Home Artikel Adab dan Akhlak Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

399
0

Tak pernah lepas dari benak wanita muslimah, bahwa tanggung jawab seorang ibu terhadap anak-anaknya dalam mendidik dan membentuk kepribadian mereka lebih besar dari tanggung jawab seorang ayah. yang demikian itu terkait dengan kedekatan seorang ibu dengan anak-anaknya dan juga sebagian besar waktunya dihabiskan bersama dengan mereka. Terlebih dengan pengetahuannya yang utuh tentang keadaan dan perkembangan mereka, pada saat pertumbuhan dan pubertas yang merupakan masa paling berbahaya dalam kehidupan seorang anak, baik dari sisi akalnya, perasaan maupun tingkah lakunya.

Dari kenyataan tersebut, maka wanita muslimah yang shalihah dia mengetahui tugas berat yang dipikul di atas pundaknya dan memahami tanggungjawabnya yang besar terhadap pendidikan mereka, sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan.” (QS. At Tahrim: 6)

Rasulullah shalallhhu aliihi wa sallam juga telah menggambarkan tanggung jawab tersebut dalam sebuah sabdanya:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت

“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (HR. Muttafaqun alaihi)

donatur-tetap

Itulah tanggung jawab yang sempurna yang dibebankan Islam di pundak manusia seluruhnya, tanpa terkecuali satu pun dari mereka. Dan tuntutan tanggung jawab tersebut dilimpahkan kepada kedua orang tua, khususnya ibu dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang Islami secara runut dan rinci. Sehingga mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang shaleh, tegak di atas pondasi akhlak yang mulia, seperti yang pernah dijelaskan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, bahwasanya beliau diutus untuk menyempumakan budi pekerti manusia.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari)

Tidak ada bukti yang lebih kuat mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya selain dari apa yang telah ditetapkan oleh para ulama terutama bagi setiap keluarga yang mendengar sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila enggan mengenjalankannya pada saat mereka berusia sepuluh tahun.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Maka hendaknya setiap keluarga mengulang-ulang sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ini, tetapi tidak serta merta orang tua mempraktikkannya secara total, yaitu dengan jalan memerintahkan anak-anaknya untuk shalat, ketika telah berusia tujuh tahun dan tidak memukul mereka karena enggan melaksanakannya kecuali ketika telah berusia sepuluh tahun. Itulah keluarga yang berdosa lantaran tidak utuh dalam melaksanakan hadits tersebut. Dan kedua orang tua akan bertanggung jawab di hadapan Allah ta’ala atas kelalaian mereka dalam mendidik anak-anak mereka.

Yang demikian itu karena keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai tempat pembentukan jiwa, membina akal, tingkah laku, dan kecenderungan individu. Mereka adalah bibit-bibit lunak yang mendengar petunjuk yang baik dan bimbingan yang lurus. Dari sana tampak peran orang tua yang sangat penting dalam membentuk jiwa putra-putrinya, dan membimbing mereka menapaki jalan yang lurus, jalan hidayah dan amal shaleh.

Wanita muslimah senantiasa sadar dengan tanggung  jawabnya dalam mendidik putra-putrinya setiap waktu, piawai dalam mencetak sebuah generasi, memberikan kesan dan nilai-nilai yang luhur ke dalam lubuk hati mereka, dan menanamkan budi pekerti yang mulia dalam jiwa mereka.

Jasa Ibu Kepada Tokoh Umat Islam

Banyak tokoh umat Islam, yang ditulis oleh tinta emas sejarah, berkat jasa dari ibu-ibu mereka yang agung.

Lihatlah bagaimana Zubair bin Awwam radhiyallahu anhu menjadi sahabat yang terpandang, tidak lain karena berkat jasa ibunya yang bemama Shaflyah binti Abdul Muthalib, yang telah menanam pilar-pilar akhlak yang mulia dan sifat kedermawanan dalam jiwanya. Juga Abdullah, Al Mundzir dan Urwah, sebagai putra-putra Zubair, semuanya memiliki pengaruh yang kuat dan memiliki kedudukan yang terpuji berkat jasa sang ibu Asma’ binti Abu Bakar yang telah mendidik mereka.

Abdullah bin Ja’far, menjadi tokoh yang paling dermawan dan sgbaik-bgik pemuda pada zamannya, yang menjadi yatim sejak kecil, dia mendapat sentuhan tarbiyah ang kuat dari ibunya Asma’ binti Umais, yang telah terwarnai dengan warna keutamaan dan keluhuran akhlak, yang memposisikan dirinya menjadi tokoh wanita yang terdepan dalam sejarah Islam.

Dalam sejarah kita, banyak tercatat wanita-wanita besar, yang telah mewariskan kepada putra-putranya kunci kecerdasan, dan menanamkan ke dalam jiwa mereka kemuliaan akhlak. Wanita-wanita inilah yang sebenarnya berada di balik layar bagi kebesaran, keluhuran dan prestasi agung yang telah diukir oleh putra-putra mereka.

Referensi: Syakhshiyah Al Marah Al Muslimah, syeikh Muhammad Ali Al Hasyimi

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here