Islam mengajarkan kita untuk senantiasa berakhlak mulia dalam kondisi apapun, baik saat lapang maupun sempit, saat senang maupun susah, saat butuh terhadap orang lain maupun tidak.
Ada tipe orang yang berperilaku baik terhadap orang lain hanya disaat ia membutuhkan bantuan. “Ada udang dibalik batu”, mungkin ini peribahasa yang cocok untuk menggambarkan karakter orang tersebut. Sedangkan saat kodisi “cari muka” itu hilang, nampaklah bagaimana watak aslinya.
Sebagian yang lain mampu berakhlak mulia saat berada dalam kondisi lapang, namun saat situasi berubah , raut wajahnya menjadi suram, kalimat indah yang biasa keluar dari mulutnya hilang dan berganti dengan kata-kata yang jauh dari pantas untuk diucapkan.
Maka tak heran jika salah satu kondisi yang akan menyingkap jati diri seseorang ialah saat ia bersafar, karena inilah kondisi dimana kesulitan lebih mendominasi. Akan nampak siapa sahabat sesungguhnya dan siapa yang bermuka dua. Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
السفر قطعة من العذاب
“Safar merupakan bagian dari adzab” (HR Bukhori Muslim)
Perangai asli seseorang juga akan nampak saat bersama keluarganya. Karena sebagian orang sanggup berakhlak mulia saat berada diluar rumah. Ia mampu tersenyum bahkan saat ada orang yang berbuat dholim kepadanya. Namun saat tiba dirumah ia lampiaskan amarah yang terpendam baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Ia berubah 180 derajat dari seseorang yang berbudi pekerti menjadi orang yang seakan tak kenal sopan santun.Ketahuilah bahwa akhlak yang baik bukanlah onderdil yang selalu dibongkar pasang tergantung suasana hati, namun adalah aksesoris yang menghiasi kehidupan seseorang dimanapun dan dalam keadaan apapun. Ia juga bukan topeng yang hanya dikenakan pada momen-momen yang dianggap menguntungkan. Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا , وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِكُمْ “
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya” (HR At Turmudzi)
Ada segelintir orang yang salah dalam menyikapi hal ini, ia melepas topengnya namun enggan menghiasi dirinya. Sehingga ia dengan bangga berakhlak buruk kapan pun dan dimanapun. Ia bahkan berdalih “Mending saya seperti ini daripada seperti mereka yang sukanya cari muka”.
Saudaraku, rasululloh sholllallohu ‘alaihi wasallam memang melarang kita untuk bermuka dua, namun ingatlah bahwa beliau juga mengajarkan kita untuk selalu berakhlak mulia. Maka setelah engkau melepaskan wajah palsumu, hendaknya kau hiasi wajah aslimu dengan akhlak mulia yang murni bagaikan emas yang tak tercampur besi, benar-benar murni dan memiliki nilai yang tinggi.
Semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia sebagaimana telah diajarkan oleh Rasul-Nya…..
Ditulis oleh Afit Iqwanudin, Amd , Alumni PP Hamalatulquran yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Madinah, KSA