Islam adalah agama yang agung dan sempurna, Allah Ta’ala melalui syariat Islam memberikan petunjuk-petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, yang jika petunjuk dan pedoman tersebut kita lalsanakan maka yang pertama kali mendapatkan manfaat dan mashlahat adalah diri kita sendiri.
Dalam Islam kita diajarkan banyak adab yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari, bahkan ketika kita bermimpi pun agama Islam telah memberikan tuntunan bagi kita. Ketika bermimpi indah apa yang seyogyanya kita lakukan? Ketika bermimpi buruk apa yang kita lakukan?
Maka pada artikel kali ini kami ingin mengangkat tema “Adab Muslim ketika Bermimpi” agar kita semua dapat mengetahui tuntunan dan pedoman syariat tatkala kita bermimpi.
Tiga Macam Mimpi
Sebelum kita bahas lebih lanjut terkait tuntunan syariat terkait mimpi, maka setidaknya kita harus tahu terlebih dahulu bahwa mimpi yang dialami oleh manusia itu terbagi menjadi 3 macam, Hal ini sesuai dengan sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari, no. 7017)
- Mimpi dari Allah.
- Mimpi dari Setan.
- Mimpi dari Diri Sendiri.
Mimpi baik itu datangnya dari Allah Ta’ala, sedangkan mimpi buruk datangnya dari setan, adapun yang dimaksud dengan mimpi dari diri sendiri adalah mimpi yang disebabkan oleh apa-apa yang kita pikirkan sebelum tidur, contohnya adalah bila kita kehilangan suatu barang semisal handphone atau uang kemudian kita memikirkan hal tersebut seharian, dari pagi sampai menjelang tidur, sehingga pikiran tersebut terbawa ke dalam mimpi.
Adab Muslim Ketika Bermimpi Indah atau Mimpi Buruk
Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلَا يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ (رواه البخاري) وَ فِيْ رِوَايَة : فَلْيَنْفُث عَنْ شِمَالِهِ ثَلَاثًا
“Jika salah satu dari kalian bermimpi hal yang disukai, maka sungguh hal itu adalah dari Allah, maka hendaklah ia memuji kepada Allah atas mimpi itu, dan hendaklah ia menceritakannya. Dan jika (salah satu dari kalian) bermimpi selain itu, yakni hal yang ia tidak sukai, maka sungguh hal itu adalah dari setan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari kejelekan mimpi itu, dan tidak menceritakannya kepada seorang pun, (dengan cara tersebut) mimpi tidak akan membahayakannya.” (HR. Bukhari) dalam sebuah riwayat: “meludah kearah kiri 3 kali.”
Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitab Fathul Baari memberikan komentar terhadap hadis diatas, bahwa ketika seorang muslim bermimpi baik maka ada 3 hal yang hendaknya ia lakukan:
- Memuji Allah ta’ala.
- Bergembira atas mimpi indah tersebut.
- Bila Hendak Bercerita, maka ceritakanlah kepada seseorang yang disangka kuat bahwa ia adalah orang yang mencintai anda dan bukan membenci anda.
Untuk poin nomer tiga diatas, telah dikuatkan dengan dalil firman Allah Ta’ala,
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سَٰجِدِينَ * قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (QS. Yusuf: 4-5)
Sedangkan ketika seorang muslim bermimpi buruk maka ada 4 hal yang hendaknya dilakukan,
- Meminta perlindungan kepada Allah ta’ala dari keburukan mimpi tersebut.
- Meminta perlindungan kepada Allah ta’ala dari setan, karena pada hakekatnya setanlah yang membuat seseorang bermimpi buruk.
- Meludah ke sebelah kiri sebanyak 3 kali.
- Tidak menceritakan mimpi buruk tersebut kepada siapapun.
Dan di akhir hadits tersebut Nabi shalallahu’alaihi wasallam berkata فإنها لا تضره yang maksud disini adalah ketika seseorang bermimpi buruk kemudian dia melakukan hal-hal yang dituntunkan di atas niscaya mimpi buruk tersebut tidak akan pernah mencelakainya dengan izin Allah ta’ala. Oleh karena itu ketika bermimpi buruk janganlah semerta-merta cerita kesana dan kemari, apalagi sampai di unggah di berbagai media sosial yang dimiliki.
Demikianlah adab dan tuntunan syariat bagi setiap muslim ketika bermimpi, semoga kita dapat mengamalkan apa-apa yang telah dituntunkan dan di perintrahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita semua.
***
Referensi:
- Fathul Baari Syarh Shahih Al Bukhari, karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani rahimahullah
- Syah Riyadhus Shalihin, karya Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
Ditulis oleh: Muhammad Fatwa Hamidan, Lc.
Artikel HamalatulQuran.com