Setelah pada atikel sebelumnya kami mengulas tentang keutamaan tauhid, dalam tulisan ini kita akan belajar lebih dalam mengenai makna tauhid, pengertian tauhid beserta dalil-dalil tauhid.
Allah ta’ala menciptakan segala yang ada tidak dengan sia-sia tiada hikmah di balik itu, tidak juga untuk berleha-leha tanpa ada tujuan hidup, tidak juga di biarkan begitu saja tanpa ada peraturan, tetapi Allah menciptakan semua makhluk ada hikmah di balik itu, terutama penciptaan jin dan manusia yang Allah lengkapi dengan akal dan pikiran.
{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ} [المؤمنون : 115]
Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?!
Syekh as sa’di – رحمه الله – berkata dalam tafsirnya :
عبثا أي: سدى وباطلا، تأكلون وتشربون وتمرحون، وتتمتعون بلذات الدنيا، ونترككم لا نأمركم، و[لا] ننهاكم ولا نثيبكم، ولا نعاقبكم؟
‘abast (sia-sia) : percuma tidak ada manfaat dan batil, makan minum, gembira ria, bersenang-senang dengan dunia, Kami tinggalkan saja tanpa perintah, larangan, dan tidak mengganjar serta tidak menghukum kalian..?!
Sekali-kali tidak demikian kehidupan ini, Allah berfirman di dalam banyak ayat yang tersirat bahwa mentauhidkan Allah lah tujuan hidup
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات : 56]
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ibnu abbas – رضي الله عنهما- berkata :
“كل عبادة في القرآن فهو التوحيد”
“Setiap kata-kata ibadah di dalam alquran bermakna tauhid”
Pembagian Tauhid
Tauhid, apa yang anda ketahui tentang tauhid.. ?
Tauhid adalah pengesaan diri hamba akan keesaan Allah dalam tiga hal :
1- Tauhid rububiyah.
Yaitu seorang hamba mengesakan Allah di dalam perbuatanNya. Dia maha menciptakan, mematikan, pemberi rizki, pengatur jalannya alam ini, yang memberi manfaat mudzhorrot, tidak ada selainNya yang mampu berbuat demikian, ini hak mutlak perbuatan Allah semata. Allah ta’ala menciptakan makhluk di sertai fitroh terhadap tauhid rububiyah ini hingga orang musyrikpun mereka mengakui rububiyah Allah.
Surah 23 Al-Mu’minun, Ayat 84-89
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?”
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?”
Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?”
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?”
Tauhid rububiyah ini tidak ada segolonganpun yang mengingkarinya karena hati sudah di fitrohkan untuk mengakuinya, sebagaimana firman Allah menceritakan perkataan para rosulNya :
{۞ قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ} [ابراهيم : 10]
Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?”
2- tauhid uluhiyah
Seorang hamba mengesakan Allah dengan perbuatan hamba itu yang dia perbuat untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan amal-amal yang di syareatkan agama seperti doa, menyembelih, pengharapan, dll
Semua jenis ibadah baik yang lahir maupun yang batin di tujukan hanya kepada Allah semata dan tidak ada sedikitpun di palingkan dariNya. Tauhid uluhiyah ini inti dakwahnya para rosul – عليهم الصلاة والسلام – dari awal rosul hingga penutup para rosul, Allah berfirman :
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل : 36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ} [الأنبياء : 25]
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Sesungguhnya manusia sangat butuh menyembah Allah semata tidak mensekutukanNya, hakikat hamba adalah hati dan ruhnya dan dia tidak bisa menjadi baik kecuali dengan tuhannya, tidak akan merasa tenang melainkan ketika menyebut Robnya, seandainyapun dia mendapat kesenangan dengan selain Robnya maka itu hanya sementara adapun dengan Allah maka akan selama-lamanya di manapun dan kapanpun.
Tauhid ini ketika tidak terwujud di diri hamba maka yang terjadi adalah kesyirikan, dan syirik adalah dosa yang paling besar
{إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان : 13]
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام : 88]
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
Dan tauhid ini menjadi kewajiban pertama kali bagi seorang hamba :
{۞ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ.. } [النساء : 36]
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,..
3- Tauhid asma’ was sifat
Keyakinan seorang hamba akan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang sudah tertera di dalam ayat-ayat alquran dan sunnah-sunnah nabi – صلى الله عليه وسلم – dengan keyakinan yang mendalam dan mensucikan dari sifat yang menjadi kekurangan dan kecacatan. Menetapkan nama dan sifat bagi Allah sebagaimana Allah dan RosulNya telah menetapkan tanpa mengurangi sedikitpun
{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف : 180]
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Rosulullah – صلى الله عليه وسلم – bersabda :
إن لله تسعة و تسعين اسما مئة إلا واحد من أحصاها دخل الجنة. متفق عليه
Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai 99 nama, 100 kurang 1, siapa saja yang menghitungnya dia masuk jannah.
Apa makna “menghitungnya”? Mari kita simak penjelasan syekh bin baz – رحمه الله – :
الإحصاء يكون بالحفظ، ويكون بالتدبر والتعقل لمعانيها، والعمل بمقتضى ذلك
Arti Menghitung (asmaul husna) adalah menghafal, mentadaburi, memahami maknanya, dan mengamalkan dari konsekuensinya.
https://binbaz.org.sa/fatwas/17046
Tidaklah setiap nama Allah melainkan mengandung sifatNya.
Demikian semoga bermanfaat.
Sumber :
Aqidatut tauhid karya syekh sholih alfauzan
Penulis : Ahmad Fathoni, Lc
(Alumni Universitas Islam Madinah KSA, beliau saat ini mengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)