yang sangat terkenal yang diceritakan langsung oleh muridnya sendiri yang bernama Rabi’ bin Subaih rahimahullah, dia berkata, “Ada seorang yang mengadu musim paceklik kepada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, beliau rahimahullah berkata, ‘Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah ampun kepada Allah.’ Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata, ‘Do’akanlah saya agar dikaruniai anak.’ Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah ampunan kepada Allah.’ Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering.Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mohonlah ampun kepada Allah.’

Melihat hal itu, Rabi’ bin Subaih bertanya, “Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?’ Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menjawab, ‘Aku tidak menjawab dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam firman-Nya,

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا

“Maka, Aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, seseunnguhnya dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Referensi:
At Taat Al ‘Isyrun li Tadaaburi Al Quran, karya Nashir bin Ali Al Qahthani, terbitan Dar Al Hadharah 2017 Riyadh KSA.

***

Ditulis oleh: Muhammad Fatwa Hamidan (Alumni PP Hamalatul Quran dan mahasiswa S1 fakultas Syari’ah, Universitas Islam Madinah)

Artikel: hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here