Bismillah…
“Qiroat apa yg paling engkau sukai?”
Pertanyaan ini dilontarkan oleh Abdulloh bin Ahmad bin Hanbal kepada ayahnya. Ia cukup penasaran dengan pendapat sang ayahanda.
“Qiroat Penduduk Madinah (qiroat Nafi’), jika tidak maka qiroat ‘Ashim”, jawab sang ayah.
Imam Nafi’ berasal dari Asbahan sebuah daerah di Persia dan lahir pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan. Ia memilih kota Nabi sebagai tempat tinggalnya, disinilah ia belajar Al-Quran dengan penuh semangat. Satu atau dua orang guru belum cukup memuaskannya, ia terus-menerus mencari guru talaqqi hingga mencapai puluhan. Tak heran jika ia nantinya menjadi seorang Qori masyhur serta rujukan utama di kota Madinah. Ia pernah berkata :
“Aku mempelajari Al-Quran dari 70 orang Tabi’in” ucapnya suatu ketika
Para ulama biasa menempatkan Imam Nafi’ di urutan pertama dalam daftar para qurro dalam kitab mereka. At taisir, Matan Syatibiyah dan Kitab An Nasyr diantara contohnya.
Sang Manusia Kasturi
Qori yang memiliki warna kulit gelap ini menghabiskan hidupnya untuk Al-Quran.
Murid-muridnya pun cukup banyak, baik dari dalam maupun luar Madinah. Diantara mereka adalah Imam Malik bin Anas rohimahulloh, sang Imam darul hijroh.
Satu hal yang cukup mengesankan dari Imam Nafi’ adalah mulutnya yg selalu mengeluarkan aroma wangi bak minyak kasturi saat berbicara. Suatu ketika salah seorang diantara mereka memberanikan diri untuk bertanya :
“Wahai Imam, apakah engkau selalu menggunakan wewangian dimulutmu setiap kali hendak mengajar Al-Quran?”
Mendengar pertanyaan tersebut beliau tersenyum dan menjawab :
“Aku tidak pernah melakukannya, namun suatu hari aku bermimpi bertemu dengan Rasulullolh shollallohu ‘alaihi wasallam. Dalam mimpi tersebut beliau membacakan Al-Quran didepan mulutku. Sejak saat itu keluarlah bau harum dari mulutku ini”.
Pujian Ulama
Keilmuan beliau tidak diragukan lagi, para ulama satu persatu melontarkan pujian kepadanya.
● Imam Malik rohimahulloh berkata : “Nafi’ merupakan Imam Qiroat di Madinah”
● Al Laits bin Sa’ad rohimahulloh pernah berkata : “Aku melaksanakan ibadah haji pada tahun 113 hijriyah dan Imam qiroat di Madinah saat itu adalah Nafi’”.
● Ibnu Mujahid rohimahulloh berkata : “Nafi’ adalah Imam qiroat penduduk Madinah”.
Wasiat Terakhir
Saat terbaring sakit menunggu ajal, anak-anak beliau berkumpul disekitarnya. Dengan penuh kesedihan mereka berkata :
“Apa yang engkau wasiatkan kepada kami wahai ayahanda?”
Beliau lantas membaca firman Allah ta’ala:
(فَاتَّ قوا ا َّ ﷲَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَیْنِكُمْ وَأَطِیعُوا ا َّ ﷲَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتمْ مُؤْمِنِینَ)
“maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” [Surat Al-Anfal 1]
Beliau menghembuskan nafas terakhir pada tahun 169 hijriyah. Betapa indahnya kehidupan yg dipenuhi dan ditutup dengan Kitabulloh.
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita khusnul khotimah.
______
Referensi : Ma’rifatul qurro kibar, Adz Dzahabi.
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, A.Md
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Qiro’at, Fakultas Qur’an di Universitas Islam Madinah KSA)
Hamalatulquran.com
***
Mari bergabung menanam saham Jariyah dalam pembangunan PP Tahfidz Hamalatul Qur’an, Sanden, Bantul.
Klik gambar :
[…] bisa diacungi jempol. Tak kurang dari 20 tahun beliau habiskan untuk duduk menjadi murid dari sang manusia kasturi ini. Hingga suatu ketikan Imam Nafi’ berkata kepadanya […]