Home Artikel Alquran Hakikat Ahlul Quran yang Sejati

Hakikat Ahlul Quran yang Sejati

123
0

Ahlul Quran, sebuah kata yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita dewasa ini. Namun sudah benarkah pemahaman kita dengan kata “Ahlul Quran” ini? Apakah yang dimaksud hanya yang sering membaca Al-Quran, yang hafal Al-Quran atau yang mengamalkan isinya walau tidak hafal Al-Quran.

Pada tulisan kali ini kita akan membagas kedudukan mulia Ahlul Quran serta hakikat Ahlul Quran yang sejati.

Adapun terkait kedudukan agung dan tinggi disisi Allah Ta’ala, cukuplah 2 hadis yang akan kami jelaskan ini.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ” قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟قَالَ: “هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai banyak ahli (keluarga) dari kalangan manusia”.Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, siapakah mereka?”Beliau bersabda: “Ahli Qur`an adalah ahli Allah dan orang-orang khusus-Nya.”(HR. Ahmad no. 12279 Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

donatur-tetap

Dalam hadis di atas Nabi menjelaskan agung dan tingginya kedudukan ahlul Qur’an. Yang di maksud dengan Ahlul Qur’an, yaitu merekanyang mengamalkan isi Al-Quran, senantiasa membaca Al-Qur’an sepanjang hidupnya, dan sebagian ulama seperti Ibnu Atsir, Al-Munawi dan As-Sindi memasukkan pula para penghafal Al-Qur’an.

“Keluarga Allah dan orang-orang khususnya” mereka adalah orang yang memiliki kemuliaan dan anugrah dari Allah Ta’ala. Mereka dinamai dengan Ahlul Qur’an sebagai pemuliaan sebagaimana Ka’bah kiblat kaum muslimin disebut pula dengan nama Baitullah.

At-Tirmidzi berkata, “yang disebut Ahlul Quran adalah mereka yang membaca Al-Qur’an sampai ke hati mereka, yang bersih hati mereka dari dosa, Al-Qur’an mengangkat derajat mereka dan tersingkaplah kemuliaan dan keindahan mereka.

Dan bukanlah Ahlil Quran kecuali siapa yang membersihkan diri dari dosa baik secara dijahit maupun batin serta menghiasi diri dengan ketaatan. Haram bagi yang tidak memiliki sifat ini untuk menjadi orang-orang khusus-Nya” (Faidhul Qadir 3/67)

Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن من إجلال الله إكرام ذي الشيبة المسلم وحامل القرآن غير الغالى فيه ولا الجافى عنه وإكرام ذي السلطان المقسط

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah memuliakan orang yang sudah tua, orang yang membaca Al Qur’an yang tidak berlebihan dan tidak meninggalkannya, serta memuliakan pemimpin yang adil.” (HR. Abu Dawud no.4843 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

“Orang yang membaca Al Qur’an yang tidak berlebihan” maksudnya adalah para pembaca Al-Quran yang tidak melampaui batas dalam beramal dengannya, serta menyelami dan mengamati makna tersembunyi dalam ayat, tidak berlebihan pula dalam makhorijul huruf sehingga malah melenceng dari makhraj aslinya.

“dan tidak meninggalkannya” maksudnya adalah meninggalkan Al-Qur’an enggan membacanya, bahkan dengan hukum-hukum bacaannya, enggan menyelami makna-maknanya seta enggan mengamalkan isinya.

Sebagain ulama menerangkan ghuluw maksudnya adalah berlebihan dalam tajwid dan terlalu cepat membaca Al-Quran, sehingga menyusahkan mereka dalam mentadabburu makna. Adapun Al-Jufa’ artinya adalah enggan mengamalkan isi Al-Quran (‘Aunul Ma’bud 13/132)

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa makna Ahlul Quran tidak dibatasi dengan salah satu sifat saja, semisal germar beramal saja, gemar membacanya saja, gemar menghafalkan saja. Namun disebut Ahlul Quran ketika sifat-sifat mulia yang telah dipaparkan oleh para ulama itu ada dalam diri seorang muslim, ketika itulah ia akan mendapatkan predikat mulia berupa Ahlul Quran.

Referensi: Hilyah Ahlil Quraan, Mrkaz Ad-Dirasat wal Ma’lumat Al-Quraniyyah bi Ma’had A-Imam Asy-Syatibhi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here