Berbakti kepada orang tua adalah cara terbaik bagi seorang hamba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala sendirilah yang telah memerintahkan kepada kita untuk berbakti dan berbuat baik terhadap orang tua kita. Allah ta’ala berfirman,
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua”. (QS. An-Nisa’, Ayat 36)
Bentuk bakti terhadap orang tua itu tidak hanya saat mereka masih hidup saja, bahkan ketika mereka telah tiada kita tetap dapat menjadi anak yang berbakti. Ada berbagi cara bagi kita untuk tetap menjadi anak yang berbakti walau kedua orang tua kita telah meninggal dunia, diantara caranya adalah,
1. Senantiasa mendoakan orang tua.
2. Banyak memohon ampunan pada Allah untuk kedua ornag tua.
3. Memenuhi janji dan melaksanakan wasiat mereka setelah meninggal dunia.
4. Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.
5. Menjaga nama baik orang tua.
Selain bentuk berbakti kepada orang tua diatas, ada pula bentuk bakti lainnya, yang bahkan hal satu ini sering sekali dilupakan serta luput dari perhatian kaum muslimin. Bentuk bakti ini adalah menyambung silaturahmi dengan sahabat dan orang-orang yang dicintai oleh ayah dan ibu kita.
Menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang dicintai oleh orang tua kita adalah cara berbakti yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Ada sebuah kisah indah ketika sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu’nhuma mempraktekkan amalan diatas, yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam shahihnya,
“Bahwa suatu hari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma melakukan perjalanan ke Mekkah. Beliau terbiasa membawa keledai disamping mengendarai unta, agar keledai tersebut bisa dikendarai bila ia bosan menaiki unta. Beliau juga terbiasa memakai sorban di kepalanya. Di tengah perjalanan, beliau bertemu seorang badui, kemudian bertanya kepadanya, “Bukankah kau ini anaknya fulan bin fulan?”. Orang badui tersebut menjawab, “Ya, benar”. Maka seketika, Ibnu Umar memberikannya seekor keledai dan menyuruhnya untuk menaikinya. Dan juga beliau memberikan sorban untuk dikenakan di kepalanya. Orang yang berada bersama Ibnu Umar berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, dia itu orang Badui. Bila engkau berikan sedikit saja, mereka juga senang”. Namun Ibnu Umar membalas, “Sesungguhnya ayah orang ini adalah diantara yang dicintai ayahku (Umar bin Khattab). Dan aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim no. 2552)
Sesungguhnya, diantara amalan berbakti kepada ayah adalah seseorang menjaga silaturahmi dengan orang-orang yang dicintai ayahnya”.
Imam An Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata, “Ini menunjukkan keutamaan menyambung silaturrahmi dengan para sahabat ayah, berbuat baik dan memuliakan mereka”. Kemudian beliau juga berkata, “Termasuk juga menyambung silaturrahim dengan para sahabat ibu, kakek, guru, suami dan istri. Sebagaimana Rasulullah memuliakan para sahabat Khadijah radhiyallah ‘anha”.
Kandungan Hadis:
1. Diantara bentuk berbakti kepada orang tua adalah dengan senantiasa mencintai dan menyambung silaturrahmi terhadap sahabat-sahabat mereka.
2. Kemuliaan sahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma dimana beliau sangat mencintai ayahnya dan berusaha berbakti dengan menyambung silaturahmi terhadap sahabat ayahnya dan keturunannya.
3. Menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang dicintai oleh orang tua kita adalah salah stau bentuk bakti kita kepada mereka.
4. Luasnya rahmat Allah t’ala, dimana pintu bakti tidak hanya khusus dengan berbuat baik pada ayah dan ibu kita, bahkan berbuat baik terhadap sahabat-sahabat mereka termasuk dalam baakti kepada orang tua.
5. Menyambung silaturahmi dengan sahabat orang tua kita itu tidak memandnag shalih atau fasik, bilaa ia orang yang shalih maka kita bergaul sebgaimana mestinya sedangkan bila ia kini fasik maka bentuk bakti kita adalah dengan mendakwahi dan menasehatinya dengan cara yang hikmah.
Pembaca yang semoga Allah muliakan,
Ketika kita diajak oleh ayah atau ibu kita untuk berkunjung ke rumah para sahabat mereka, ada baik kita mengingat siapa saja mereka, sehingga bila orang tua kita telah wafat kita tetap dapat berbakti kepada keduanya dengan cara menyambung silaturahmi dengan sahabat-sahabat mereka.
Referensi:
– Al Minhaj, Imam An Nawawi.
– Bahjarun Nadzirin Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali.
– Syarh Riyadhus Shalahin, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.
– https://www.alukah.net/sharia/0/131941/
Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan
Artikel HamalatulQuran.com