Apa yang menggerakkan kita melangkahkan kaki kita ke masjid?.
Apa yang menjadi motivasi kita untuk berbagi?.
Apa alasan kita untuk menahan lapar dan dahaga?.
Apa motif kita berangkat ke kota mekkah dan madinah yang jauh disana?.
Jawabanya adalah IMAN terhadap apa yang telah Allah subhanahu wata’aala janjikan.
Ibnul Qayyim Al jauzy rahimahullah berkata :
ليس الشأن أن تحِب ولكن الشأن أن تُحَب
“Perkaranya bukanlah bagaimanaengkau mengaku mencintai Allah, akan tetapi perkaranya apakah engkau dicintai oleh Allah.” (Rawdhatul Muhibbin Wa Nuzhatul Musytaqin 266)
Sama halnya dengan keimanan, perkarnya bukan kita mengaku beriman, akan tetapi apakah iman kita diakui oleh Allah subhanhu wata’aala.
Terdapat sebuah kisah yang menunujukan pengakuan Allah terhadap keimanan seseorang,
“Kala itu Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam Bersama 1400-1500 sahabat pergi ke Mekkah dari Madinah dengan tujuan beribadah umroh, pada saat itu kota Mekkah masih dikuasai oleh orang musyrik, Ternyata ada sekelompok orang yang menghadang Nabi dan para sahabat beliau di tempat yang Bernama Hudaibiyyah, maka Rasulullah mengutus ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu’anhu ke Mekkah, dengan misi mendapatkan izin untuk melaksanakan ibadah Umrah.
Tatkala Rasul dan para sahabat menunggu kembalinya ‘Utsman, tersebarlah isu bahwa ‘Utsman terbunuh, Mendengar kabar tersebut Nabi merespon dengan cepat, beliau memutuskan untuk menghadapi kaum musyrikin dan seluruh kemungkinan terburuk, beliau mengumpulkan seluruh sahabat yang berkisar 1400-1500 orang, Rasulullah meminta kepada seluruh sahabat untuk bersumpah setia yang ber isi
“على قتال المشركين و أن لا يفرو حتى يموتو”
Untuk memerangi kaum musyrikin dan jangan lari dari peperangan sampai kalian mati” perlu diketahui bahwa Rasul dan para sahabat berangkat ke Mekkah dengan tujuan Umrah bukan untuk berperang, sehingga Rasul dan para sahabat tidak dibekali dengan senjata alias “tangan kosong”.
Para sahabatpun bersumpah setia untuk memerangi kaum musyrikin, lalu turunlah ayat
لقد رضي الله عن المؤمنين إذ يبايعونك تحت الشجرة فعلم ما في قلوبهم فأنزل السكينة عليهم وأثابهم فتحا قريبا
“Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin Ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahuiapa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenang atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,” [QS. Al-Fath : 18]
Allah mengakui keimanan mereka dengan turunnya ayat, dan Allah mengetahui isi dalam hati para sahabat yang bersumph setia, dan Allah menurunkan ketenangan kepada para sahabat denagan selamatnya ‘Utsman bin ‘Affan, dan Allah berikan kabar gembira kepada mereka dengan fathu Makkah yang sudah dekat.
Lalu Bagai mana dengan keimanan kita, tidak akan ada lagi ayat yang turun untuk mengakui keimanan kita, akan tetapi Allah memberikan tanda-tanda keimanan dalam Al-Quran
“Sesungguhnya orang-orang beriman adalah mereka apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal” “Yaitu orng-orang yang melaksanakan shalat dan menginfakkan Sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka” “Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi tuhannyadan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia” [QS. Al-Anfal : 2-4].
Maka keimanan seseorang bisa di ketahui dengan beberapa hal diantaranya :
- Mendengarkan lantunan ayat Al-quran, apa yang ada dalm benak hati kita Ketika kita mendengarkan ayat, apakah kita menjadi semakin yakin dengan Agama islam, ataukah melemahkan keyakinan kita.
- Dengan shalat yang kita kerjakan, apakah shalat kita menambah keyakinan kita terhadap janji Allah di dalam Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
- Dengan berinfaq, apakah kita yakin dengan janji Allah bahwa Allah akan mengganti infaq kita dengan berlipat ganda, dan seterusnya.
Sejatinya setiap Amal ibadah yang kita lakukan bisa menjadi tolak ukur keimanan kita, maka koreksilah keimananmu, dan jadilah orang beriman yang sejati dan jangan kita berpaling dari kebenaran yang telah Allah wahyukan dalam Al-Quran dan Hadits nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ditulis Oleh: Badruzzaman, Lc