Seorang hamba yang benar-benar beriman hendaknya bersungguh-sungguh di dalam mewujudkan dua hal yang ada dalam surat al Fatihah ayat 4 yaitu:
- peribadahan kepada Allah semata
- isti’anah (mohon pertolongan) hanya kepada-Nya semata,
kondisi hamba berbeda-beda terhadap masalah ini, ada yang benar-benar menyempurnakan keduanya, ada yang lebih mementingkan peribadahan dan sedikit melakukan isti’anah kepadaNya dan ada yang sedikit beribadah dan sangat mementingkan isti’anah, jenis hamba yang ketiga inilah yang menjadi topik pembahasan tulisan kali ini.
Sebagian hamba Allah banyak memohon perlindungan dan pertolongan kepadaNya, tapi dia sangat sedikit ibadahnya kepada Allah, tidak menyeimbangkan antara ibadah dan isti’anah, atau ada hamba yang meminta terus menerus kepada Allah, akan tetapi tidak menghiraukan hak-hak Allah dan larangan-larangan-Nya, perintah dilanggar sedang larangan dilakukan, kewajiban dihiraukan kemaksiatan ditaati. Keadaan seperti ini ada diantara para hamba pelaku kemaksiatan yang menyimpang, bisa didapati di tengah masyarakat hamba yang banyak berdoa kepada Allah meminta supaya semua kebutuhannya dipenuhi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut tanpa memikirkan kehalalan dan keharomannya, dalam benaknya yang penting apa yang dimau terpenuhi, tetapi sama sekali tidak mengindahkan perintah Allah dan laranganNya, dan tidak mentaati Allah dan rasul-Nya. Keadaan seperti ini tidak mewujudkan ayat إياك نعبد و إياك نستعين “hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan”
Betapa banyak hamba yang hanya meminta haknya dipenuhi, sedangkan hak Allah hanya alakadarnya atau bahkan tidak ditunaikan kecuali hanya sedikit saja. Ketika meminta hak diri sendiri kepada Allah, berdoa dengan khusyu’ bahkan merengek sambil menangis, tetapi ketika diingatkan untuk ibadah dia berpaling dengan berbagai alasan untuk tidak menjalankannya. Sungguh zalim hamba yang berbuat demikian.
Inilah jenis-jenis manusia di dalam mengamalkan dua rukun ini. Maka seorang hamba yang berakal hendaknya selalu berfikir ketika ingin melakukan amal antara ibadah dan isti’anah, ketika ingin menjalankan puasa, mohon pertolongan kepada Allah supaya memberikan ketulusan dalam niatnya dan lurusnya amal (sesuai dengan sunnah) kemudian mohon diterima olehNya, ketika ingin sholat, maka mohon kepada Allah untuk dibantu dalam mendirikan sholatnya, khusyu’ dalamnya, keikhlasan hatinya, dan sesuai dengan sunnah Nabi ‘alaihis sholatu was salam. Maka hendaknya memperbanyak doa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad ‘alaihis sholatu was salam
اللهم أعني على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
“ya Allah bantulah hamba untuk senantiasa berdzikir (mengingatMu), dan senantiasa bersyukur kepadaMu, dan baik (ikhlas & sesuai sunnah) dalam setiap peribadahan kepadaMu”.
Semoga Allah menjadikan penulis dan pembaca termasuk hamba yang Allah beri pertolongan untuk mewujudkan dua rukun yang ada dalam ayat tersebut. Amiin.
Referensi : Kitab tsalaatsuuna majlisan fit tadabbur yang ditulis oleh kelompok anggota majlis tadabbur di kota Riyadh dengan terjemahan bebas dan ringkas.
Ditulis Oleh: Muhammad Fathoni, B.A