Akhir-khir ini marak terutama di kalangan remaja melakukan cek khodam. Hal ini marak dilakukan melalui media social semisal tiktok dan instaram. Yaitu dengan menulis anam atau disertai memberi hadiah pada sebuah akun ketika melakukan siaran langsung maka nanti si pemilik akun akan mengecek ada jin khodamnya ataukah tidak pada diri orang yang berkomentar ketika livenya tersebut.
Istilah khodam sendiri berasal dari kata Khodim [bahasa arab] yang artinya pembantu. Jin khodam berarti jin pembantu. Disebut khodam, karena jin ini berinteraksi dengan rekan dekatnya di kalangan manusia, dan sedia untuk membantunya. Sehingga terkadang dia bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh umumnya manusia. Tentu saja, dengan bantuan jin prewangan yang menjadi rekannya.
Walau dikatakan sebagai pembantu namaun sejatinya sifat jin adalah suka berdusta. Ibnu Hajar rahimahullah berkata
أَنَّ الشَّيْطَانَ مِنْ شأنِهِ أَنْ يَكْذِب
“Bahwa setan (golongan jin), memiliki hobi berdusta.” (Fathul Bari, 4/489)
Maka bisa kita bayangkan, tipikal pendusta, bisa melihat manusia, tapi manusia tidak bisa melihat mereka. Kemudian ada manusia yang bekerja sama dengan mereka. Potensi jin ini untuk menipu manusia yang menjadi temnnya tentu saja sangat besar. Karena itu, seharusnya makhluk seperti ini dihindari, dijauhi, diwaspadai. Bukan malah didekati dan diajak kerja sama. Maka sungguh aneh ketika ada orang yang begitu berharap bisa bekerja sama dengan jin atau memiliki jin khodam sendiri.
Dalam islamweb.net fatwa nomer 7369 disebutkan:
فإنه لا يجوز الاستعانة بالجن ولوكان ذلك في أمور يظهر أنها من أعمال الخير، لأن الاستعانة بهم تؤدي إلى مفاسد كثيرة، ولأنهم من الأمور الغيبية التي يصعب على الإنسان فيها الحكم عليهم بالإسلام، أو الكفر، أو الصلاح، أو النفاق، لأن الحكم بذلك يكون بناء على معرفة تامة بخلقهم ودينهم
ولم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا خلفائه الراشدين، ولا الصحابة ولا التابعين، أنهم فعلوا ذلك، أو استعانوا بهم، أو لجؤوا إليهم في حاجاتهم.
“Tidak dibolehkan meminta bantuan kepada jin walau pun dalam perkara-perkara yang secara dhahir adalah hal baik, karena meminta tolong kepada mereka dapat menjerumuskan diri pada kerusakan yang banyak, karena mereka termasuk perkara ghaib yang sulit bagi manusia untuk menghukuminya sebagai muslim atau kafir, shalih atau munafik. Karena mengetahui ini adalah asas dalam menilai akhlak dan agamanya. Disamping itu tidak ada pula atsar shahih bahwa Nabi, khulafaur rasyidin, para sahabat dan tabi’in melakukan hal ini yaitu meminta bantuan kepada jin atau meminta perlindungan kepadanya”
Dengan semakin tersebarnya kebodohan serta sedikitnya ilmu pada diri seseorang, maka sering terjadi orang yang terjerumus pada perkara sihir dan meminta bantuan kepada jin. Walau mungkin diawal adalah meminta bantuan dalam perkara yang baik namun itu bisa jadi pintu tipu muslihat jin untuk menggelincirkan seseorang dimeudian hari.
Benarlah yang sering diucapkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: “Pokok asal kerusakan di muka bumi ini ada dua, yaitu kebodohan dan kezaliman.”
Walau pun orang menyebutnya jin khodam atau jin pembantu manusia. Benarkah anggapan ini? Siapa yang sejatinya dibantu, si jin ataukah manusia? Siapa yang sejatinya lebih berkuasa, si jin ataukah manusia?
Karena itu, yang umum terjadi adalah penyimpangan bukan kerja sama dengan cara baik-baik. Bentuk penyimpangannya, manusia melakukan pengabdian dan penghambaan kepada jin, kemudian jin membantunya untuk mewujudkan keinginan manusia. Jadilah jin bertambah sombong dan manusia bertambah hina dan bergelimang dosa karena melakukan berbagai kesyirikan atas permintaan si jin. Inilah yang diakui oleh jin, sebagaimana yang Allah ceritakan di surat Al-Jin:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”
Maka sungguh pelaku-pelaku hak tersebut akan terjerumus kepada kesyirikan, dimana meminta pertolongan dan bantuan kepada jin dan meninggalkan meminta kepada Allah semata.
Fenomena yang terjadi di masyarakat kita ini tentunya menjadi PR bersama bagi kita akan pentingnya ilmu akidah atau tauhid yang harus kita tanamkan pada diri kita, anak kita dan keluarga kita, sehingga mereka tidak terjerumus dalam perkara-perkara yang dapat menggelincirkan mereka kepada kkesyirikan.