Penghafal Al-Quran sejati bukanlah mereka yang pernah khatam lalu puas hanya sampai disitu saja. Bukan pula mereka yang jarang muroja’ah dan tak pernah istiqomah.
Penghafal Al-Quran sejati adalah mereka yang senantiasa menghiasi hari-harinya dengan muroja’ah. Bagi mereka Al-Quran merupakan santapan harian yang bahkan lebih urgen dari makanan sehari-hari.
Diantara contoh penghafal Quran sejati adalah Syaikh Muhammad Sidiya Walad Ujdud hafidzahullah, seorang Ulama besar di Mauritania.
Setelah menyelesaikan hafalan pada usia yang terbilang masih belia, beliau tidak lantas berleha-leha ataupun berpesta pora. Sebab beliau tahu betul bahwa perang melawan malasnya muroja’ah baru saja memasuki babak utama. Mari kita simak bersama penuturan beliau sendiri :
ووافق ذلك دخول شهر رمضان، فعملتُ لنفسي جدولا للمراجعة؛ وهو أني كنت أُصَلِّي الفجر في المسجد، ثم أخرج إلى البَرِّ على قدمي وأقصد شجرةً ذاتَ ظل ظليل أعرفها، فأجلس تحتها إلى صلاة الظهر فيتيسر لي قراءة عشرين جزءًا، ثم أرجع فأرتاح قليلا، ثم أستأنف التلاوة من جديد قبيل العصر، وبعد العصر، وبعد المغرب قليلا، وبعد العشاء قليلًا، وآخرالليل، فيتيسر لي قراءة عشرين جزءًا أخرى! وهكذا كل يوم وليلة يتيسر لي قراءة أربعين جزءًا
“Hari selesainya hafalanku bertepatan dengan masuknya bulan Ramadhan. Aku pun segera membuat jadwal muroja’ah pribadi. Setiap pagi setelah shalat shubuh di masjid, aku akan menuju sebuah pohon yang cukup rindang dan berteduh dibawahnya hingga waktu dhuhur. Selama waktu tersebut aku berhasil murojaah sebanyak 20 juz. Setelah itu aku beristirahat sejenak.
Jadwal selanjutnya adalah menjelang shalat Ashar hingga beberapa menit setelah shalat Isya. Lalu dilanjutkan kembali pada akhir malam. Pada kisaran waktu tersebut aku berhasil menyelesaikan 20 juz juga. Seperti itulah Allah subahanahu wata’ala mudahkan diriku untuk murojaah sebanyak 40 juz tiap hari di bulan ramadhan.”
Beliau melanjutkan:
فأحمد الله وأشكره، تيسر لي في رمضان من ذلك العام أن أختم القرآن أربعين ختمة، نفعتني في ضبط حفظي إلى يومنا هذا بفضل الله
“Alhamdulillah selama bulan ramadhan aku dimudahkan untuk bisa mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 40 kali khatam di tahun tersebut. Dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hafalanku hingga hari ini, atas karunia dari Allah Ta’ala”
Ya, begitulah seharusnya penghafal Al-Quran, tak puas hanya karena telah khatam satu atau dua kali. Akan tetapi selalu haus untuk murojaah Al-Quran hingga akhir hayat nanti.
Teringat pula dengan perkataan Syaikh Al Albani rahimahullah dimana brliau berkata,
“Dahulu sewaktu aku masih bekerja di toko untuk memperbaiki jam, aku selalu menyimpan mushaf di depanku. Dan aku selalu berusaha, bukan hanya membacanya, tapi juga menghafalnya sambil aku bekerja. Aku melakukan ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تعاهدوا بالقرآن
“Sering-seringlah berinteraksi dengan Al-Quran”. (Su`aalatu ‘Aliyyi Al Halaby lis Syaikh Al Albani, hal. 335)
Semoga Allah subahanahu wata’ala memudahkan kita untuk menjadi penghafal Al-Quran yang sesungguhnya.
Referensi : Shuwa wa Kuwa karya Muhammad bin Sulaiman Al Mihna