Allah subhhanahu wa ta’ala menciptakan manusia untuk beribadah, menyembah, bersujud kepada-Nya. Ialah Dzat yang memberi rizki, menjaga dan merawat makhluk-Nya. Waktu, nikmat dan segala yang kita rasakan di dunia adalah modal yang Allah berikan agar kita bisa memaksimalkannya untuk mendapatkan rida-Nya.
Allah telah menetapkan untuk makhluk-Nya rizki. Demikian pula manusia, rizki, umur, amal dan nasibnya di dunia telah ditetapkan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim terkait takdir yang ditetapkan saat seorang berada dalam janin,
…ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
“Kemudian Allah utus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan untuknya 4 perkara; rizkinya, ajalnya, amalnya dan sengsara atau bahagia …” (HR. Muslim)[1]
Beragam Jenis Rizki
Dalam pandangan kita, terkadang memaknai rizki hanya sebatas masalah harta. Sehingga saat terasa sempit urusan materi, seakan-akan kita merasa tidak mendapatkan rizki. Berusaha menggapai rizki materi, namun lupa bahwa Allah berikan kepada kita jenis rizki yang lain. Seorang bisa diberi nikmat rizki berupa ilmu, kelapangan waktu, kesehatan, kekuatan atau yang lainnya.
Saat kita bisa menyadari bahwa jenis rizki amat banyak dan beragam, kita akan lebih mudah bersyukur kepada Alllah subhanahu wa ta’ala. Menyadari ragam jenis rizki juga membuat seorang lebih optimis serta mampu mencari potensi amal yang bisa dilakukan dari apa yang Allah berikan kepada dirinya.
Potensi Ibadah
Ibadah yang Allah subhanahu wa ta’ala syariatkan kepada manusia amatlah banyak. Terdapat amalan yang harus dilakukan oleh seorang muslim, yang kita kenal dengan istilah wajib. Amalan yang dianjurkan untuk dilakukan, kita kenal dengan istilah sunnah. Ada pula istilah mubah, makruh dan haram. Banyaknya jenis dan hukum ibadah mengharuskan seorang muslim untuk mengilmui hal tersebut. Sehingga setiap muslim bisa melaksanakan kewajiban dengan maksimal, menambah dengan amalan sunnah serta meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan.
Setelah amalan wajib diketahui dan dilaksanakan, hendaknya seorang muslim berusaha untuk menambah dengan amalan-amalan sunnah. Bisa jadi setiap orang memiliki amal sunnah favorit yang berbeda-beda. Ada orang yang diberikan kemudahan untuk menjalankan salat malam, ada pula yang mudah dalam sedekah, puasa sunnah, membaca Alquran.
Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Bisa jadi seorang tidak diberi harta yang banyak, namun Allah berikan kepadanya waktu dan tenaga. Sehingga dia bisa gunakan waktu dan tenaganya untuk membantu sesama, menggerakkan massa. Adapula yang diberi oleh Allah nikmat ilmu, sehingga bisa ia sebarkan ilmu, mengajak manusia untuk taat kepada Allah. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam meminta umatnya untuk beramal dengan sebaik-baiknya
اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ
“Beramallah karena setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barangsiapa yang dicciptakan sebagai ahlus sa’adah (penghuni surga), maka ia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan ahlus sa’adah.” (HR. Bukhari dan Muslim)[2]
Pegang Amal Sunnahmu
Hal yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah seorang beramal dengan istiqomah walaupun amalannya terlihat sepele dan sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalah yang dicintai Allah ta’ala adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)[3]
Berusahalah mencari amal sunnah yang bisa dikerjakan dengan istiqomah. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada Abu Hurairah terkait 3 amal sunnah yang mungkin bisa kita jadikan amal itu sebagai amal sunnah andalan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal dunia, (yaitu) puasa tiga hari pada setiap bulan, salat Duha dan salat Witir sebelum tidur.” (Hr. Bukhari dan Muslim)[4]
Kesimpulan
- Allah berikan rizki yang beragam untuk tiap hambanya, syukuri dan jadikan hal itu modal untuk beribadah kepada-Nya.
- Kerjakan amal wajib semaksimal mungkin, selanjutnya cari potensi amal sunnah lalu kerjakan dan istiqomahlah.
[1] Hadis riwayat Muslim no. 2643 dari sahabat Abdullah bin Mas’ud
[2] Hadis riwayat Bukhari no. 4949, Muslim no. 2647 dari sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu
[3] Dari sahabat Aisyah radhiyallahu ‘anha
[4] Hadis riwayat Bukhari no. 1178 dan Muslim no. 721
Ditulis Oleh: Muhammad Fahmi Izuddin, S.Ag