Home Artikel Alquran Mengapa Banyak Ulama Qiroat yang Meninggalkan Sujud Tilawah saat Talaqqi? (Bag. 1)

Mengapa Banyak Ulama Qiroat yang Meninggalkan Sujud Tilawah saat Talaqqi? (Bag. 1)

1747
0

Sujud tilawah merupakan sebuah amalan yang disunnahkan bagi siapa saja yang membaca atau mendengar ayat sajdah yang terdapat di dalam Al-Quran. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهِۦٓ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.”

Namun dalam artikel kali ini, kami tidak akan mengupas beberapa hal yang berkaitan dengan sujud tilawah tersebut, baik dari sisi hukumnya, jumlah ayatnya hingga bacaannya. Adapun yang menjadi fokus pembahasan adalah seputar fakta dimana banyak ulama qiroat yang meninggalkan sujud tilawah saat tengah mengajar alias talaqqi.

Saat menelaah berbagai kitab tajwid dan qiroat, akan kita dapati bahwa banyak diantara para ulama yang meninggalkan sujud tilawah saat tengah mentalaqqi atau mengajarkan Al-Quran. Itu berarti ketika murid dihadapannya membaca ayat sajdah, maka beliau tidak memerintahkannya untuk berhenti dan sujud terlebih dahulu, namun justru menyarankannya untuk tetap melanjutkan bacaan. Mari kita simak terlebih dahulu pemaparan para ulama dalam masalah ini:

donatur-tetap

• Ali Al-Kisai rohimahulloh (wafat 189 H)

Ulama Qiroat yang sekaligus salah satu dari Quro Sab’ah ini dikenal dengan kebiasaan beliau tidak melakukan sujud tilawah saat mentalaqqi seseorang. Saat ditanya alasannya, beliau menjawab:

ما فعله أحد من شيوخي، ولو فعله فعلته

“Tidak ada seorang pun dari guruku yang melakukan hal tersebut (sujud tilawah saat talaqqi), kalau seandainya diantara mereka ada yang melakukannya, tentu akan kulakukan juga.”

• Imam Ath-Thobari rohimahulloh (wafat 310 H)

Ulama tafsir yang juga piawai dalam bidang ilmu qiroat ini pernah ditanya seputar sujud tilawah saat talaqqi. Beliau lantas menjawab:

أجلاء شيوخي لا يفعلونه وبعضهم يسجد اختيارا لا نقلا

“Guru-guruku yang terpandang tidak melakukan hal tersebut, sedangkan selain dari mereka melakukan sujud (saat talaqqi) sebagai bentuk ikhtiar mereka sendiri, bukan karena mengikuti para pendahulunya”.

• Ibnu Mujahid rohimahulloh (wafat 324 H)

Abul Faroj Al-Mu’afi rohimahulloh pernah mengisahkan salah satu kebiasaan pengarang kitab As-Sab’ah ini:

رأيت ابن مجاهد وأبا بكر بن بشار إذا بلغ القارئ عليهما السجدة لا يسجدون ولا يأمرون بها،

“Aku mendapati bahwa Ibnu Mujahid dan Abu Bakar Basyar tidak memerintahkan murid mereka untuk bersujud saat melewati ayat sajdah”.

• Makki bin Abi Tholib (wafat 437 H) rohimahulloh

Beliau bahkan menukilkan ijma’ ulama qiroat dalam hal ini:

وأجمع القراء على ترك السجدة إذا عرض القارئ عليهم القرآن

“Para Qurro telah sepakat (ijma’) dalam permasalahan meninggalkan sujud tilawah saat proses talaqqi.”

• Imam Asy-Syatibi rohimahulloh (wafat 590 H)

Salah seorang murid senior beliau, Imam As-Sakhowi rohimahulloh pernah menuturkan:

وكان شيخنا أبو القاسم [يعني: الشاطبي]  يجلس على طهارة، نعلم ذلك منه بأنه كان يصلي الظهر بوضوء الصبح… وكان لا يسجد إذا قرئت عليه السجدة، ولا يسجد أحد ممن يقرأ عليه. وكذلك كان سنة أشياخه، والله أعلم، لأنه شديد الاقتداء بمن أخذ عنه.

“Guru kami Abul Qosim Asy-Syatibi biasa duduk dalam majlisnya dalam keadaan suci, kami menyadari hal tersebut lantaran beliau biasa sholat dhuhur dengan wudhu sholat shubuh (tidak berwudhu kembali). Dan beliau tidak bersujud saat muridnya melewati ayat sajdah, pun begitu dengan para muridnya. Beliau mengikuti kebiasaan para gurunya, sebab beliau terkenal amat senang untuk melakukan apa yang para gurunya lakukan.”

• Imam Al-ja’bari rohimahulloh (wafat 732 H)

Saat membahas seputar sujud tilawah bagi seorang murid yang tengah talaqqi Al-Quran, beliau mengungkapkan:

وبتركه قرأناه

“Kami tidak melakukan hal tersebut saat talaqqi”

Lantas bagaimana kita menggabungkan keumuman ayat dan hadits yang mengisyaratkan untuk sujud tilawah saat melewati ayat sajdah?. InsyaAllah akan kami paparkan pada artikel bagian kedua.

Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Amiin.

Referensi:
– Jamal Al-Qurro, As-Sakhowi
– Kanzul Ma’ani, Al-Ja’bari

***

Ditulis oleh : Afit Iqwanuddin, Lc.

Artikel HamalatulQuran.com 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here