Bismillah …
Kebagiaan dan ketenangan hati tentu menjadi dambaan semua orang. Semua dari kita menginkan kehidupan yang bahagia. Sebagian dari kita menilai kebahagiaan didapat dengan memiliki banyaknya harta, barang-barang mewah, uang yang banyak, ataupun rumah yang mewah.
Namun apakah takaran kebahagiaan hanya sebatas hal-hal duniawi tersebut?
Jika kita bertanya bagaimana caranya seorang mukmin itu bahagia, maka semoga kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut bisa menyadarkan kepada kita arti kebahagiaan sesungguhnya.
Kebagiaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Dibalik Ujian
Ibnu Qoyyim Al Jauziah menceritakan perihal gurunya Syaikhu Islam Ibnu Taimiyah. Pada kondisi beliau yang penuh kesempitan hidup, ditambah dengan fitnah, siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah. Yang berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari musuh-musuh beliau. Dikisahkan Syaikhu Islam Ibnu Taimiyah pernah dipenjara oleh penguasa di zamannya sebanyak 7 kali.
Akan tetapi dengan ujian yang beliau alami, beliau adalah orang yang paling bahagia, paling tegar hatinya dan paling tenang hatinya.
Ibnu Qoyyim mengatakan : “jika Kami (murid Ibnu Taimiyyah) ditimpa perasaan gundah atau muncul dalam diri kami prasangka buruk atau ketika merasakan kesempitan hidup, maka kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat. dengan memandang wajahnya dan mendengarkan nasehatnya, maka hilang semua rasa gundah dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sering mengatakan pada IbnulQoyyim,
ما يصنع أعدائي بي؟ إن جنتي وبستاني في صدري أينما رحت، فهي معي لا تفارقني.
Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku, ia selalu bersamaku tak terpisahkan.
Ketika beliau berada di dalam penjara pun beliau sempat mengatakan :
المحبوس من حبس قلبه عن ربه تعـالى، والمأسور من أسره هواه
“Orang tertahan adalah orang yang hatinya tertahan darimengenal Allah ta’ala. Dan orang yang tertahan adalah orang yang masih terus menuruti hawa nafsunya.”
Ibnu Qoyyim sampai mengatakan:
Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih bahagia hidupnya dari pada beliau, Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah.
Bagaimana bisa ibnu Taimiyah bahagia?
Ibnu taimiyah berkata :
إن في الدنيا جنة، من لم يدخلها لا يدخل جنة الآخرة
“Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan memasuki surgaakhirat.”
Makna surga dunia tersebut adalah Beriman kepada Allah, beramal shalih dan Ridha dengan takdir yang telah Allah subhanahu wata’ala tetapkan.
Allah ta’ala juga menyebutkan dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada merekadengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Bahagia dengan iman dan ketaatan kepada Allah
Maka seorang mukmin semakin bahagia ketika dia semakin dekat dengan rabbnya, semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya.
Seorang mukmin sadar bahwa dia memiliki Rabb, dzat yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya, sehingga diaridho dengan taqdir yang telah Allah ta’ala tetapkan.
Allahu muwafiq.
___
Refrensi : Al Waabil ash Shayyib min al-Kalam at Thayyib, Hal : 69-71.
Penulis : Zusuf Affandi
Artikel : hamalatulquran.com