Home Artikel Alquran Tantangan Guru Al-Quran di Era Digital

Tantangan Guru Al-Quran di Era Digital

142
0

Perkembangan era digital yang semakin cepat telah memberikan dampak kepada seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali para guru Quran.

Tidak sedikit diantara guru Quran yang mengalami kendala karena belum bisa beradaptasi dengan perkembangan digital ini.

Berikut ini beberapa tantangan yang kerap dihadapi oleh guru Quran di era digital ini, di antaranya:

1. Adaptasi Teknologi

Guru Quran harus mampu beradaptasi dengan teknologi, seperti menguasai platform pembelajaran online dan perangkat lunak untuk konferensi video, semisal WhatsApp, Telegram, Zoom, Google Meet, serta aplikasi Al-Quran digital. Tidak semua guru memiliki keterampilan atau akses untuk menggunakan teknologi dengan baik.

Ada baiknya sebuah lembaga pendidikan Al-Quran mengadakan pelatihan atau bimbingan penggunaan platfrom digital kepada seluruh civitas pada lembaga tersebut. Sebagai bekal bila sewaktu-waktu dibutuhkan menggunakan salah satu platfrom aplikasi yang semisal yang sudah kami sebutkan di atas.

donatur-tetap

2. Keterbatasan Interaksi Tatap Muka

Pembelajaran Al-Quran sering kali memerlukan bimbingan langsung bahkan ini yang paling utama, terutama untuk pelafalan tajwid yang benar. Pembelajaran online disatu sisi memng memberikan kemudahan namun hal ini dapat mengurangi kualitas interaksi langsung antara guru dan murid, membuat pengawasan pelafalan lebih sulit.

Hal ini kerap terjadi ketika jumlah peserta pembelajaran banyak, sehingga idealnya ketika melakukan pelajaran Quran via online maka peserta hendaknya dibatasi.

Penerapannya bisa dengan membagi waktu pembelajaran ke angka 15 (15 menit). Karena 15 menit adalah waktu ideal untuk pembelajaran satu orang terutama untuk pembenaran bacaan/tajwid, maka bila waktu pelajaran 1 jam idealnya diikuti oleh 4 peserta didik dan jika waktu 1,5 Jam maka diikuti 6 peserta.

3. Gangguan dari Media Sosial dan Konten Hiburan

Murid itu lebih rentan terhadap gangguan dari media sosial dan konten hiburan digital. Fokus mereka dapat dengan mudah teralihkan dari pembelajaran.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), sekitar 196,71 juta orang Indonesia atau sekitar 73,7% telah terhubung dengan jaringan internet pengguna sepanjang tahun 2019-2020.

Di tahun 2024 ini tentunya jumlah pengguna tersebut terus meningkat, dan tidak hanya dari kalangan dewasa saja, banyak anak-anak pun yang sudah tidak asing lagi dengan internet dan media sosial.

Maka disini peran orang tua menjadi sangat penting yaitu untuk mendisiplinkan atau mengatur penggunaan media sosial dan perangkat digital oleh sang buah hati agar mereka dapat menggunakan media sosial dengan bijak.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no.1093)

4. Kurangnya Pemahaman Teknologi oleh Murid

Selain guru, murid juga mungkin menghadapi tantangan dalam menggunakan teknologi, terutama di kalangan anak-anak atau mereka yang tinggal di daerah dengan akses internet terbatas.

Maka disini peran guru dan orang tua adalah memberikan pengarahan, pemahaman dan pelatihan terkait bagaimana mengoperasikan teknologi yang aka digunakan dalam pembelajaran Al-Quran.

5. Konten Digital yang Kurang Terverifikasi

Banyak sekali konten Quran di internet, tetapi tidak semua dapat dipercaya atau sesuai dengan ajaran yang benar. Guru perlu memastikan bahwa murid-murid mengakses sumber yang benar dan sesuai.

Tidak sekedar menarik kemudian ditonton dan diikuti, karena banyak konten Qur’an yang nyatanya hanya berfokus pada irama yang indah namun ternyata tajwid berupa makhorijul huruf dan sifatul huruf masih amat jauh dari kata baik.

Maka pemilihan konten Qur’an untuk dilihat dan dipelajari ini menjadi penting agar tidak salah langkah dalam belajar Al-Quran.

6. Menjaga Kehangatan Pembelajaran

Pengajaran Al-Quran sering melibatkan hubungan spiritual yang kuat antara guru dan murid. Dalam format digital, kehangatan dan kedekatan ini bisa berkurang, dan menjadi tantangan bagi guru untuk tetap menjaga keterhubungan spiritual.

Guru Al-Quran bisa meluangkan beberapa menit dari pertemuannya untuk mencairkan suasana dengan obrolan ringan, sehingga waktu pembelajaran tidak kaku dan hanya fokus 100% dengan materi saja.

Diantara hal yang bisa dilakukan oleh guru Al-Quran adalah melakukan ice breaking atau game-game ringan agar pembelajaran bersama murid terasa hangat dan nyaman.

7. Keterbatasan Infrastruktur

Tidak semua guru atau murid memiliki akses ke perangkat yang memadai atau jaringan internet yang stabil, yang menjadi hambatan untuk pembelajaran online.

Ini adalah PR bersama, yaitu bagi lembaga pendidikan Quran serta bagi wali murid. Bila menyediakan infrastruktur yang ideal belum bisa dilakukan maka kedua belah pihak harus bermusyawarah untuk menggunakan perangkat digital yang bisa segera digunakan dengan baik tanpa adanya banyak kendala dalam pembelajaran.

Mengatasi tantangan-tantangan ini tentunya memerlukan pendekatan inovatif, pelatihan teknologi, serta komitmen dari guru dan murid untuk memanfaatkan teknologi secara bijaksana dalam mendalami Al-Quran.

Bagi yang ingin menghafal Al-Quran secara online dan fleksibel, baik untuk keluarga, diri sendiri, anak, orang tua atau kerabat. Saat ini Al-Quran Center Hamalatul Quran Yogyakarta masih membuka pendaftaran program Tahfidz Online sampai tanggal 31 Oktober 2024. Info selengkapnya klik

Referesnsi:

عمر سعيد سالم بازرعه. (2022). درجة استخدام التكنولوجيا الحديثة في تعليم مادة القرآن الكريم ومعوقات استخدامها من وجهة نظر معلمي المرحلة الثانوية بمدينة المكلا. مجلة جامعة القرآن الكريم والعلوم الاسلامية17(2).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here