Istisqa adalah memohon agar Allah menurunkan hujan. Dalam kitab Mulakhas Fiqh Al ‘Ibadat diterangkaang bahwa yang dimaksud dengan istisqa adalah memohon kepada Allah ta’ala agar diturunkan hujan dengan cara khusuh atau cara yang telah dituntunkan dalam syariat
Allah berfirman,
فَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَسۡقَيۡنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمۡ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ
“Maka Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr : 22)
Allah menurunkan hujan untuk memberi minum mahkluk cipataanNya baik itu manusia, binatang dan juga tumbuhan, dengan Allah menurunkan hujan maka sungguh Allah telah menurunkan kemashlahatan yang agung serta manfaat yang banyak
Sebab Hujan Tak Kunjung Turun
Tidaklah Allah menahan hujan melainkan karena dosa-dosa hambaNya baik golongan yang mengingkari nikmat Allah ta’ala atau golongan yang mengingkari agama Allah ta’ala.
Sejatinya ketika Allah menghukum mereka dengan tidak menurunkan hujan adalah agar mereka sadar dan segera bertaubat kepada Allah ta’ala dan diantara hal terbesar yang membuat Allah enggan menurunkan hujan adalah saat hmmba-hambanNya enggan menunaikan zakat. Nabi bersabda,
ولم يمنعوا زكاة أموالهم إلا منعوا القطر من السماء ولولا البهائم لم يمطر
“Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (HR. Ibnu Majah)
Maka enggan menunaikan zakat adalah salah satu sebab terbesar tidak diturunkannya hujan, begitu pula dengan maksiat-mksiat lainnya yg mana kemaksiatan adalah sebabbterhalanganya seorang hamba untuk mendapatkan rezeki, serta sebab diangkatnya barakah dnn kebaikan dari muka bumi.
Allah berfirman,
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum : 41)
Maka bila hujan tak kunjung turun, bumi mulai kekeringan, pohon dan tumbuna mati sejatinya semua tersebut disebabkan oleh dosa-dosa manusia, dan tidak ada solusi selain kembali kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. Dan diantara bentuk taubat kepada Allah adalah dengan shalat istisqo, dan hal ini adalah salah satu sunnah yang telah Nabi tuntunkan kepada umatnya.
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zadul Maad menerangkah bahwa ada 3 bentuk istisqo (meminta turun hujan) yang pernah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam lakukan,
1. Shalat Istisqo
2. Do’a meminta hujan dalam khutbah jumat.
3. Berdo’a meminta hujan tanpa disertai shalat maupun khutbah jumat.
Shalat Istisqa Tanpa Taubat Apalah Guna
Syeikh Shaleh Fauzan hafidzahullaah berkata,
“Shalat istisqo adalah salah satu sunnah yang telah Nabi ajarkan kepada kita agar Allah ta’ala menurunkan hujan, namun hal tersebut harus dibarengi dengan taubat dan kembali menuju ketaatan kepada Allah ta’ala, Bila sebatas shalat saja tanpa diiringi dengan taubat serta tanpa adanya perubahan diri maka tidak akan bermanfaat.
Tidak hanya shalat istisqa semata, namun harus dibarengi dengan adanya “perubahan” yaitu berubah dari yang sebelumnya bermaksiat menjadi orang yang taat dan senantiasa bertaubat kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, tidaklah nabi beristisqo’ kecuali Allah turunkan hujan, bahkan saat beliau berdoa diatas mimbar langsung Allah turunkan hujan.
Sedangkan kita, berapa banyak kita beristisqo memohon diturunkannya hujan namun hujan tak kunjung turun. Kenapa demikian ?
Karena kita belum benar-benar bertaubat kepada Allah ta’ala. Sekirannya penduduk suatu negeri bersungguh-sungguh dalam bertaubat niscaya Allah akan segera turunkan hujan bagi mereka.
Maka selain kita melaksanakan shalat istisqo sebaiknya kita sertai dengan amal-amalan lainnya seperti bertaubat kepada Allah ta’aala, tegakkan amar ma’ruf nahi munkar, tolong-menolong dalam kebaikan sehingga Allah ijabahi do’a kita dan Allah turunkan hujan bagi kita.”
Diantara do’a istisqa yang Nabi shalallahu alaihi wa sallam ajarkan adalah,
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا مَرِيعًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ
“Ya Allah, berilah kami hujan yang bias membantu, hujan yang bagus dipenghujungnya; hujan yang bisa mendatangkan kesuburan, hujan yang bisa mendatangkan manfaat bukan bahaya; hujan di waktu sekarang bukan nanti.” (HR. Abu Daud)
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
“Wahai Allah, berilah minum kepada para hambaMu dan binatang-binatang ternakMu; Sebarkanlah rahmatMu dan hidupkanlah negeri yang sudah mati (gersang) ini.” (HR. Abu Daud)
Referensi :
– Minhaj At Thalibin karya imam An Nawawi
– Mulakhas Fiqh Al Ibadat Tim Duror As Saniyyah
– Syarh Umdaul Ahkam karya Syeikh Shaleh Fauzan
Ditulis Oleh : Muhammad Fatwa Hamidan