Tak ada keraguan sedikitpun bahwa Al-Quran merupakan wahyu illahi yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam melalui perantara Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Dan dalam banyak hadits shohih telah disebutkan bahwasanya Allah ta’ala menurunkan Al-Quran dengan 7 huruf (al ahruf as sab’ah) sebagai bentuk keringanan kepada umat ini.
Para ulama kemudian menjelaskan, bahwasanya berbagai Qiroat yang sampai kepada kita hingga saat ini merupakan bagian dari 7 huruf ini. Sehingga secara otomatis ilmu Qiroat bersumber langsung dari Allah subhanahu wata’ala alias merupakan wahyu illahi.
Disini akan kami paparkan berbagai dalil yang menguatkan hal ini baik dari Al-Quran, Hadits maupun perkataan para ulama.
Dalil dari Al-Quran :
(وَمَا یَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰۤ * إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡیࣱ یُوحَىٰ)
“dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”
[Surat An-Najm 3 – 4]
وَإِذَا تُتۡلَىٰ عَلَیۡهِمۡ ءَایَاتُنَا بَیِّنَـٰتࣲ قَالَ ٱلَّذِینَ لَا یَرۡجُونَ لِقَاۤءَنَا ٱئۡتِ بِقُرۡءَانٍ غَیۡرِ هَـٰذَاۤ أَوۡ بَدِّلۡهُۚ قُلۡ مَا یَكُونُ لِیۤ أَنۡ أُبَدِّلَهُۥ مِن تِلۡقَاۤىِٕ نَفۡسِیۤۖ إِنۡ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا یُوحَىٰۤ إِلَیَّۖ إِنِّیۤ أَخَافُ إِنۡ عَصَیۡتُ رَبِّی عَذَابَ یَوۡمٍ عَظِیمࣲ
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau gantilah.” Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (Kiamat) jika mendurhakai Tuhanku.”
[Surat Yunus 15]
Berbagai ayat diatas menunjukkan bahwasanya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam tidak memiliki kuasa untuk mengubah ataupun menambah satu huruf dari Al-Quran ataupun merubah cara membacanya. Oleh karenanya hal ini menjadi dalil bahwasanya Qiroat bersumber langsung dari Allah subhanahu wata’ala.
Dalil dari Hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
Berbagai hadits dalam pembahasan ahruf sab’ah menunjukkan secara gamblang bahwasanya qiroat bersumber langsung dari Allah ta’ala. Diantaranya ialah :
أقرأني جبريل على حرف فراجعته فزادني فلم أزل أستزيده ويزيدني حتى انتهى على سبعة أحرف
“Jibril mengajarkan Al-Quran kepadaku dengan satu huruf, aku pun terus meminta keringanan hingga akhirnya (Al-Quran diturunkan) dalam 7 huruf” (HR Bukhari Muslim)
Dalam hadits lain Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
إنّ هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فاقرءوا ما تيسّر منه
“Sesungguhnya Al-Quran diturunkan dalam 7 huruf, maka bacalah apa yang mudah bagi kalian darinya” (HR Al Bukhari)
Perkataan para ulama :
Salah satu riwayat terkenal, dari sahabat Umar bin Khottob dan Zaid bin Tsabit rhodiyallohu ‘anhuma adalah :
الْقِرَاءَةُ سُنَّةٌ يَأْخُذُهَا الْآخِرُ عَنِ الْأَوَّلِ فَاقْرَءُوا كَمَا عُلِّمْتُمُوهُ
“Qiroat merupakan sebuah sunnah yang diajarkan oleh generasi awal kepada generasi setelahnya. Oleh karena itu, bacalah (Al-Quran) sebagaimana yang diajarkan kepada kalian”
Imam Ibnul Jazari rohimahulloh ta’ala pernah menegaskan :
“Dan segala yang shahih dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dari berbagai qiroat tersebut wajib untuk diterima dan tidak diperkenankan bagi siapapun untuk menolaknya. Sebagaiman wajib untuk beriman dengannya serta meyakini bahwa seluruhnya diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebab antara satu qiroat dengan yang lain seperti kedudukan satu ayat dengan ayat yang lainya. Oleh karena itu, wajib untuk beriman dengan seluruhnya tanpa terkecuali”
Imam Nafi’ dan Abu ‘Amr pernah menuturkan :
“Kalau seandainya aku dibolehkan untuk membaca Al-Quran dengan cara selain yang telah diajarkan kepadaku, niscaya aku akab membacanya seperti ini dan itu”
Maka berdasarkan ayat dan hadits diatas serta ijma’ para ulama bisa diambil kesimpulan bahwasanya Qiroat yang sampai kepada kita dengan sanad yang bersambung kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam semuanya berasal dari wahyu illahi. Oleh sebab itu tak ada kesempatan bagi seorang pun berijtihad dalam hal ini.
Adapun istilah yang sering kita dengar berupa “Qiroat Nafi’, Qiroat ‘Ashim dan sebagainya”, hal ini bukan dimaksudkan bahwa merekalah yang membuat bacaan atau qiroat tersebut. Akan tetapi karena mereka mengkhidmatkan diri untuk mengajarkan qiroat yang dahulunya juga mereka dapatkan dari generasi sebelumnya.
Hingga akhirnya bacaan qiroat tersebut melekat dalam nama mereka. Sebab seluruh qiroat memiliki sumber yang sama, yaitu wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
________
Reeferensi :
An Nasyr, Ibnul Jazari rohimahulloh
Al Madkhol ila ‘ilmi Al Qiroat, Abdul Qoyyum As Sindi
***
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, A.Md, Lc
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, Mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Qiro’at, Fakultas Qur’an di Universitas Islam Madinah KSA)