Home Artikel Saat Musibah Menyapa

Saat Musibah Menyapa

2741
0
Sumber : pinterest

Sikap Seorang Mukmin Saat Ditimpa Musibah

Alhamdulillh washolatu wassalam ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wasohbihi wasallama tasliman katsiro.

Beberapa hari terakhir masyarakat Indonesia digemparkan dengan sebuah kabar duka. Salah satu wilayah bumi pertiwi tiba-tiba bergoncang dengan cukup dahsyat. Rumah, masjid serta berbagai fasilitas yang ada tak sanggup menahan goncangan yang datang silih berganti.

Bencana alam, itulah yang dikatakan oleh para ahli sembari menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan sebuah gempa terjadi, mulai dari keadaan lautan, daratan maupun faktor-faktor geografis yang lain.
Namun seorang yang beriman tidak hanya melihat sebuah bencana dari satu kacamata saja, sebab mereka yakin ada hikmah tersembunyi dari setiap musibah yang melanda.

Musibah Merupakan Bukti Cinta Allah pada Hambanya

Sesungguhnya musibah bagi seorang mukmin itu bagaikan obat, meskipun ia terasa pahit akan tetapi banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Dan jika seseorang yang kita cintai sakit, maka kita akan memberinya obat meskipun pahit rasanya.
Ketahuilah bahwasanya musibah merupakan obat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada para hambaNya demi menggugurkan dosa-dosa mereka. Ia juga merupakan bukti cinta dari Dzat yang Maha Kuasa, sebagaimana disabdakan oleh Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam:

donatur-tetap

وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala jika mencintai suatu kaum maka Dia akan menimpakan ujian kepada mereka, maka barangsiapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) baginya Ridho Allah, akan tetapi siapa yang marah maka baginya kemurkaan Allah” (HR At Tirmidzi)

Ada Kebaikan Dibalik Musibah.

Mengapa demikian?

Sebab saat seorang mukmin ditimpa musibah maka sejatinya Allah subhanahu wata’ala sedang menghilangkan adzab yang seharusnya ia terima di akhirat nanti. Sebagaimana Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba maka Dia akan menyegerakan hukuman baginya di dunia (sebagai balasan perbuatannya), sedangkan jika Allah menginginkan keburukan atas seorang hamba, maka Dia akan menunda (hukuman tersebut) dan mengadzabnya di akhirat nanti” (HR At Tirmidzi)

Al Hasan Al Bashri rohimahulloh berkata :

لا تكره الملمات الواقعة والبلايا الحادثة فلربّ أمر تكرهه فيه نجاتك، ولربّ أمر ترجوه فيه عطبك

“Janganlah engkau membenci musibah serta bencana yang terjadi, betapa sering engkau benci sebuah perkara, namun ternyata hal tersebut merupakan keselamatan bagimu, dan betapa sering engkau mengharapkan sesuatu padahal hal tersebut merupakan kecelakaan bagimu”

Sikap Seorang Mukmin saat Tertimpa Musibah

– Berdoa kepada Allah dengan doa yang pernah diajarkan oleh Rasululloh dalam hadits beliau :

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ : إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ اؤْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا. إِلَّا أَجَرَهُ اللَّهُ فِي مُصِيبَتِهِ، وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lantas ia berucap :

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un Allahumma’jurni fii musibaty wa akhlif lii khoiron minha

(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepadaNya lah kami akan kembali, Ya Allah berikanlah pahala atas musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik), niscaya Allah akan memberikan pahala kepadanya dan memberikan ganti dengan yang lebih baik.

– Senantiasa berprasangka baik kepada Allah, sebab bisa jadi jika ia tidak tertimpa musibah, ia akan terjangkit penyakit hati berupa kesombongan.

Padahal penyakit hati jauh lebih buruk dari musibah yang menimpa, sebab hal tersebut bisa melenyapkan nikmat yang ia miliki sekaligus memupuk dosa. Sebagaimana Iblis la’natulloh ‘alaih diusir dari surga lantaran terjangkit penyakit tersebut.

– Meyakini bahwa apa yang ia miliki hanyalah titipan dari Allah, mulai dari harta, keluarga bahkan dirinya sendiri, sehingga Allah berhak untuk mengambilnya kapan pun Dia kehendaki.

– Meyakini bahwa apa yang menimpanya merupakan bagian dari takdir Allah dan Dia lah Dzat yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya, sebagaimana dalam firmanNya :

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah 216)

– Melihat kepada orang lain yang terkena musibah lebih parah dari dirinya atau melihat orang yang nikmatnya lebih sedikit darinya. Hal tersebut bertujuan agar ia mudah untuk bersabar dan mensyukuri nikmat yang masih Allah titipkan padanya.

Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عليكم

“Lihatlah kepada orang yang (nikmatnya) berada dibawah kalian, jangan melihat kepada orang yang berada diatas kalian, karena hal tersebut lebih pantas agar kalian tidak merendahkan nikmat Allah kepada kalian (HR Muslim)

– Tidak meratapi musibah yang menimpanya, sebab hal tersebut tidak akan menghilangkan kesedihan, namun justru akan semakin menambah kesedihan yang ia rasakan, bagaikan menabur garam pada luka yang menganga, semakin perih rasanya.

– Meyakini bahwa jika ia mampu bersabar maka ada balasan berlipat ganda dari apa yang telah hilang darinya. Allah berfirman :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (Az Zumar 10)

– Yakin bahwa apa yang menimpanya merupakan sesuatu yang ia sanggup untuk memikulnya, sebab Allah tidaklah membebani seorang hamba melebihi batas kemampuannya.

Kesimpulan

Bersabar dan berlapang dada atas musibah yang menimpa merupakan jalan satu-satunya untuk menghadapi ujian yang datang. Sebab, itulah yang akan membuat kita meraih predikat Ash Shobirin sebagaimana Allah gambarkan dengan begitu indahnya didalam firmanNya yang artinya:

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqoroh : 155-157)

_______

Referensi : Zaadul Ma’aad karya Ibnul Qoyyim rohimahulloh.

***

Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd

(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)

Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here