Home Artikel Menjenguk Orang Sakit dan Dakwah dengan Kasih Sayang

Menjenguk Orang Sakit dan Dakwah dengan Kasih Sayang

127
0
campaign psb PPHQ 26-27

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

كانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَمَرِضَ، فأتَاهُ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقالَ له: أسْلِمْ، فَنَظَرَ إلى أبِيهِ وهو عِنْدَهُ فَقالَ له: أطِعْ أبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فأسْلَمَ، فَخَرَجَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وهو يقولُ: الحَمْدُ لِلَّهِ الذي أنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ.

“Seorang pemuda Yahudi yang biasanya melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya. Beliau duduk di dekap kepalanya dan berkata kepadanya, ‘Masuklah kamu ke dalam Islam.’ Pemuda itu menatap ayahnya yang berada di sisinya, lalu ayahnya berkata: ‘Turutilah Abu Qasim.’ Maka anak itu pun masuk Islam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar sembari bersabda: ‘ Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.’” (HR. Bukhari, no. 1356)

Konteks dan Riwayat Singkat

Perawi hadis ini adalah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, sahabat pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun di Madinah. Anas dikenal dengan kesetiaannya, kelembutan akhlaknya, dan banyak meriwayatkan hadis.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendoakan Anas dengan empat doa:

donatur-tetap

Ya Allah, berikanlah kepada Anas harta yang banyak, anak yang banyak, panjangkan umurnya, dan ampunilah dosanya.”[1] (HR. Bukhari, no. 1982 dan Muslim no. 2481)

Doa itu dikabulkan oleh Allah, sehingga Anas menjadi sahabat Anshar yang paling kaya dengan sebab kebun kurmanya berbuah dua kali dalam satu tahun, ia dikarunia banyak keturunan, dan beliau termasuk sahabat yang terakhir wafat di Bashrah.

Anas sendiri berkata: “Allah telah mengabulkan tiga doa Nabi untukku, dan aku berharap Allah juga mengabulkan yang keempat (ampunan dosa).”

Penjelasan Kandungan Hadis
  1. Hadis ini menjelaskan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap non-Muslim,

Menunjukkan keluhuran akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meski pelayannya adalah seorang Yahudi, beliau tetap menjenguknya dengan penuh kasih, tidak membeda-bedakan keyakinan dalam urusan kemanusiaan.

Hal ini menjadi teladan universal, bahwa dakwah Islam dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang, bukan kekerasan atau paksaan.

  1. Bolehnya Memperkerjakan non-Muslim

Fakta bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki pelayan Yahudi menunjukkan bolehnya memperkerjakan orang non-Muslim, selama tidak ada unsur merendahkan agama atau keyakinan. Namun, seorang muslim tidak boleh bekerja kepada orang non-Muslim dalam pekerjaan yang merendahkan kehormatan dirinya atau menyalahi syariat.

  1. Bolehnya Menjenguk non-Muslim

Hadis ini menjadi dalil bolehnya menjenguk non-Muslim yang sakit, terutama jika bertujuan dakwah atau menunjukkan akhlak Islam yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi rumah pemuda itu, duduk di dekat kepalanya, lalu mengajaknya masuk Islam dengan lembut.

  1. Adab Saat Menjenguk Orang Sakit

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di dekat kepala orang yang sakit – ini termasuk sunnah adab menjenguk.

Kedekatan posisi melambangkan perhatian dan kasih sayang, serta memudahkan untuk berbicara lembut dan mendoakan kebaikan.

  1. Pemuda Yahudi dan Hidayah

Pemuda itu memandang ayahnya untuk meminta izin sebelum menjawab ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ayahnya berkata ‘Turutilah Abu Qasim (yakni Rasulullah).”

Ini menunjukkan pengaruh besar keteladanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga bahkan seorang ayah Yahudi pun mempercayai kebaikan beliau.

Setelah pemuda itu mengucapkan syahadat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersyukur dengan mengatakan: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.”

Ucapan ini mencerminkan kegembiraan seoranga da’i ketika seseorang memperoleh hidayah.

  1. Keterkaitan dengan Al-Qur’an

Peristiwa ini menjadi ilustrasi nyata dari firman Allah ta’ala

اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ

“Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri?” (Qs. Al-Baqoroh[2]:44)

Nabi tidak hanya menyampaikan ajaran, tetapi mencontohkan langsung kebaikan dan kasih sayang kepada semua kalangan.

 

Analisis Bahasa

Dalam redaksi hadis disebutkan bahwa pemuda itu “menatap ayahnya” (نَظَرَ إِلَى أَبِيهِ).
Kata kerja نَظَرَ (nadzara) memiliki tiga bentuk makna dalam bahasa Arab:

  1. نَظَرَ إِلَى → melihat dengan mata kepala.
  2. نَظَرَ فِي → merenungi atau memperhatikan dengan hati dan pikiran.
  3. نَظَرَ (maf’ul) → berarti menunggu.

Makna dalam hadis ini adalah bentuk pertama: melihat dengan mata kepala untuk meminta pertimbangan ayahnya.

 

Perbedaan Pendapat Ulama

Sebagian ulama membahas hukum menyebut seseorang kafir telah masuk neraka.
Ada dua pandangan:

  1. Pendapat umum: Orang kafir yang mati dalam kekafirannya tidak akan masuk surga, sebagaimana banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan hal itu.
  2. Pendapat kehati-hatian: Tidak menyebut secara spesifik individu tertentu masuk neraka, karena tempat akhir seseorang hanya Allah yang tahu.

Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersyukur kepada Allah karena pemuda itu masuk Islam sebelum meninggal, bukan karena menghakimi orang lain.

 

Faedah Praktis
  1. Menjenguk orang sakit adalah sunnah yang penuh pahala, bahkan kepada non-Muslim
  2. Dahwah selayaknya dilakukan dengan kasih sayang dan keteladanan
  3. Boleh mempekerjakan non-Muslim dalam hal yang tidak terkait akidah
  4. Salah satu adab menjenguk adalah berada dekat kepala orang yang sakit, berbicara lembut, dan mendoakannya.
  5. Hidayah adalah milik Allah
  6. Hadis ini menunjukkan keseimbangan antara kemanusiaan dan dakwah. Menjenguk, membantu, dan mengajak kepada kebaikan adalah satu kesatuan dalam Islam.

 

Kesimpulan

Hadis Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menggambarkan indahnya akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah – lembut, manusiawi dan penuh kasih sayang.

Beliau tidak hanya menyampaikan Islam dengan lisan, tetapi menunjukkan Islam melalui perbuatan. Dari hadis ini, umat Islam diajarkan untuk menjadikan setiap interaksi soaial sebagai sarana dakwah, dengan cara yang santun, tulus, dan membawa rahmat bagi semua.

Wallahu a’lam

[1] Dikeluarkan pula oleh Ibn Sa’d dalam al-Thobaqat al-Kubro (19/7) no. 8451

 

Ditulis Oleh: Fahmi Izuddin, S.Ag

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here