Home Artikel Serial Pendidikan Anak (Bag. 1)

Serial Pendidikan Anak (Bag. 1)

1064
0
@ by : Unsplash

Bismillah…

Setiap orang tua pasti mencintai anaknya karena fitrah yang diberikan Allah. Namun rasa cinta dan sayang terhadap anak terkadang diungkapkan dengan cara yang tidak tepat yang justru berdampak buruk bagi pendidikan sang anak. Sebagian orang tua bersikap keras pada anaknya dengan harapan mereka menjadi anak-anak yang patuh, namun sebagian lagi bersikap lunak pada anaknya dan menuruti semua kemauan sang anak karena cinta mereka yang mendalam pada sang anak.

Lalu, bagaimana Islam mengajarkan cara mendidik anak ?

Apakah ada kondisi di mana, salah seorang anak harus dikerasin agar menjadi anak yang shalih dan yang lainnya harus lunak. Tentu jawabannya adalah semestinya kita sebagai orang tua kembali melihat bagaimana Rasulullah dan para sahabat mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi anak yang shalih dan shalihah. Berikut diantara langkah yang hendaknya dilakukan oleh orangtua dalam mendidik buah hatinya.

Pertama, berdo’a agar mendapat keturunan yang shalih.

donatur-tetap

Do’a adalah senjata kaum muslimin. Ungkapan ini nyatanya memang benar adanya. Apapun yang dilakukan hendaklah dimulai dengan do’a, karena bagaimana pun usaha kita, hasil akhirnya tetap berada di tangan Allah Azza wa jalla.

Maka seyogyanya sebagai hambanya yang lemah, hendaklah kita banyak berdo’a. Allah berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ٦٠

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir : 60)

Hendaknya mulai saat sebelum hamil dan juga di saat menjalani masa kehamilan, selalu memohon kepada Rabb agar diberikan anak yang shalih sebagaimana do’a para Nabi.

Nabi Zakaria ‘alaihissalam pernah berdo’a,

وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا ٥ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا

Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya´qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”. (QS. Maryam: 5-6)

Dalam hal ini, agar do’anya dikabulkan nabi Zakariya merayu Allah. Maka, hendaknya kita juga melakukan hal yang sama.

Beliau menyebutkan, “khawatir terhadap mawaliku”.

Maksudnya beliau khawatir dengan orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan urusan yang terkait dengan agama sepeninggalnya dan yang memimpin Bani Isra’il. Beliau dalam hal ini meyakini bahwa keturunan beliaulah yang bias menyandang tugas menggantikan beliau. Maka benarlah kata pepatah yang mengatakan, “hendaknya dalam memilih pasangan mestilah dilihat bibit, bobot dan bebetnya.” Orang tua yang shalih besar kemungkinan memiliki anak shalih.

Nabi Zakaria dalam hal ini menyebutkan bahwa istri beliau mandul, namun beliau tetap yakin bahwa semua keputusan di tangan Allah. Meskipun istrinya mandul, beliau meyakini bahwa jika Allah berkehendak, seorang wanita mandulpun juga bisa memiliki keturunan.

Selanjutnya Nabi Zakaria dengan mengucapkan salah satu asma’ul husna memohon agar keturunannya kelak menjadi orang yang diridhai.

Nabi Ibrahim juga memohon agar diberikan keturunan yang shalih dengan berdo’a,

رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٠٠

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. (QS Ash-Shaffat : 100)

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ ٤٠

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim: 40)

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنٗا وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ ٣٥

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”. (QS Ibrahim: 35)

Para Nabi saja yang jelas keimanannya dan keshalihannya tetap memohon kepada Allah. Maka, kita hendaknya tidak sombong dan merendahkan diri memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang shalih/shalihah.

Kedua, memperbanyakamal shalih dan kebaikan

Keshalihan dan kebaikan orang tua akan berpengaruh baik pada anak, sebaliknya amal-amal jelek dan dosa besar akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak. Amal-amal shalih akan memperoleh ganjaran dan pahala yang akan dirasakan oleh anak. Ganjaran yang dirasakan oleh anak dapat berupa penjagaan, rezeki yang luas, dan pembelaan dari murka Allah.

Adapun amal jelek orang tua akan berdampak jelek kepada anak, dapat berupa musibah, penyakit dan berbagai kesulitan.
Oleh karena itu, hendaknya orang tua memperbanyak amal shalih karena pengaruhnya akan terlihat pada anak.

Sebagaiaman yang terjadi dalam cerita perjalanan nabi Musa dan Khidir, Allah berfirman,

وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا ٨٢

Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh,

maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri.

Demikianitu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.

(Q.S Al-Kahfi: 82)

Maka, perhatikanlah bahwasanya Allah menjaga harta pusaka anak yatim ini sebagai balasan atas keshalihan kedua orang tuanya. Hendaknya orang tua bertaqwa kepada Allah, mejaga makanan, minuman, dan pakaian dengan mencari yang halal sehingga ketika orang tua mengangkat tangan, meminta pada Allah untuk kebaikan anak-anak, maka Allah akan menerima do’a tersebut. Allah akan memperbaiki keadaan anak-anak mereka dan memberkahinya.

Terkadang bukan karena usaha keras kita mencari berbagai metode mendidik anak agar anak menjadi shalih, akan tetapi berkat ketaqwaan dan keshalihan orang tualah, Allah memudahkan kita mendidik mereka.

Allah berfirman,

…إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧

…”Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa”.
(Q.S Al Maidah:27)

_______
Referensi :

Tarbiyatul Aulad, Karya Syekh Mustafa Al-Adawi

***

Ditulis oleh : Jeje Rijalul Hak Lc.

Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here