Home Aqidah Perbedaan Respon dari Potret Maksiat Iblis dan Nabi Adam

Perbedaan Respon dari Potret Maksiat Iblis dan Nabi Adam

506
0

Manusia dan jin diciptaan oleh Allah untuk selalu tunduk, patuh dan beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Allah telah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56. Adapun manusia yang pertama kali diciptakan dan dimasukkan ke dalam surga adalah Nabi Adam ‘alaihissalam belau diberi nama Adam karena beliau diciptakan dari adiim al-Ardh atau inti tanah (al-Alusi, 2008). Kisah penciptaan Nabi Adam dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30. Allah Ta’ala mengabarkan kepada para malaikat bahwa Ia akan menjadikan Nabi Adam ‘alaihissalam sebagai pemimpin di muka bumi dan tugas utamanya adalah memakmurkan bumi atas dasar ketaatan kepada Allah (Humaid, 2014)

Allah Ta’ala memuliakan Nabi Adam ‘alaihissalam dengan berbagai kemuliaan yang agung (Syafii, 2020). Kemuliaan tersebut telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah, Nabi Adam diciptakan langsung dengan tangan Allah Q.S Shad ayat 75, ditiupkan ruh kedalam dirinya Q.S Al-Hijr ayat 29, dimuliakan di hadapan para malikat Q.S Al-Hijr ayat 29, diajarkan ilmu Q.S Al-Baqarah ayat 31, dan salah satu kemuliaan terbesar adalah malaikat diperintahkan bersujud kepadanya (Alu Su’ud, 2019).

Ketika seluruh malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam maka dengan sombongnya Iblis menolak karena ia merasa dirinya lebih mulia dibandingkan Nabi Adam. Kesombongan inilah dosa dan maksiat pertama yang ada di dunia. Hal ini dijelaskan Allah di dalam QS. Al-Baqarah: 34. Nabi Adam pun di lain kesempatan karena godaan Iblis ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Nabi Adam dan Hawa memakan buah yang telah Allah larang sehingga keduanya dikeluarkan dari Surga. Hal ini dijelaskan Allah di dalam QS. Thaha: 121.

Kisah Nabi Adam dan Iblis ini telah Allah kabarkan dalam Al-Qur’an dalam berbagai surat dan ayat. Namun nyatanya ada sebagian umat Islam yang belum tahu perbedaan antara maksiat Nabi Adam dan Iblis. Sehingga ada syubhat dalam pikiran mereka kenapa Allah ampuni Nabi Adam sedangkan Iblis tidak diampuni, padahal maksiat Iblis tidak sampai derajat syirik (menyekutukan Allah) yang mana Allah jelaskan dalam QS. An-Nisa: 48 bahwa Allah akan mengampuni dosa selain syirik.

Penelitian ini akan membahas tentang apa saja bentuk maksiat yang dilakukan oleh Iblis kepada Allah, bagaimana Nabi Adam tertipu dengan godaan Iblis yang mengakibatkan Nabi Adam pun akhirnya bermksiat kepada Allah dengan melanggar perintahnya. Kemudian pembahasan akan dilanjutkan dengan perbedaan antara respon Nabi Adam dan Iblis ketika bermaksiat kepada Allah serta bantahan akan syubhat kenapa Nabi Adam diampuni sedangkan Iblis tidak Allah ampuni.

donatur-tetap

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kepustakaan (library research). Metode yang digunakan yaitu analisis teks pada sumber-sumber yang relevan. Dalam hal ini penulis merujuk kepada kitab-kitab tafsir, buku-buku dan tulisan ilmiah yang menunjang dalam pengumpulan data terutama tentang kisah Nabi Adam dan Iblis. Kemudian menemukan titik perbedaan dari kesalahan mereka serta respon keduanya setelah berbuat maksiat.

Pembahasan

A. Potret Maksiat yang Dilakukan Iblis kepada Allah

  1. Menolak Sujud Kepada Nabi Adam

Ketika Iblis diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk bersujud kepada Nabi Adam ia menolak. Hal ini dijelaskan Allah di dalam Q.S. al-Baqarah:34, Q.S. al-A’raf:11, Q.S. al-Hijr: 30-31, Q.S. al-Isra’: 61, Q.S. Thaha:116, dan Q.S. Shad:73-74. Ibnu Katsir mengutip pernyataan Ibnu Abbas dalam Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim menyatakan bahwa Iblis sebelum bermaksiat adalah golongan malaikat yang sering berijtihad dan memiliki banyak ilmu. Hal inilah yang mendorong Iblis berbuat sombong dan menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam (Ibnu Katsir, 2008). Menolak dan enggan melaksanakan perintah Allah sama saja dengan durhaka dan bermaksiat kepada Allah. Hal ini menjadikan Iblis dilaknat oleh Allah dan keluarkan dari surga (al-Wahidi, 2018)

  1. Sombong dan Merasa Lebih Mulia dari Nabi Adam

Setelah menolak perintah Allah, Iblis memunculkan kesombongan dan keangkuhan di dalam dirinya bahwa ia lebih baik daripada Nabi Adam. Iblis merasa lebih mulia karena diciptakan dari api sementara Nabi Adam diciptakan dari tanah. Ia juga merasa lebih kuat dan lebih mulia karena lebih dahulu diciptakan (Jasmi, 2018). Kesombongan Iblis ini diabadikan di dalam Al-Qur’an yaitu pada Q.S. al-A’raf: 12, Q.S. al-Hijr :26-27, Q.S. Al-Hijr: 32-33, Q.S. Al-Kahfi: 50 dan Q.S. Shad: 75. Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa sifat angkuh Iblis timbul karena ia diciptakan dari api. Iblis beranggapan bahwa api lebih unggul dibandingkan tanah (al-Qurthubi, 2011).

  1. Menantang dan Menyalahkan Allah Karena Kesesatannya

Laknat dan hukuman yang diberikan oleh Allah kepada Iblis tidak menjadikannya menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Bahkan Iblis menyalahkan Allah yang membuatnya menjadi tersesat. Ia memohon kepada Allah untuk ditangguhkan kematiannya, dan Allah mengabulkannya. Iblis bahkan berjanji dan bersumpah akan menghalangi anak-cucu Nabi Adam dari jalan yang lurus. Perkataan Iblis ini diabadikan Allah di dalam Al-Qur’an, Q.S. Al-A’raf: 16-17. Berdasarkan keterangan ayat ini maka kehidupan manusia akan selalu diiringi dengan godaan dan tipu daya Iblis. Hanya orang yang bertakwalah yang akan selamat dari godaannya.

  1. Hasad

Iblis adalah makhluk pertama yang melakukan dosa hasad. Iblis hasad kepada Nabi Adam karena Nabi Adam diberikan berbagai kemuliaan yang tidak diberikan kepada Iblis. Padahal Iblis merasa bahwa dia lebih mulia dan lebih berhak mendapat berbagai kemuliaan disbanding Nabi Adam (Ibnu Athiyah, 2001). Dosa hasad telah menjari ciri dari Iblis oleh karenanya Ibnu Qoyyim memaparkan bahwa orang yang memiliki sifat hasad makai a menyerupai dan mengikuti jalan Iblis.

  1. Dendam

Pengusiran dan diturunkannya Iblis dari tempat yang mulia rupanya tidak memberi kesadaran kepada Iblis, melainkan menambah kesombongan dengan dendam. Sebab itu Iblis memohon kepada Allah agar kepadanya diberi kesempatan menghadapi Nabi Adam dengan segala keturunannya itu, sejak dia disuruh keluar itu sampai kepada masa kebangkitan kelak, yaitu sampai berbangkit di hari kiamat. Permohonannya itu dikabulkan oleh Allah sebagaimana dalam Q.S Al-A’raf: 14 (Hamka, 1998). Iblis pun menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah dari pohon larangan, ia memberikan tipu daya dengan bersumpah atas nama Allah. Hal ini telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. Thaha: 120 (Humaid, 2014).

B. Maksiat Nabi Adam kepada Allah

Setelah Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan Allah masukkan ia ke dalam surga kemudian Allah ciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam. Setelah itu Allah perintahkan keduanya untuk tinggal di surga dan Allah izinkan keduanya menikmati apa saja yang ada di surga sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Q.S Al-Baqarah: 35 (Ibnu Katsir, 2008).

Hanya saja Allah memberikan sebuah ujian kepada Nabi Adam dan Hawa untuk tidak mendekati sebuah pohon apalagi mengkonsumsi buahnya. Imam at-Thabari menerangkan bahwa para ulama berselisih pendapat mengenai pohon apakah ini, ada yang berpendapat pohon gandum, pohad tin dan ada pula yang berpendapat pohon anggur. Namun semua pendapat tidak ada yang kuat karena Allah sendiri tidak menjelaskan dengan deail tentang pohon tersebut dan juga tidak ada dalil shahil yang menguatkan salah satu pendapat yang ada (Syakir, 2005).

Mengegtahui Nabi Adam dan istrinya tinggal di sruga dan menikmati segala hal yang ada disana maka Iblis semakin marah dan dendamnya semakin memuncak. Ia merasa mereka berdua tidak pantas merasakan kenikmatan surga sementara ia diusir dari sana dan menerima laknat Allah. Akan tetapi, Iblis telah menyusun rencana jahat sebagai jalan balas dendam kepada Nabi Adam.

Iblis menghasut dan melakukan tipu daya kepada Nabi Adam dan Hawa dengan membujuknya memakan buah larangan tersebut. Iblis menggoda mereka dengan mengatakan bahwa jika mereka berdua memakan buah tersebut maka mereka akan kekal di dalam surga (Jasmi, 2018).

Berbagai upaya dilakukan oleh Iblis untuk membujuk Adam dan Hawa. Iblis meyakinkan mereka berdua dengan bersumpah atas nama Allah bahwa ia adalah seorang yang jujur dalam memberikan nasehat serta petunjuk. Akhirnya Nabi Adam dan Hawa pun tertipu dengan bujukan Iblis sehingga mereka berdua memakan buah pohon larangan tersebut. Hal ini Allah jelaskan dalam Q.S al-A’raf: 20. al-Adawi mengukit perkataan Imam at-Thabari dalam tafsirnya bahwa Iblis mengatakan bahwa ia lebih tahu tentang surga dibandingkan Nabi Adam dan Hawa karena dia diciptakan lebih dahulu. Setelah itu iblis pun bersumpah dengan nama Allah sampai akhirnya Nabi Adam dan Hawa terketuk hatinya menerima nasehat Iblis dan memakan buah dari pohon terlarang. Demikianlah hati mukmin yang sejati selalu terketuk hatinya ketika disebut nama Allah (al-Adawi, 2009).

Setelah Nabi Adam dan Hawa memakan buah dari pohon tersebut maka tersingkaplah aurat keduanya sehingga mereka berdua menutupi aurat mereka dengan daun-daun surga. Setelah itu Allah turunkan Adam dan Hawa dari surga disebabkan pelaggaran yang mereka lakukan.

Penjelas kisah maksiat Nabi Adam karena tipu daya Iblis dan konsekuensi yang Nabi Adam terima semuanya dirangkum dalam tabel deskripsi berikut:

No Surat Ayat Uraian
1 Al-Baqarah 36 Nabi Adam dan istrinya tergelincir atas godaan Iblis dan diturunkan dari surga.
2 Al-A’raf 20-22 Nabi Adam dan istrinya terbujuk tipu daya Iblis, melanggar larangan Allah dan terbukalah aurat keduanya.
3 Thaha 120-121 Tampak aurat akibat atas maksiat terhadap Allah karena tipu daya Iblis.

 

C. Perbedaan Potret Maksiat yang Dilakukan Iblis dan Nabi Adam

Berdasarkan penjelasan di atas, perbedaan maksiat yang dilakukan Iblis dan Nabi Adam adalah respon masing-masing dari mereka atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Iblis merespon maksiat yang ia lakukan dengan kesombongan dan perilaku buruk lainnya. Sementara Nabi Adam merespon pelanggaran yang ia lakukan dengan bersebera bertaubat mohon ampun kepada Allah. Hal ini Allah jelaskan dalam Q.S al-A’raf: 20-22.

Balasan yang diterima Iblis dari respon buruk yang ia lakukan setelah bermaksiat kepada Allah adalah dikeluarkan dari surga serta mendapatkan laknat dari Allah di dunia sampai akherat. Kelak di akherat Iblis akan dimasukkan ke dalam neraka (al-Adawi, 2009)

Sementara Nabi Adam merespon pelanggarannya dengan segera bertaubat kepada Allah. Setelah memakan buah terlarang dan tampak aurat keduanya Allah memanggil Nabi Adam dan Hawa menegur atas kesalahan mereka serta memperingati mereka bahwaIblis adalah musuh Nabi Adam dan semua keturunannya nanti (al-Wahidi, 2018). Konsekuensi yang diterima Nabi Adam adalah terhindar dari murka Allah.

Kasimpulan

Allah memberikan Nabi Adam berbagai kemuliaan yang agung. Kemuliaan yang diterima oleh Nabi Adam ini membuat Iblis hasad, dengki dan dendam, bahkan enggan untuk bersujud kepadanya walau atas perintah Allah. Hal inilah yang memicu Iblis untuk menggoda Nabi Adam agar ia juga ikut bermaksiat kepada Allah.

Nabi Adam bermaksiat dan Iblis pun juga bermaksiat, namun yang menjadikan kedudukan keduanya berbeda adalah Nabi Adam sadar akan kesalahannya maka ia menyesalinya dan segera bertaubat maka Allah terima taubatnya. Adapun Iblis ia tetap angkuh dengan keseombonganya, dan tidak merasa bersalah, sehingga ia tidak bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Akhirnya laknat dan hukuman Allah kepada Iblis tetap abadi.

Taubat dari dosa dan maksiat adalah kunci mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. Adapun makhluk yang enggan bertaubat dan tidak menyesali atas dosa yang telah dilakukan maka ia akan mendapatkan murka dari Allah baik di dunia maupun di akherat, Seperti yang diterima oleh Iblis.

Daftar Pustaka

  • al-Adawi, M. (2009) at-Tashil li Takwil at-Tanzil. Kairo: Maktabah Makkah
  • al-Alusi, M.S. (2008) Ruh al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’an wa as-Sab’u al-Matsani. Idarah ath-
  • Thiba’ah al-Munirah
  • al-Asyqar. (1984) ‘Aalamul Jin was Syayaatin. Kuwait: Maktabah Al-Falaah.
  • al-Qurthubi, A. A. (2011). Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Fikr.
  • as-Sa’di, A. N. (2012). Taisir al-Karim ar-Rahman Fi tafsir Kalam al-Mannan. Riyadh:
  • Darussalam.
  • as-Suyuthi, J. (2011). Ad-Dur al-Mantsur fi at-Tafsir al-Ma’tsur. Beirut: Dar al-Fikr.
  • al-Wahidi, A. A. (2018) al-Wasith fi Tafsir al-Qur’an al-Majid. Riyadh: Obekan
  • Hamka, B. (1998) Tafsir al-Azhar. Penerbit Bulan Bintang
  • Humaid. S.A (2014) Tafsir Al-Mukhtashar. Riyadh: Markaz Tafsir.
  • Ibnu Athiyah. (2001) al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz. Mesir: Dar al-Kutub al-
  • Ilmiyah.
  • Ilyas, D. (2014). Di Balik Kisah Adam as: Menarik Nalar Makna Penciptaan. Jurnal Ilmu
  • Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, Dan Fenomena Agama, 15(1), 111–123.
  • Ibnu Katsir. (2008) Tafsir al-Quran al-Adzhim. Dar at-Thayibah
  • Jasmi, K. A. (2018). Perseteruan Iblis Terhadap Manusia: Surah al-Baqarah (2: 34-39). Program
  • Anjuran Pusat Islam, UTM.
  • Alu Su’ud S. S (2018) Mausu’ah al-Aqidah wa al-Adyan wa al-Firaq wa al-Madzahib al         Mu’ashirah. Riyadh: Dar at-Tauhid li an-Nasyr
  • Syakir. A. M. (2005) Umdatu at-Tafsir. Mesir: Dar al-Wafa’
  • Syafii, S. (2020). Nilai-Nilai Moral Kisah Nabi Adam As di dalam Al-Qur’an. El Tarikh: Journal
  • of History, Culture and Islamic Civilization, 1(2), 68–81.

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here