Home Artikel Kejujuran yang Tercela

Kejujuran yang Tercela

1597
0

 

by : unsplash

Bismillah..

Saudaraku yang semoga senantiasa Allah berikan perlindungan, telah kita ketahui bersama bahwa pada dasarnya kejujuran adalah suatu hal yang baik dan sangat terpuji dalam syari’at islam. Bahkan Allah ta’ala telah menjelaskan bahwa kejujuran itu merupakan sifat orang-orang yang beriman.

إِنّمَا الْمُؤْمِنُونَ الّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ ثُمّ لَمْ يَرْتَابُواْ وَجَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـَئِكَ هُمُ الصّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu; dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

donatur-tetap

(QS. Al-Hujuraat : 15)

Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa kejujuran itu akan membawa pelakunya kecuali kepada surga, Nabi bersabda :

عليكم بالصدق فإن الصدق يهدى إلى البر وإن البر يهدى إلى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإياكم والكذب فإن الكذب يهدى إلى الفجور وإن الفجور يهدى إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا

“Berpegang teguhlah pada kejujuran karena kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.

Dan hati-hatilah kamu terhadap kedustaan karena kedustaan membawa kejahatan dan kejahatan itu membawa kepada neraka. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Namun ada beberapa kondisi dimana orang yang jujur malah tidak mendapat sanjungan  dan kemuliaan sebagaimana tertera dalam dalil-dalil diatas. Apa saja kondisi tersebut ? maka dalam tulisan ini kami akan sedikit menjelaskan tentang kejujuran dari “sisi yang lain” tersebut.

Berikut adalah contoh kondisi dimana orang yang berkata jujur tidak mendapatkan pahala namun mendapatkan dosa:

Pertama, ghibah (ngegosip)

Ghibah atau menggunjing (ngrumpi, gosip) merupakan perbuatan tercela walau terkadang yang dibicarakan adalah fakta dan tan pa dibumbui kebohongan sedikitpun dan hal tersebut merupakan bentuk khianat terhadap aib-aib kaum muslimin yang seharusnya ditutupi. Allah ta’ala berfirman :

وَلاَ يَغْتَب بّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوه

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”

(QS. Al-Hujuraat : 12)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أتدرون ما الغيبة قالوا الله ورسوله أعلم قال ذكرك أخاك بما يكره قيل فرأيت إن كان في أخي ما أقول قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه فقد بهته

“Apakah kalian tahu apa ghibah ?”

mereka berkata : “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”.

Beliau bersabda : “Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, maka kamu telah melakukan ghibah.”

Beliau ditanya : “Bagaimana jika sesuatu yang aku katakan ada pada saudaraku ?”

Beliau menjawab : “Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya.”

(HR. Muslim)

Ghibah itu hukumnya haram, baik sedikit ataupun banyak.

عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لما عرج بي مررت بقوم لهم أظفار من نحاس يخمشون وجوههم وصدورهم فقلت من هؤلاء يا جبريل قال هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس ويقعون في أعراضهم

Dari Anas bin Malik ia berkata :  Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam : “Ketika aku sedang dimi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga yang sedang mencakar wajah dan dada mereka.

Aku bertanya : ‘Siapakah mereka wahai Jibril ?’

Jibril menjawab : ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatannya.” (HR. Abu Dawud)

Kedua, namimah (Adu Domba)

Namimah lebih tercela dan lebih buruk daripada ghibah. Disamping itu namimah merupakan pengkhianatan dan kehinaan yang kemudian berakhir dengan percekcokan, pemutusan silaturahim, dan kebencian di antara teman, saudara atau keluarga. Allah ta’ala telah mencela orang yang berperangai seperti ini dengan firman-Nya :

وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ * هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ * مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.”  (QS. Al-Qalam : 10-12)

Tidak dipungkiri lagi bahwa namimah termasuk salah satu jenis dosa besar. Oleh karena itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang namimah serta menjelaskan bahwa pelaku namimah akan dimasukkan ke dalam neraka, Nabi bersabda :

لا يدخل الجنة نمام

“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang mengadu domba adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah ta’ala, penghuni neraka dan bila tidak bertaubat akan menjadi hamba yang terhina di dunia dan putus asa dari rahmat Allah di akhirat.

Semoga Allah snenatiasa menjaga diri kita agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan diatas yang mana akan menghantarkan kita menuju nereka, wal ‘iyadzubillah..

Wallahu ‘alam bis showab.

______

Referensi :

– Arba’un Hadits fii Al Adab

– Kitabul Adab.

***

Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan

Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here