Syirik merupakan dosa yang paling besar dalam agama Islam, dimana seseorang beribadah kepada selain Allah Ta’ala, Dzat yang telah menciptakan, memberi rezeki dan memelihara seluruh manusia. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Dari sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas seekor keledai. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛ قَالَ : حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ قَالَ : لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا
“Wahai Mu’adz! Tahukah engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah?’ Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasalullah! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Janganlah kausampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak beramal shalih)’.” (HR. Bukhari no. 1049)
Imam Asy-Syafii meriwayatkan dengan sanadnya, dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang dosa apakah yang paling besar? Maka beliau menjawab,
أَنْ تَجْعَلَ لِله نِدًّا، وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ثُمَّ أَن تَقْتُل وَلَدَكَ مِنْ أَجْلِ أَنْ يَأْكُلُ مَعَكَ
“Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian membunuh anakmu karena takut dia akan makan bersamamu.” (Al-Umm 3/6 hadis juga diriwayatkan Imam Al-Bukhari no. 4477)
Dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anh, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ لَقِيَ الله لا يُشْرِك به شَيئا دَخَلَ الجَنَّة، وَمَنْ لَقِيَه يُشْرِكُ بِهِ شَيْئا دَخَلَ النَّار
“Siapa yang menghadap Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun maka ia akan masuk surga, dan siapa yang menghadap kepada-Nya dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim dalam Kitabul Iman)
Imam Asy-Syafii rahimahullah berkata,
وَجَدْنَا الدِمَاء أَعْظَمُ مَا يعصى الله بِهَا بَعْدَ الشِّرْكِ
“Kami dapai bahwa perkara darah manusia adalah maksiat kepada Allah yang paling besar setelah perbuatan syirik.” (Al-Umm 7/53)
Dan beliau rahimahullah telah menentang dan mengharamkan adanya wasiat membangun gereja atau menuliskan kitab taurat ataupun injil. Demikian pula dengan tegas beliau mengingkari pernikahan bila wali nikah terdapati sebagai pelaku kesyirikan, walau pun ia adalah orang yang paling dekat dan berhak jadi wali. Karena Allah telah pisahkan dengan jelas perwalian antara orang muslim dan musyrik. (Al-Umm 4/263)
Referensi : Kitabut Tauhid fii Dhaui Aqidah Al-Imam Asy-Syafi’i
Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan
Artikel: HamalatulQuran.Com