Bismillah..
Saudaraku yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala, sungguh besar kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya bahkan kepada hamba yang berlumur dosa pun Allah Maha Pengasih dan Penyayang, diantara bentuk kasih sayang Allah adalah Dia senantiasa memberikan ampun bagi hamba-hamba yang ingin bertaubat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Sebanyak apapun dosa yang dilakukan hamba-Nya, Allah senantiasa membentangkan tangan-Nya di siang dan malam hari untuk menerima taubat hamba-hambanya, Nabi shalallahu alaihi wa sllam bersabda:
إن الله يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار، ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل، حتى تطلع الشمس من مغربها
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat hamba yang berdosa di siag hari. Dan Allah Ta’ala membentangkan tagan-Nya di siang hari untuk menerima taubat hamba yang berdosa di malam hari, sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim)
Namun walaupun demikian ada tiga kondisi atau keadaan dimana taubat seorang muslim tidak diterima oleh Allah ta’ala, tiga kondisi tersebut adalah:
Pertama, Allah Telah Menurunkan Adzab
Allah berfirman:
فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ * فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا ۖ سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ ۖ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ
“Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.
Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.” (QS. Ghafir: 83-85)
Dan juga ketika Allah ta’ala menerangkan tentang fir’aun ketika Allah turunkan adzab dengan menenggelamkannya ke laut, Allah berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ * آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalimi dan menindas (mereka).
Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri). Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus: 90-91)
Namun dalam hal ini Allah memberikan pengecualian kepada kaum Nabi Yunus, yang mana Allah mengangkat adzab yang diberikan kepada mereka saat mereka beriman,
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ
“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Kedua, Ketika Ruh Sampai di kerongkongan
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنّ اللّٰهَ يَقْبَلُ تَوبَةَ العَبدِ مَا لَمْ يُغَرْ غِر
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan.”
(HR. Tirmidzi dan beliau mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan gharib)
Ketiga, Ketika Matahari Terbit Dari Barat
Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda:
لا تنقطع الهجرة حتى تنقطع التوبة، ولا تنقطع التوبة حتى تطلع الشمس من معربها
“Hijrah tidak akan terhenti hingga terputusnya pintu taubat dan pintu taubat tidak pernah terputus hingga matahari terbit dari arah barat.”
(HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al Albani)
Allah berfirman:
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ
“Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu.
Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu.
Katakanlah, “Tunggulah! Kami pun menunggu.
(QS. Al-An’am: 158)
Terdapat sebuah hadits yang menjelaskan tentang tafsir ayat diatas yaitu adalah terbitnya matahari dari barat, Nabi bersabda:
لا تَقُومُ السّاعةُ حتَّى تطلُعَ الشَمْسُ من مغْرِبِهَا، فَإِذا طَلَعَتْ ورآهَا الناسُ آمَنُوا أجمَعُون، وذلِكَ حينَ لا يَنْقَعُ نفْسًا إيمانُهَا
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai matahari terbit dari barat, dan ketika manusia melihatnya maka mereka berbondong-bondong beriman, dan itu ketika tidak berguna lagi keimanan mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
_________
Referensi :
– Taqyid Asy-Syawarid Min Al-Qowaid wa Al-Fawaid, Abdul Aziz bin Abdillah Ar-Rojihi.
***
Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan
Assalamu’alaikum Ustadz,
Mau tanya, klo gempa bumi, tsunawi, dll apakah termasuk adzab? Lantas, artikel di atas kan menyebutkan bahwa pengecualian teruntuk kaum nabi yunus, selanjutnya apakah hal tersebut berarti doa saat gempa dan tsunami di indonesia juga tdk dikabulkan ?
Lantas, bagaimana agar do’a kita di kabulkan?
Mohon penjelasannya ustadz