Kedatangan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan tinggal menghitung hari. Tentunya salah satu hal yang paling penting kita persiapkan menyambut bulan suci ini adalah ilmu. Berikut kami paparkan hadis-hadis populer bermasalah seputar ramadhan, sehingga kita bisa memilih dan memilah amalan terbaik untuk bulan istimewa ini.
Hadis Pertama
وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ.
“Permulaan bulan ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.”
Redaksi di atas merupakan potongan hadis yang panjang. di antaranya juga adalah potongan hadis berikut:
مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ.
“Barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan di bulan tersebut (ramadhan), maka baginya pahala ibadah wajib di bulan lainnya. Barangsiapa yang melakukan ibadah wajib di bulan ramadhan, maka baginya pahala tujuh puluh ibadah wajib di bulan lainnya.”
Sehingga dua hadis di atas hakikatnya satu kesatuan. Namun, sebagian penceramah menukilnya secara terpisah, atau menjadikannya dua hadis yang berbeda.
Diriwayatkan oleh Al Haris bin Abi Usamah dalam Musnadnya (Zawaid Musnad Al Harits, 1, 412, no. 321), ibnu Khuzaimah (Sahih ibnu Khuzaimah 3, 191, no. 1887), Al Baihaqi (Syu’ab al iman, 5, 223, no. 3336), ibnu Syahin (fadhail Ramadhan, 144, no. 15) ibnu Abi Ad Dunya (fadhail Ramadhan, hal. 69, no. 41), Al ‘Uqaily (Al Dhu’afa, 1, hal. 35) dll, dari sahabat Salman Al farisi radhiyallahu ‘anhu.
Status Hadis
Dhaif Jiddan (sangat lemah). Imam Al ‘Uqaily menerangkan bahwa hadis ini diriwayatkan dari sejumlah jalur, namun tak satu pun yang valid. Sedangkan Al Albani (Silsilah Al Ahadits Ad Dhaifah, 2, 262-263, no. 871) menilainya hadis Munkar (‘nyeleneh’).
Hadis Kedua
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا.
“Berpuasalah, Dengan begitu kalian akan sehat.”
Diriwayatkan oleh Ath Thabarani (Al Mu’jam Al Ausath 8, 174, no. 8312), dan Abu Nu’aim dalam Ath Thibbu An Nabawi (1, hal. 236), Al ‘Uqaily (Adh Dhu’afa, 2, hal. 92), dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Status Hadis
Dhaif (Lemah). Dinilai lemah oleh Al Hafidz Al Iraqi (Takhrij Ahadits Al Ihya, hal. 973) dan Al Albani (silsilah Al Ahadits Adh Dha’ifah, 1, 420, no. 253).
Hadis Ketiga
اللَهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dan atas rizki-Mu aku berbuka. Demikian itu karena kasih sayang-Mu ya Arhama Ar Rahimin.”
Hanya sebagian dari redaksi di atas yang tercantum dalam kitab-kitab induk hadis.
Diriwayatkan dari sahabat Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Namun sayangnya, derajat jalur periwayatannya sangat parah, alias sangat lemah. Sehingga tidak bisa saling menopang antara satu dengan yang lainnya. Ya, ada satu riwayat yang lebih ringan derajat kelemahannya.
Berikut redaksinya:
اللَهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ.
“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizki-Mu aku berbuka.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya (no. 2358), dan al-Marasil (no. 99) Al Baghawi dalam syarhu as-Sunnah (6, hal. 265 no. 1741) dll, dari Mu’adz Abu Zuhrah, bahwa telah sampai kepadanya, nabi shallallahu alaih wasallam ketika berbuka puasa memanjatkan doa,”allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.”
Status Hadis
Dha’if. Sebab, Mu’adz Abu Zuhrah merupakan seorang perawi dari kalangan tabi’in yang tentunya tidak pernah berjumpa dengan nabi shallallahu alaih wasallam.
Oleh karena itu imam Abu Dawud selain meriwayatkan hadis ini dalam kitab sunannya, belliau juga meriwayatkannya dalam Al Marasil (sebuah kitab yang menghimpun hadis-hadis mursal/sanadnya terputus).
Penulis: Abu Huraerah, Lc. (Alumni PP. Hamalatul Quran dan mahasiswa pascasarjana fakultas Ilmu Hadis, Universitas Islam Madinah)
artikel: HamalatulQuran.com