Home Artikel Alquran Belajar Akidah dari Juz ‘Amma: An-Naba Ayat 1-5

Belajar Akidah dari Juz ‘Amma: An-Naba Ayat 1-5

86
0

An-Naba adalah salah satu surat yang agung, terkadang disebut juga dengan surat ‘amma, mengambil kalimat pertama dalam surat ini. Dalam surat An-Naba ini dapat kita ringkas isi pokok surat ini ke dalam tiga poin, yaitu:

  1. Pengagungan kedudukan Al-Quran’
  2. Penetakan akan iman dengan hari akhir
  3. Seruan untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman

عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ * عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ * ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ * كَلَّا سَيَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ

“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini, Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.” (QS. An-Naba’: 1-5)

Allah Ta’ala memulai surat ini dengan sebuah kalimat tanya عَمَّ bentuk ikhtishar dari kata عَنْ مَاذَا  yang artinya tentang apakah orang-orang musyrik bertanya-tanya. Dalam ayat pertama ini Allah Ta’ala menggunakan kata tanya yang bersifat pengingkaran atau serig disebut dengan al-Istifham al-Inkari.

Kata النبأ  maksudnya adalah sebuah berita yang telah bertebaran dan tersebar luas, dan ini diambil dari dasar kata النَّبْوَة  yang memiliki arti “Apa yang menonjol dan tinggi diatas bumi” (semisal gundukan tanah). Kemudian Allah agungkan perkara berita ini dengan mensifatinya sebagai berita yang agung nan mulia.

donatur-tetap

Terdapat perselisihan pendapat diantara para ahli tafsir terkait an-Naba’ (berita) ini, ada yang ber[endapat maksudnya adalah Al-Qur’an dan ini adalah pendapat Mujahid, ada pula yang berpendapat bahnya berita yang dimaksud adalah kebangkitan setelah kematian, ini adalah pendapat dari Qatadah. Pendapat kedua inilah yang lebih cocok bila menilai korelasi ayat-ayat yang ada dalam surat ini dimana menerangkan tentang hari akhir, surga, neraka dan hisab.

Namun sekiranya kita merajihkan diantara kedua pendapat tersebut makan pendapat pertama lebih kuat, karena dia bersifat umum, karena Al-Quran itu bersifat umum di dalamnya mencakup perkara-perkara terkait hari kebangkitan setelah kematian.

Kemudian ketika Allah Ta’ala menyebutkan bahwa orang-orang musyrik bertanya-tanya, maka Allah jawab dengan jawaban yang umum tanpa perincian, cukuk dijawab “Tentang berita besar, dimana meraka saling berselisih” dan tidak dijelaskan dengan rinci hal apa dan jawaban jelas terkait yang mereka perselisihkan. Seakan ini sebagai penjelas bahwa pertanyaan dan perselisihan akan hal ini tidak layak untuk diperselisihkan dan diperdebatkan.

Kemudian dua ayat setelahnya yaitu ayat 4-5 sebagai teguran celaan bagi orang musyrik

 ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ

Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.”

Kandungan Faidah

Pertama, Agungnya perkara Al-Quran dan iman terkait hari kebangkitan, serta keduanya merupakan asas pokok keimanan seorang hamba.

Kedua, Kebodohan dan kekeliruan orang-orang yang menentang perkara keyakinan

Ketiga, Bahwa orang-orang yang menentang para Rasul, mereka sendiri saling berselisih diantara mereka, mereka tidak berada dalam satu jalan dan satu kesepakatan. Allah Ta’ala berfirman

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ نَزَّلَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ ٱخْتَلَفُوا۟ فِى ٱلْكِتَٰبِ لَفِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍ

Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (QS. Al-Baqarah: 176)

Maka akan kita dapati setiap yang menyelisihi kebenaran mereka saling berselisih, terpecah belah dan bergolongan sendiri-sendiri. Karena kebenaran hanyalah satu dan tidak terpecah belah adapun kebatilan dan kesesatan itu banyak. Allah berfirman,

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am: 153)

Maka jalan kebenaran hanyalah satu sedangkan jalan kebatilan dan kesesatan itu banyak dan bercabang.

Keempat, Penggunaan kalimat ancaman sebagai nasehat keimanan. Maka tidak mengapa bagi seorang dai dalam beberapa nasehatnya mengingatkan manusia dengan hukuman, ancaman dan adzab dari Allah Ta’ala semisal adzab di alam barzah dan juga adzab neraka.

Referensi: at-Tafsir al-“aqodi li Juz’i Amma karya Ahmad bin Abdirrahman al-Qadhi

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here