Minggu ini kami kembali mendapat kesempatan emas untuk berkunjung kerumah Syaikh Sulthon bin Umar bin Abdul Aziz Al Hushoyyin hafidhohulloh. Semangat kami semakin berkobar lantaran kunjungan kali ini pun merupakan undangan dari beliau secara langsung. Terlebih lagi saat beliau mengabulkan permintaan kami agar momen berharga ini dioptimalkan dengan mengkaji buah karya beliau.
Senyuman yang menentramkan hati terlihat dari wajah beliau saat melihat wajah kami. Tempat serta jamuan pun sudah tersedia dengan rapi seakan-akan beliau sudah sedari tadi menunggu kedatangan kami.
Kunjungan kali kedua ini dimanfaatkan untuk membahas kitab beliau yang berjudul “Qowaid Wa Adab Fii Tholabil ‘Ilmi“, sebuah buku yang membahas 3 poin penting bagi seorang penuntut ilmu, yaitu : sikap seorang penuntut ilmu terhadap dirinya, temannya serta gurunya. Berbagai faedah beliau sampaikan saat membahas kitab yang awalnya merupakan artikel dimajalah jami’ah islamiyah tersebut, diantaranya ialah :
1. Dahulu para penuntut ilmu menyertai guru mereka dalam kesehariannya. Sehingga mereka bisa melihat secara langsung bagaimana sang guru sholat, bersosialisasi dengan masyarakat serta bagaimana sikap yang tepat saat menghadapi berbagai permasalahan. Karena ada beberapa hal yang tak bisa dipelajari secara sempurna didalam majlis , melainkan akan dimengerti saat terjun dan melihat langsung penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Berusahlah untuk mempraktekkan adab tholibul ‘ilmi sedikit demi sedikit. Dalam satu bulan praktekkan minimal satu adab, lalu tambahkan adab selanjutnya pada bulan kedua, ketiga dan begitu seterusnya. Karena amalan yang sedikit namun konsisten jauh lebih baik daripada amalan yang banyak namun tak bertahan lama.
4. Perhatikanlah setiap gerak-gerikmu. Jika apa yang anda lakukan bertolak belakang dengan apa yang dipelajari, maka ingatlah bahwa setiap perbuatan akan dipertanggung jawabkan dipengadilan Allah subhanahu wata’ala nantinya.
5. Seorang yang menuntut ilmu sejatinya ia sedang berjalan menuju surga-Nya. Ia mulai langkahnya didunia namun akan berakhir saat berjumpa dengan Rab-Nya.
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجن
ة
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmi, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR At Tirmidzi)
6. Kata ilmu didalam alquran disebutkan sebanyak 80 kali. Dan tidaklah Allah mengulang sesuatu melainkan pasti ada rahasia yang agung dibaliknya.
7. Ilmu jauh lebih berharga dari harta benda karena beberapa alasan, ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan harta butuh penjagaan dari sipemilik. Ilmu akan bertambah saat diamalkan dan diajarkan sedang harta akan berkurang saat dibelanjakan. Orang yang alim akan tetap hidup meskipun ia telah meninggal ratusan tahun lamanya, namun sebaliknya banyak orang kaya yang masih hidup namun seakan ia telah mati. Lihatlah bagaimana kecintaan kita terhadap Imam Bukhori rohimahulloh padahal ia tak pernah memberikan harta benda, namun ilmu-lah yang membuat seakan beliau masih hidup ditengah-tengah kita.
Sebelum menutup kajian, beliau menceritakan kisah seseorang yang bernama Abdul Karim. Ia adalah seorang pria berkebangsaan Filipina yang pernah menjadi murid beliau saat menempuh pendidikan di Universitas Islam Madinah.
Saat memulai pendidikannya di Madinah, ia tak mengenal bahasa arab melainkan hanya beberapa kalimat saja, seperti assalamualaikum, na’am dan kalimat-kalimat yang serupa. Beberapa tahun berlalu hingga ia lulus dan berdakwah disuatu desa di Filipina yang mayoritas penduduknya belum mengenal Allah subhanahu wata’ala.
Tahun demi tahun berlalu, hingga datanglah suatu kesempatan bagi Syaikh Sulthon untuk kembali bersua dengan mantan muridnya tersebut. Perjumpaan itu terjadi ditanah Indonesia, tepatnya saat berlangsung acara reuni alumni Universitas Islam Madinah. Dalam acara tersebut sang murid diminta untuk menceritakan sepak terjangnya dalam mendakwahkan agama Allah. Sebuah pertanyaan pun dilemparkan kehadapannya, “Sudah berapa orang yang mendapatkan hidayah lewat tanganmu?”.
Tanpa diduga pertanyaan tersebut membuat ia tertunduk dan menitikkan air mata seraya berkata : “Aku bukanlah seorang yang alim, bahkan bahasa arabku pun masih terbilang lemah, namun demi Allah lebih dari seribu orang (dengan izin-Nya) yang masuk islam lewat dakwahku”. Tangisannya yang pecah spontan membuat para hadirin tak kuasa membendung air mata
“Sesungguhnya engkau tak bisa memberi petunjuk terhadap orang yang kau sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya ”
(Qs Al Qosos 56)
Semoga Allah mempermudah langkah kita dalam mendakwahkan agama-Nya….
=============
Ditulis oleh Afit Iqwanudin , Alumni PP Hamalatul Quran yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Madinah , KSA