Isti’adzah yaitu dengan mengucapkan a’udzubillahi minas syaithanir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). Ucapan isti’adzah ini bukan termasuk ayat Al-Qur’an, hanya saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya karena mewujudkan perintah Allah dalam ayat Al-Quran, maka ini adalah perintah robbani dan sunnah nabawi
فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّیۡطَـٰنِ ٱلرَّجِیمِ
“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur`ān, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS An Nahl: 98).
Ayat di atas dan disertai lafadz nabawi di dalam isti’adzah keduanya meliputi lima risalah, bagi hamba yang ingin berjalan menuju Allah wajib mempelajarinya kalau tidak maka tidak akan sampai.
Risalah pertama
Bahwasanya tidak mungkin memulai di jalan Allah dan tidak akan membuka bagi hamba pengetuk pintu-pintu masuk ke dalam Al-Quran, kecuali dengan mengumandangkan keloyalan dan kesetiaan kepada Allah ta’ala dan masuk ke barisan para hamba yang mentauhidkan Allah semata, dan juga sebaliknya dengan mengumandangkan permusuhan dan keterlepasan diri dari setan yang telah nyata menjadi musuh Allah, dan juga berlepas diri dari golongannya dan pengikutnya. Allah telah mengumandangkan kepada hambaNya bahwa syaiton adalah musuh manusia
إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ لَكُمۡ عَدُوࣱّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا یَدۡعُوا۟ حِزۡبَهُۥ لِیَكُونُوا۟ مِنۡ أَصۡحَـٰبِ ٱلسَّعِیرِ
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathir: 6)
Sungguh isti’adzah menjadi pembuka mata hati untuk melihat ilmu Al-Quran yang agung, maka ia tidak boleh dilupakan. Isti’adzah bukanlah sekedar lafadz yang diucapkan ke udara begitu saja, tetapi ia mempunyai makna yang mendalam, maka tadabburilah..!
Risalah kedua
Bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan untuk berjalan di jalan Allah atau mengenali jalan Allah itu sendiri kecuali dimulai dari mohon perlindungan kepada Allah terlebih dahulu. Hamba tidak akan sampai kepadaNya dengan hanya bermodal semangat dan usaha dirinya sendiri, tetapi harus memohon kepada Allah curahan taufiq dan hidayah-Nya.
Terwujudnya makna isti’adzah di dalam jiwa seseorang adalah suatu akhlak yang sangat mendalam, dan tidak sah suatu amal kecuali dengan memunculkan keimanan hati, kemurnian niat ibadah. Tidak bisa memurnikan amal dari hal-hal yang bisa merusaknya kecuali dengan hanya kembali kepada jalan Allah dan untukNya semata.
Risalah ketiga
Beribadah dengan Al-Quran membacanya, mempelajarinya, mengajarkannya, mentadabburinya dan mengamalkannya, tidak akan memanen buahnya dan tidak akan menyingkap cahaya dari alquran itu kecuali dengan berlepas diri dari setiap daya dan kekuatan, isti’adzah diletakkan sebelum membaca menunjukkan kebutuhan pembaca kepada Allah dzat yang maha kaya dan maha mulia. Seorang pembaca alquran belum tentu dia membaca secara hakiki, pembaca yang hakiki ialah yang membaca alquran dengan penuh penghayatan.
Mewujudkan maksud isti’adzah adalah salah satu syarat untuk menjadi pembaca alquran yang hakiki, barangsiapa yang salah dalam mewujudkan atau dia meremehkan isti’adzah maka tidak terwujud buah dari isti’adzah itu dan terhalang cahaya alquran masuk ke dalam jiwa pembaca. Betapa banyak orang yang membaca alquran tetapi buta terhadapnya
قُلۡ هُوَ لِلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ هُدࣰى وَشِفَاۤءࣱۚ وَٱلَّذِینَ لَا یُؤۡمِنُونَ فِیۤ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرࣱ وَهُوَ عَلَیۡهِمۡ عَمًىۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ یُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۭ بَعِیدࣲ
“Katakanlah, ” Al-Qur`ān adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan ( Al-Qur`ān) itu merupakan kegelapan bagi mereka.Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS Fusshilat: 44)
Risalah keempat
Sungguh setan akan mengelabuhi dalam hati pembaca Al-Quran sehingga menyesatkan pemahaman pembaca atau merusak niatnya atau memalingkan pikirannya dari melihat petunjuk Allah yang ada dalam Al-Quran, sehingga setelah membaca tidak mendapatkan apa yang seharusnya di dapat oleh pembaca atau malah tersesat, sebagaimana keadaan orang-orang sesat dari dulu hingga sekarang.
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّة
ِ”Di akhir zaman nanti, akan mucul suatu kaum yang umur mereka masih muda belia dan akal mereka pun masih bodoh. Mereka mengatakan sesuatu yang baik (namun untuk tujuan keburukan). Mereka juga membaca Al Qur`an, namun tidak sampai melewati batas kerongkongan. Mereka keluar dari Din Islam sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya.” (HR. Muslim)
Risalah kelima
Bahwa seorang hamba yang berlindung kepada Allah niscaya dia akan dilindungi oleh Allah dari hal-hal yang membahayakan itu, karena dia berlindung kepada dzat yang Maha Agung yang perlindungan-Nya tidak akan bisa ditembus oleh siapapun.
Ditulis Oleh: Muhammad Fathoni, B.A