Home Artikel Menarik Sekali Kisah Wafatnya Abu Zur’ah Ar-Razi

Menarik Sekali Kisah Wafatnya Abu Zur’ah Ar-Razi

2810
0

Kisah Wafatnya Imam Abu zur’ah Ar Razi (w 264 H

Bismillah

Abu Zur’ah adalah sosok yang tak asing di kalangan para penuntut ilmu agama. Lebih terkhusus para pelajar ilmu hadis.

Beliau adalah ulama hadis yang karismatik, berwibawa, dan sangat dalam ilmunya. Namun beliau juga dikenal sebagai ulama yang amat rendah hati (tawadhu’) .  

Sampai Imam Ahmadpun sangat menghormatinya, beliau pernah bertutur,

Aku menggantikan salat-salat sunnahku dengan mudzakarah bersama Abu zurah.”  

Dikisahkan bahwa hafalan Abu Zur’ah sangatlah kuat. Sulit mencari tandingan yang setara dengannya dalam halafan di masanya. Padahal di zaman itu para pakar hadis begitu banyak.

Diriwayatkan juga bahwa beliau mampu menghafal tiga ratus ribu hadis seperti menghafal surat al ikhlas. Maka tak salah, bila Imam Ahmad menyetarakannya dengan imam Bukhari rahimahullah dalam kekuatan hafalan.

Banyak cerita tentang Abu Zurah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita. Namun, pada kesempatan kali ini, yang ingin penulis sajikan adalah kisah wafatnya Abu Zurah rahimahullah.

Al Khatib Al Baghdadi mencantumkan kisah tersebut dalam karyanya Tarikh Baghdad.

Abu Ja’far At Tusturi bercerita,

حضرنا أبا زرعة- يعني الرّازيّ- بِماَ شَهْرَانَ وَكَانَ فِي السَّوْقِ، وَعِنْدَهُ أَبُو حَاتِمٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، وَالْمُنْذِرُ بْنُ شَاذَانَ، وَجَمَاعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ، فَذَكَرُوا حَدِيثَ التَّلْقِينِ وَقَوْلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ))

Kami mendatangi Abu Zurah di Masyahran (kota terletak di Iran), tatkala beliau sedang sakaratul maut. Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, Mundzir bin Syadzan dan sejumlah ulama lainnya juga berada di sisi beliau.”

Abu Ja’far meneruskan,

Lantas Para ulama tersebut menyebut-nyebut hadis yang berkaitan dengan talqin. Demikian juga anjuran mentalqin orang yang sedang sakaratul maut. Sabagaimana sabda nabi shallallahu alaih wasallam,Talqinkanlah orang yang sedang sakaratul maut dengan laa illaha illa Allah.”

قَالَ: فاستحيوا من أبي زرعة وهابوه أَنْ يُلَقِّنُوهُ. فَقَالُوا: تَعَالَوْا نَذْكُرُ الْحَدِيثَ. فَقَالَ محمّدُ بنُ مُسْلِمٍ: حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ صَالِحٍ، وَجَعَلَ يَقُولُ وَلَمْ يُجَاوِزْ، وَقَالَ أَبُو حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ صَالِحٍ وَلَمْ يُجَاوِزْ، وَالْبَاقُونَ سَكَتُوا،

Kata Abu Ja’far,

Mereka pun malu dan segan untuk mentalqin Abu Zurah. Maka Mereka mencari cara lain dengan berkata, “Mari kita bacakan hadisnya (agar Abu Zurah juga ikut membacanya).”

“Lalu Muhammad bin Muslim membacakan sanad hadisnya. Namun tidak lengkap (untuk memancing Abu Zurah agar meneruskan sanad tersebut lalu membacakan teks hadisnya). Demikian pula yang dilakukan Abu Hatim. Sedangkan yang lainnya diam.”

فقال أبو زرعة- وهو في السّوق-: حدّثنا بندار، حدّثنا أبو عاصم، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي عَرِيبٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ))

وَتُوُفِّيَ رَحِمَهُ اللَّهُ.

Tatkala mendengar mereka membacakan sanad hadis tersebut, Abu Zurah sadar bahwa mereka sedang berusaha mentalqinnya. Sehingga beliau mulai membacakan sanad hadis itu. Padahal beliau dalam keadaan sakaratul maut.

Kata Abu Zur’ah, “Bundar telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ashim, dari Abdul Hamid bin Ja’far, dari Saleh bin Abi ‘Arib, dari Katsir bin Murrah Al Hadhrami, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bahwa rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir dari ucapannya laa ilaaha illallahu, maka ia masuk surga.

Kemudian Abu Zurah tutup usia (setelah membacakan hadis tersebut).” Ujar Abu Ja’far.

Pelajaran dari Kisah di Atas

Pertama, Anjuran mentalqin seseorang yang sedang sakaratul maut.

Kedua, Abu Zurah merupakan ulama yang sangat berwibawa.

Ketiga, siapa yang terbiasa dengan suatu amalan, maka diharapkan ia meninggal dalam keadaan mengamalkan amalan tersebut. Sebagaimana imam Abu Zurah yang lidahnya telah terbiasa dengan hadis-hadis Nabi shallallahu alaih wasalam, sampai di saat beliau dalam situasi sekarat.

Keempat, ulama terdahulu terbiasa membacakan teks hadis beserta sanadnya. Karena dekatnya jarak Antara mereka dengan nabi shallallahu alaih wasallam.  

____

Referensi :

Tarikh Baghdad, jilid. 10, Hal. 334.

***

Ditulis Oleh : Abu Hurairah, BA

(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Univ. Islam Madinah KSA. Saat ini sedang menempuh studi S2 prodi ilmu hadis, di universitas dan fakultas yang sama).

hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here