Home Artikel Kunci Sukses Menuntut Ilmu

Kunci Sukses Menuntut Ilmu

3904
0
Suatu ketika ada seorang lelaki yang bertanya kepada syeikh Shaleh Al Ushoimi hafidzaahullah : “Saya telah menuntut ilmu di masjid ini selama 7 tahun, namun saya merasa bahwa faidah yang saya dapatkan hanyalah sedikit dan saya merasa tidak mendapatkan apa-apa dari yang saya pelajari, maka apa nasehat anda kepada saya ?”
Beliau menjawab: “Menurut saya kau telah mendapatkan kebaikan yang amat banyak, mulazamahmu selama tujuh tahun adalah amalan yang agung yang hendaknya engkau meminta pahala kepada Allah atas amalan tersebut. menuntut ilmu itu tidak semata-mata mengumpulkan dan menghafalkan faidah ilmu, namun tujuan terbesar dari menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah ta’ala Pencipta langit dan bumi. maka saat engkau telah menuntut ilmu selama tujuh tahun, sejatinya engkau telah mendapatkan kebaikan yang banyak, hanya saja alangkah baiknya engkau bersungguh-sungguh dalam menghafal, memahami dan mengamalkan ilmu, karena saat niat menuntut ilmumu jujur dan ikhlas niscaya Allah akan membantumu.
 
Dalam kesempatan lain Syeikh Shalih Al Ushoimi hafidzahullah berkata: “Maksimalkanlah tiga hal ini, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati dalam menuntut ilmu, niscaya kalian akan mendapat faidah yang amat banyak.”
Hal ini berbanding lurus dengan apa yang telah Allah ta’ala berfirman,
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡـٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 78)
Dalam ayat ini menerangkan bahwa setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini memiliki sebuah kesamaan, yaitu sama-sama lahir dalam keadaan bodoh atau tanpa memiliki ilmu, kemudian Allah berikan nikmat berupa pendengaran, penglihatan dan juga hati agar dapat dimanfaatkan oleh hamba-hambaNya dalam mengarungi kehidupan disamping itu tigal ini pun menjadi sarana terbaik bagi seorang hamba dalam menuntut ilmu.
Maka bisa kita katakan bahwa sebernarnya kita memiliki sebuah persamaan dengan para ulama baik itu sekelas Imam Malik, Asy Syafi’i atau Imam Ahmad yaitu sama-sama terlahir dalam kondisi bodoh atau tanpa ilmu, kemudian yang menjadikan kita berbeda jauh dengan mereka adalah dalam memaksimalkan tiga nikmat yang Allah ta’ala singgung dalam ayat diatas, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati nurani.
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata: “Allah khususkan tiga hal tersebut karena kemuliaan dan keagunngya, selain itu tigal hal tersebut adalah kunci untuk setiap ilmu, dan tidakkah seorang hamba dapat meraih ilmu melainkan dengan salah satu dari tigal hal tersebut. Maka dari itu diperintahkanlah untuk bersyukur kepada Alllah dengan nikmat tersebut yang diantara bentuk mensyukuri nikmat adalhh dengan memanfaatkan tigal nikmat tersebut dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.”
Maka dari itu bila anda ingin suksek dalam menuntut ilmu maksimalkanlah tiga nikmat tersebut yaitu, pendengaran, penglihatan dan hati.
Jagalah pendengaran anda untuk khusyu mendengar untaian ilmu yang disampikan dalam sebuah majlis, dan jaga pula pandangan anada, lihat dengan seksama kitab yang sedang dibaja atau lihatlah adab sang ustadz ketika menyampaikan materi atau adab ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada beliau. selaih itu hadirkan pula kekhusyukan hati anda dalm majlis ilmu.
Syeikh Ibrahim Ar Ruhaily hafidzahullah berkata: “Faidah ilmu itu tidak didapat hanya dengan kehadiran raga semata,  namun yang terpenting dan paling utama adalah kehadiran hatimu di majlis-majlis ilmu, dan jangan lupa bersihkanlah hatimu terlebih dahulu karena ilmu itu tidak akan menetap di hati-hati yang kotor.”
Dan perlu anda ketahui bahwa salah satu fitnah bagi penuntut ilmu di zaman ini adalah fitnah smartphone, ketika seorang penuntut ilmu tidak bijak dalam menggunaknn smartphonenya maka ini menjadi penghambat bagi dirinya untuk sukses dalam menuntut ilmu.
Sebagai contoh ketika dalam majlis ilmu sedikit-sedikit melihat HP adakah pesan yang masuk, adakah info terbaru, terlebih saat ada pesan suara atau panggilan yang mana terkadang lupa tidak mematikan ringtone, maka hal seperti ini tidak hanya menggangu dirinya dalam belajar namun juga menganggu oranglain pula yang hadir di majlis ilmu tersebut apalagi jika itu adalah majlis sama’.
Wallhu ta’ala a’lam
Referensi:
– Taisir Al Karim Ar Rahman
– Tafrigh Barnamij Bina’ Al Ilmi
Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here