Bismillah, walhamdulillah washalatu wasshalamu ala rasulillah, amma ba’du.
Sebagai seorang muslim yang beriman terhadap hari kebangkitan (yaumul ba’ts), tentu kita berharap dibangkitkan dan dikumpulkan bersama orang-orang yang shalih. Dan ketahuilah pembaca yang dirahmati Allah, kelak seseorang itu akan dibangkitkan bersama orang-orang yang ia cintai.
Dalam sebuah hadits, dari sahabat Anas bin Malik radiyallahu anhu. Beliau bercerita,
“Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hari kiamat?”
Rasulullah balik bertanya,
وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ
“Apa yang telah anda siapkan untuk hari kiamat?”
“Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”, Jawab lelaki tersebut.
Rasulullah menanggapi,
فَإِنَّكَ مع من أحببت
“Sesungguhnya anda bersama orang yang anda cintai.”
(HR. Muslim)
Ibnu Hajar Al-Asqolany menjelaskan hadits ini dalam kitab “Fathul Bari”,
“قَوْلُهُ :” (إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ) أَيْ: مُلْحَقٌ بِهِمْ حَتَّى تَكُونَ مِنْ زُمْرَتِهِم
“Anda bersama orang yang anda cintai, maksudnya, dibangkitkan bersama mereka, sampai anda menjadi bagian dari barisan mereka.”
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu pernah mengatakan ucapan yang indah,
فما فرحنا بعد الإسلام فرحا أشد من قول النبي-صلى الله عليه وسلم- “فإك مع من أحببت”, فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر فأرجو أن أكون معهم وإن لم أعمل بأعمالهم.
“Kami tidak pernah lebih gembira setelah masuk Islam daripada gembiranya yang disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Sesungguhnya engkau bersama yang engkau cintai’, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.”
Oleh karenanya jadikanlah cinta kita kepada orang-orang shalih sehingga dibangkitkan dalam barisan merka, dan bukan kepada orang-orang kafir, yang justru akan merugikan kita di akhirat sebagai kehidupan yang hakiki.
Akan tetapi, hal ini bukan berarti mendapatkan balasan yang sama dengan orang yang dicintai, maka sebagaimana bertingkat-tingkatnya amalan begitu juga dengan balasan. Sehingga seseorang sama dalam satu barisan bukan berarti sama dalam kedudukannya.
Ibnu Hajar Al-Asqolany mengatakan dalam kitabnya “Fathul Bari”,
وَلَيْسَ مِنْ لَازِمِ الْمَعِيَّةِ الِاسْتِوَاءُ فِي الدَّرَجَاتِ
“Sama dalam kebersamaan bukan berarti sama dalam kedudukan.”
Cinta akan membawa seseorang kepada kedekatan sehingga memberikan dampak pada dirinya, sehingga tercermin dalam perilakunya. Hal tersebut sebagaimana disebutkan Syaikh Al-Utsaimin dalam syarh Riyadhushalihin.
Imam Ibnul Qoyyim menuturkan dalam kitabnya “Zadul Ma’ad”,
قَرَنَ كُلَّ صَاحِبِ عَمَلٍ بِشَكْلِهِ وَنَظِيرِهِ، فَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي اللَّهِ فِي الْجَنَّةِ، وَقَرَنَ بَيْنَ الْمُتَحَابَّيْنِ فِي طَاعَةِ الشَّيْطَانِ فِي الْجَحِيمِ
“Pelaku satu perbuatan dikumpulkan bersama mereka yang sama kelakuannya, maka orang-orang yang saling mencintai karena Allah dikumpulkan bersama-sama di surga, dan orang-orang yang saling mencintai karena ketaatan kepada syaitan dikumpulkan di neraka.” (Zadul Ma’ad, 4/248).
Selain dibangkitkan bersama orang-orang shalih, orang-orang yang saling mencintai karena Allah juga mendapatkan keutamaan lainnya, yaitu Allah berikan naungan di hari tidak ada naungan selain naungan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
منها “رجلان تحبا فى الله اجتمع عليه وتفرق عليه”~ “سبعة يظلهم الله يوم لا ظل الا ظله” .
Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dihari tidak ada naungan selain naungan Allah. Diantaranya adalah, “seseorang yang saling mencintai karna Allah, bertemu dan berpisah karena Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahua’lam bis showab.
***
Referensi
- Syarh Riyadhushalihin karya syeikh Utsaimin
- Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqolani
- Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah
Ditulis oleh : Jeje Rijalul hak, Lc.
(Alumni Pondok Pesantren Hamalatulquran Yogyakarta, Alumni (s1) Al-Azhar University Kairo Mesir).
JazakumulLaahu Khaira
AlhamdulilLaah