Imam Hafs rohimahulloh merupakan seorang ulama dalam bidang Qiroat, bahkan salah satu riwayat bacaan Al-Quran yg paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah riwayat Hafs.
Baca juga: Mengapa Riwayat Hafs Tersebar ke Penjuru dunia
Namun beberapa waktu silam, sempat datang pertanyaan kepada kami: “Mengapa ada ulama hadits yg menyebut bahwa Hafs adalah seorang pendusta (كذاب)?”
Pertanyaan diatas tentunya cukup mebingungkan bagi kebanyakan orang, sebab seakan kita dihadapkan pada dua hal yg berlawanan. Bagaimana mungkin seorang ulama yg riwayatnya diterima diseluruh dunia dalam masalah Al-Quran, namun pada waktu yg bersamaan ia justru dilabeli sebagai seorang pendusta??.
Pada artikel kali ini kami akan berusaha memaparkan alasan dibalik munculnya pertanyaan diatas sekaligus memberikan penjelasannya.
Muqoddimah
Seorang ulama yg ingin benar-benar menguasai sebuah cabang ilmu tentu harus memberikan perhatian penuh terhadap ilmu tersebut agar ia menjadi spesialis dalam bidangnya, baik ilmu hadits, fiqh, Qiroat dan sebagainya.
Oleh karenanya, bukanlah suatu hal yg mengherankan jika seseorang yg tidak mengalokasikan waktu yg cukup terhadap suatu ilmu, maka ia akan sulit untuk menjadi seorang ahli. Lantas bagaimana lagi jika orang tersebut justru lebih menyibukkan diri dengan ilmu lain? Tentu ia akan sangat kurang ahli dalam bidang ilmu yg hanya sedikit mendapatkan porsi waktunya.
Begitulah halnya yg terjadi pada Imam Hafs rohimahulloh, saat kita menelaah kisah hidup beliau, akan kita dapati bahwa beliau lebih menyibukkan diri dalam ilmu qiroat ketimbang ilmu yg lain, termasuk ilmu hadits. Dari sinilah mengapa riwayat beliau dalam disiplin ilmu hadits menjadi lemah.
Ahli dalam Satu Bidang Ilmu
Tidak setiap orang mampu menguasai dengan baik berbagai cabang ilmu sekaligus, dan bahkan hanya segelintir ulama yg sampai pada derajat tersebut.
Imam Adz Dzahabi rohimahulloh dalam pernah menuturkan ditengah pembahasan biografi biografi Imam Hafs:
وَمَا زَالَ فِي كُلُّ وَقْتٍ يَكُوْنُ العَالِمُ إِمَامًا فِي فَنٍّ مُقَصِّرًا فِي فُنُونِ
“Sudah menjadi suatu hal yg wajar di setiap zaman bahwa seorang alim menjadi spesialis di bidang tertentu, namun ia lemah di cabang ilmu yg lain”.
Diantara contoh ulama yg berbanding terbalk dengan Imam Hafs adalah Sulaiman bin Mihron rohimahulloh atau yg lebih dikenal dengan julukan Al A’masy. Beliau adalah seorang ulama besar dalam ilmu hadits. Namun sejarah mencatat bahwa beliau merupakan salah satu dari 4 ulama yg mendapat predikat Syadz dalam bidang ilmu Qiroat. Alias riwayat bacaan Qiroat beliau tidak memenuhi kriteria sebagai Qiroat yg mutawatiroh.
Baca juga: Belajar Qiroat #5 Tiga Syarat Diterimanya Sebuah Qiroah
Hal ini tentu tidak mengherankan saat kita menyadari bahwa beliau memang lebih menyibukkan diri dengan ilmu hadits.
Dalam sebuah kesempatan, Imam Syafii rohimahulloh pernah berkata kepada para ahli hadits:
أَنْتُمْ الصَّيَّالِدَة، وَنَحْنُ الأَطِبَّاء
“Kalian adalah para apoteker, sedangkan kami (ahli fiqh) merupakan dokternya”
Ya, imam syafii sendiri mengakui bahwa para ahli hadits lebih mumpuni dalam ilmu hadits, sehingga beliau permisalkan mereka sebagai para apoteker yg menyediakan berbagai obat-obatan, sedangkan ahli fiqh adalah para dokter yg akan mendiagnosa sebuah permasalahan, kemudian menyelesaikannya dengan obat yg diberikan oleh para apoteker.
Oleh sebab itu, seorang ahli qiroat tidaklah dituntut menjadi spesialis dalam bidang ilmu hadits, pun begitu juga sebaliknya. Sebagaimana seorang apoteker tidak dituntut harus menjadi seorang dokter.
Perkataan Ulama seputar Imam Hafs
Sebagaimana kami paparkan diatas, meskipun Hafs adalah seorang imam dalam ilmu Qiroat, namun para ahli hadits memiliki pendapat tersendiri saat membahas beliau melalui kaca mata mereka.
Hampir seluruh ahli hadits mensifati Hafs dengan lemah, Ibnu Rojab rohimahulloh menjelaskan bahwa Hafs merupakan Imam dalam bidang Ilmu Qiroat, akan tetapi beliau lemah dalam ilmu hadits sehingga hadits-hadits yg diriwayatkan oleh Hafs menjadi ditinggalkan oleh para ulama.
Namun yg menjadi perhatian khusus kita adalah komentar Imam Yahya bin Ma’in rohimahulloh saat membahas Imam Hafs. Dalam beberapa kesempatan beliau pernah menuturkan:
“كان حفص كذَّاباً”
“Hafs adalah seorang pendusta”
Sedangkan dalam beberapa kesempatan lain beliau pernah mensifati Hafs sebagai seorang yg dhoif (lemah dalam ilmu hadits) dan semisalnya.
Perkataan Yahya bin Ma’in rohimahulloh diatas terasa membingungkan bagi sebagian orang, sehingga muncul berbagai pertanyaan seputar riwayat Hafs dalam masalah Al-Quran yg sudah tersebar keseluruh penjuru dunia ini.
Penjelasan
Dalam menanggapi perkataan Imam Yahya bin Ma’in rohimahulloh diatas, sebagian masyayikh lantas berusaha mencari titik temu. Dijelaskan bahwa maksud kata “dusta” diatas bukanlah dusta yg sesungguhnya, hal ini dikuatkan dengan beberapa fakta berikut:
– Imam Yahya bin Main sendiri pernah memuji Imam Hafs rohimahulloh dengan ungkapan:
كان حفص بن سليمان وأبو بكر بن عياش من أعلم الناس بقراءة عاصم
“Hafs bin Sulaiman dan Abu Bakar bin ‘Ayyasy merupakan orang yg paling menguasai Qiroat ‘Ashim”.
– Dalam beberapa kesempatan lain, Imam Yahya bin Main mensifati hafs dengan Dhoif (lemah dalam hadits) yg mana tidak sampai derajat kadzab (pendusta).
– Sebagian kabilah arab sering menggunakan lafadz كذاب (dusta) dengan artian lain, yaitu “jatuh pada kesalahan”. Contoh mudahnya adalah sabda Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam saat mengoreksi perkataan sahabat Sa’ad bin Ubadah rhodiyallohu ‘anhu. Beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: كَذَبَ سَعْدٌ
Namun lafadz كذب disini bukan bermana dusta, melainkan bermakna أخطأ (salah), sebagaimana dipaparkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (Lihat hadits nomor 4280 di fathul bari)
– Lafadz كذب juga sering diungkapkan kepada seseorang yg melakukan kedustaan tanpa disengaja, dan hal tersebut tidaklah berarti bahwa orang tersebut merupakan seorang pendusta. Salah satu contohnya adalah komentar Ibnu Hibban terhadap Abdulloh Al Jazari rohimahumalloh:
كَانَ مِنْ خِيَارِ عِبَادِ اللهِ مِمَّنْ يَكْذِبُ وَلَا يَعْلَم
“Ia termasuk hamba Allah yg terbaik yg berdusta namun tidak menyadarinya”
Kesimpulan
Hafs adalah seorang Imam dalam Ilmu Qiroat, adapun ilmu hadits bukanlah bidang beliau. Oleh sebab itu tak mengherankan jika para ulama melemahkan riwayat haditsnya. Adapun perkataan Yahya bin Main yg menunjukkan bahwa Hafs adalah pendusta, maka setelah melihat beberapa fakta diatas, bisa disimpulkan bahwa yg dimaksud oleh Yahya bin Ma’in bukanlah secara harfiah. Namun kemungkinan besar beliau ingin menegaskan bahwa riwayat Hafs dalam hadits tidak bisa menjadi landasan. Terlebih dalam riwayatnya terdapat beberapa hadits yg cukup “janggal” menurut ahli hadits.
Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepadakita ilmu yg bermanfaat.
Referensi:
– Fathul Bari, Ibnu Hajar
– Taqrib At Tahdzib, Ibnu Hajar
– Al-Qiroat as-Syadzah, Andul Fattah Qodhi
https://vb.tafsir.net/tafsir4319/#.XpDQntPis2w
Ditulis Oleh: Afit Iqwanudin, Amd, Lc (Alumni PP Hamalatul Quran dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Qiroat fakultas Al Quran Universitas Islam Madinah)
artikel: hamalatulquran.com