Home Artikel Alquran Serial Ahli Qiroat #14: Ibnu ‘Amir, Sosok Hakim Kota Damaskus yang Tegas

Serial Ahli Qiroat #14: Ibnu ‘Amir, Sosok Hakim Kota Damaskus yang Tegas

2713
0

Bacaan ini merupakan Qiroat penduduk negri Syam.”

Itulah perkataan Ibnu ‘Amir rahimahullah suatu ketika setelah memperdengarkan bacaan Al-Quran beliau kepada para muridnya.

Beliau bernama Abdulloh bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim bin Robi’ah Ad-Dimasyqi Al-Yahshobi rahimahullah. Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau bernama Abdullah, hanya saja mereka berbeda pendapat seputar kun-yah beliau hingga sembilan pendapat, mulai Abu ‘Imron, Abu Utsman, Abu Nu’aim dan sebagainya. Namun pendapat yang paling masyhur dan tepat adalah Abu ‘Imron.

Satu hal yang menarik dari Imam Qiroat satu ini adalah beliau merupakan orang kedua dari kalangan Imam Qiroat ‘Asyroh yang merupakan keturunan arab murni setelah Abu ‘Amr Al-Bashri. Ya, diantara 10 orang Imam Qiroat ‘Asyroh, hanya terdapat 2 orang saja yang merupakan keturunan arab murni, sedangkan 8 imam yang lain bukan dari bangsa arab. Fakta diatas seringkali mengingatkan kita pada sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بهذا الكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ به آخَرِينَ

Sesungguhnya Allah ta’ala memuliakan sebagian kaum dengan kitab ini (AlQuran) dan menghinakan yang lain dengannya.” (HR. Muslim)

Hadits diatas menunjukkan bahwa kemuliaan dapat diraih oleh siapa saja yang memberikan perhatian khusus kepada Al-Quran tanpa memandang suku maupun nasabnya.

Para ulama berbeda pendapat seputar tahun lahirnya imam qiroat satu ini, pendapat pertama mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 8 hijriah, 2 tahun sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam wafat.

Pendapat ini dipilih oleh Ibnul Jazari rahimahullah, beliau berdalil dengan sebuah riwayat yang dinukilkan oleh Kholid bin Yazid rahimahullah bahwasanya Ibnu ‘Amir pernah berkata:

“Aku lahir pada tahun 8 hijriyah di Al-Balqo di sebuah desa yang bernama Ruhab (sebuah desa di negri Syam). Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam wafat saat aku baru berumur 2 tahun, saat itu kota Damaskus ditaklukkan. Kemudian aku pindah ke kota Damaskus saat berumur 9 tahun setelah kota tersebut jatuh ketangan kaum muslimin.”

Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa Ibnu ‘Amir lahir pada tahun 21 hijriyah di masa kepemimpinan Kholifah Umar bin Khotthob radhiallahu ‘anhu. Pendapat ini dipilih oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullah dalam kitabnya. Beliau berdalil dengan perkataan salah satu murid senior Ibnu ‘Amir yang bernama Yahya Adz-Dzimmari rahimahullah.

Seorang Musyrif Halaqot

Tak lengkap rasanya jika membahas biografi Imam Ibnu ‘Amir namun tanpa menyinggung kisah beliau dengan salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diutus ke Negri Syam, Abu Ad-Darda’ radhiallahu ‘anhu.

Dikisahkan bahwa selepas sholat shubuh di masjid agung kota Damaskus, sahabat Nabi satu ini biasa mengampu halaqot Al-Quran di sana. Beliau membagi para muridnya kedalam beberapa kelompok. Tiap halaqot berisi sepuluh orang dengan satu orang musyrif sebagai penanggung jawab. Bisa ditebak bahwa Ibnu ‘Amir saat itu merupakan salah satu orang yang ditunjuk sebagai musyrif. Abu Ad-Darda sendiri pernah menuturkan bahwa jumlah murid yang berada dibawah bimbingan beliau saat itu mencapai 1600 orang.

Sepeninggal sahabat Nabi tersebut, Ibnu ‘Amir lantas ditunjuk untuk menggantikan posisi beliau. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu ‘Amir merupakan murid terbaik yang pernah dibimbing oleh Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu.

Sosok Hakim yang Tegas

Selain sibuk mengajarkan Al-Quran, Ibnu ‘Amir juga mendapatkan kepercayaan untuk memegang jabatan hakim di masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik. Beliau di gambarkan sebagai sosok yang cukup tegas, di mana jika melihat sebuah kebid’ahan terjadi di depan matanya, maka beliau akan langsung mengingkarinya saat itu juga.

Imam Al-Ahwazi menggambarkan beliau sebagai salah satu Tabi’in terbaik yang cerdas, memiliki hafalan kuat, jujur dalam bertutur kata dan penuh amanah.

Guru dan Murid

Allah subhanahu wata’ala memberikan kemulian kepada beliau dengan menjumpai beberapa sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berguru kepada mereka. Diantaranya adalah Abu Ad-Darda’, Fadholah bin ‘Ubaid, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Watsilah bin Al-Asqo’ dan Al-Mughiroh bin Abi Syihab Al-Makhzumi radhiallahu ‘anhum.

Ada satu kisah menarik antara beliau dengan sahabat Fadholah bin ‘Ubaid radhiallahu ‘anhu di masjid agung kota Damaskus. Saat itu Ibnu ‘Amir diminta untuk menyimak bacaan sahabat tersebut sembari memegang mushaf dihadapannya. Ini merupakan salah satu metode dalam mengajarkan Al-Quran yang dikenal dengan As-Sama’. Dimana sang guru membaca Al-Quran dan sang murid menyimak dengan melihat mushaf.

Ibnu ‘Amir juga pernah dengan bangganya mengabarkan saat menjadi makmum di belakang Kholifah Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu. Beliau bahkan menceritakan bahwa saat itu sahabat Nabi tersebut melantunkan pertengahan surat Al-Baqoroh dalam sholatnya.

Adapun diantara murid beliau adalah Yahya bin ‘Amir, Robi’ah bin Zaid, Khollad bin Yazid, Ja’far bin Robi’ah dan Yazid bin Abi Malik rahimahullah.

Pujian Ulama

Abu ‘Ubaid menuturkan:
“Salah satu Qori’ penduduk Syam adalah Ibnu Amir Al Yahshobi, beliau adalah Imam penduduk Damaskus dizamannya, qiroat beliau dipegang teguh oleh para penduduknya.”

Al-Haitsam bin ‘Imron pernah berkata:
Ibnu ‘Amir adalah pemimpin para ahli masjid.”

Hisyam bin ‘Ammar rahimahullah menuturkan:
Tidaklah Ibnu ‘Amir membaca suatu huruf dari Al Quran kecuali berdasarkan riwayat dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Kholid bin Yazid pernah berkata:
Ibnu ‘Amir biasa dijuluki dengan sebutan “Sang Imam” karena luasnya ilmu beliau dalam masalah Al Quran.”

Wafat

Beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari ‘Asyuro tahun 118 H. di kota Damaskus pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa beliau merupakan orang pertama yang wafat dari kalangan 10 imam qiroat.

Referensi:
Ma’rifatul Qurro, Adz-Dzahabi
– Ahasin Al-Akhbar, Abdul Wahhab Al-Hanafi
– Tahbir At-Taisir, Ibnul Jazari
Ghoyah An-Nihayah, Ibnul Jazari

Ditulis Oleh: Afit Iqwanuddin, Lc. (Alumni PP Hamalatul Quran dan Mahasiswa pascasarjana jurusan Qiroat, Fakultas Al Quran, Universitas Islam Madinah)

Artikel: www.HamalatulQuran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here