Engkau Mulia dengan Memaafkan
Bismillah..
Saudaraku yang beriman, ketahuilah bahwa sesungguhnya islam adalah agama yang sempurna, didalamnya diajarkan akhlak akhlak luhur yang dengan akhlak tersebut menjadikan seorang hamba memiliki kedudukan yang mulia disisi Alla subhanahu wa ta’ala. Dan diantara sifat luhur yang diajarkan oleh agama islam adalah sifat pemaaf, hal ini Allah subhanahu wa ta’ala sampaikan dalam firman-Nya:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)
Maka sungguh orang-orang yang gemar memberi maaf dan menjadikan sifat pemaaf tersebut menjadi perhiasan dirinya maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, selain itu seseorang yang memiliki sifat pemaah akan kemuliaan dari Allah subhanahu wa ta’ala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan dan tidaklah allah akan menambah kepada orang yang memberi maaf selain kemuliaan dan barangsiapa yang tawadhu’ karena Allah maka Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa kemuliaan dalam hadits diatas memiliki 2 makna pengertian, yaitu :
Pertama, kemuliaan pada dzahir
Ini memang nyata, orang yang dikenal pemaaf, ia akan dihormati dan dimuliakan oranglain.
Kedua, Kemulian dengan diberikan pahala dan kemuliaan di akhirat nanti.
Dan sungguh sifat pemaaf adalah salah satu sifat terbaik yang dimiliki oleh seorang mukmin, terutama generasi awal umat islam.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
كانوا يقولون أفضل أخلاق المؤمنين العفو
“Dahulu mereka (para salaf) mengatakan, “Sebaik-baik Akhlak orang-orang yang beriman adalah sifat pemaaf.”
Begitu banyak contoh kemulian para salafus shalih dalam mengamalkan sifat pemaaf ini dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh adalah apa yang disampaikan oleh Ibnu Jauzi rahumahullah, beliau berkata : “Suatu hari sebongkah batu yang dilemparkan seseorang menimpa Ar-Rabi’ bin Haitsam rahimahullah, kemudian lemparan tersebut membuat kepala beliau mengalami luka yang cukup serius.
Sambil mengusap darah dari wajahnya dia berdoa, “Ya Allah maafkanlah dia…. Dia tidak sengaja melempariku dengan batu”
Benarlah yang disampaikan oleh Imam Ayyub As Sikhtiyani rahumahullah: “Seseorang tidak akan mencapai derajat mulia sampai ia memiliki dua sifat. Pertama sifat Iffah, (yaitu) menahan diri untuk tidak meminta-minta pada apa yang ada ditangan manusia, kedua memaafkan kesalahan mereka.”
Semoga Allah mengaruniakan pada kita semua sifat pemaaf.
_________
Referensi:
– Al-Arba’un Hadits fii Al-Akhlaq, Syeikh Ahmad Mu’adz
– Sifah As- Shofwah, Ibnul Jauzi
Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan