Home Aqidah Buah Indah Beriman Kepada Qadar

Buah Indah Beriman Kepada Qadar

1440
0

Bismillah

Iman terhadap taqdir adalah salah satu dari rukun iman yang enam, maka barangsiapa yang tidak mengimani qadar maka tidak sempurna iman seorang hamba.

Maka dari itu marilah kita sejenak mempelajari apa itu qadar serta buah indah apakah yang akan diraih oleh seorang hamba ketika ia dapat beriman terhadap qadar dengan baik dan benar.

Apa Itu Qadar ?

Qadar secara bahasa artinya adalah taqdir “penentuan” sedangkan qadha’ secara bahasa artinya adalah hukum keputusan. Qadha’ dan qadar adalah dua istilah bika keduanya berpisah, maka maknanya sama dan bila berkumpul maknanya berbeda.

Jiika disebut qadar Allah maka semakna dengan qadha’ Allah, begitu pula sebaliknya. Dan jika disebut bersama-sama maka masing-masing memiliki makna yang berbeda, yaitu:

donatur-tetap
– Qadar adalah apa yang telah Allah subhanahu wa ta’ala wa tentukan semenjak dahulu dahulu dan akan terjadi pada makhlukNya.

– Qadha’ adalah apa yang Allâh subhanahu wa ta’ala putuskan pada makhlukNya, yang berupa mewujudkan, meniadakan, atau merubah. Sehingga qadar mendahului qadha’

Apa Saja Buah Indah Beiman Terhadap Qadar ?

1. Menyempurnakan Tauhid.

Beriman kepada taqdir adalah salah satu bagian dari tauhid rububiyyah, dan barangsiapa yang dapat menerapkan iman keoada taqdir dengan benar maka ia telah menerapkan tauhid rububiyyah secara utuh dalam kehiduannya, dan demikian pula barangsiapa yang tauhid rububiyahnyabtelah sempurna maka itu akan memudahkan seorang hamba untuk menerapkan tauhid uluhiyah.

2. Menambah Iman dan Mendapatkan Hidayah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. At-Taghabun: 11)

Al Qomah ketika ditanya tentang ayat ini maka beliau berkata: “(Maksud ayat ini adalah ketika seorang lelaki mendapati sebuab musibah kemudian ia sadar bahwa semua itu adalah ketentuan (taqdir) Allah subhanahu wa ta’ala maka dia pun menerimanya dan ridho terhadap musibah tersebut, kemudian Allah berikan ia petunjuk”.

3. Menguatkan Keilhlasan.

Karena saat seseorang beriman terhadap qadar maka sejatinya dia telah tahu bahwa apa-apa yang terjadi dalam hidupnya telah digariskan oleh Allah subhanawu wa ta’ala, Dialah yang Maha menberi atau menahan segala sesuatu untuk hambaNya, maka dengan kesadaran tersebut ia akan lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan.
4. Menguatkan Tawakkal.
Tawakkal adalah asas dan pokok dari ibadah, maka saat seorang hamba sadar semua ketentuan berada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala, maka ia akan memasrahkan segala hasil usahanya kepada Allah ta’ala, maka saat itulah ia telah menerapkan tawakal yang sejati dalan hidupnya.
Terkait hakekat tawakal yang sejati Syeikh Shaleh bin Abdul Aziz As Sindi hafidzahullah berkata:

التوكل هو ترك الإعتماد على الأسباب بعد بذلها

“Tawakal adalah tidak bersandar kepada sebab-sebab (usaha hamba) setelah ia melaksanakannya”.

5. Menambah Rasa Takut Kepada Allah.

Orang yang beriman terhadap qadar dengan benar makan ia sadar bahwa tidak tahu bagaimakah dengan akhir hayatnya akankah husnul khatimah ataukah su’ul khatimah, denga hal ini maka akan membuat hatinya senantiasa bergetar dan menambah rasa takutnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Atha’ berkata: “tidaklah ku temui Sufyan Ats Tsauri melaikan ia sedang menangis, maka ku bertanya kepadanya, ada apa denganmu ? maka ia menjawab : sungguh aku takut kelak aku menjadi di hari kiamat menjadi orang yang celaka”.

6. Menguatkan Kesabaran Dalam Hidup.

Ketika seorang hamba sadar bahwa musibah atau bala’ yang menimpanya adalah kehendak dari Allah subhanahu wa ta’ala maka dia akan mampu tuk semakin sabar menghadapi cobaan tersebut dan tidak akan mencaci atau mengumpat atas musibah yang dialaminya. bahkan ia bersabar dan mengharap kebaikan atau musibah yang menimpanya, bukankah Allah ta’ala telah berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al-Insyirah: 5-6)

7. Ridha.

Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab “Madarij As Salikin” berkata: “Siapa saja yang hatinya dipenuhi oleh ridha terhadap taqdir Allah subhanahu wa ta’ala maka Allah akan memenuhi hatinya denga kekayaan serta rasa aman dan qona’ah, dan menjadikan hatinya semakin cinta kepada Allah dan senantiasa bertawakal kepadaNya.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan langkah kita tuk senantiasa mendekatkan diri kepadaNya, dan agar kita dapat meraih manisnya iman kepada Allah ta’ala.

wallahu ta’ala a’lam

Referensi :

– Mudzakiroh Tauhid, Syeikh Shalih bin Abdul Aziz As Sindi Hafidzahullah

– Syarh Aqidah Washithiyyah, Syeikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin rahimahullah

Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here